VIDEO - Virus Babi Mulai Masuk Kota Kupang. Bangkai Babi Dibuang di Pinggir Jembatan Petuk

VIDEO - Virus Babi Mulai Masuk Kota Kupang. Babi Mati Dibuang di Pinggir Jalan. Tiga minggu terakhir, banyak warga jual babi dengan harga amat murah.

Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Frans Krowin

VIDEO - Virus Babi Mulai Masuk Kota Kupang. Bangkai Babi Mati Dibuang di Pinggir Jembatan Petuk

POS-KUPANG.COM, KUPANG – VIDEO - Virus Babi Mulai Masuk Kota Kupang. Bangkai Babi Dibuang di Pinggir Jembatan Petuk

Sejumlah warga Kota Kupang yang bekerja sebagai penjual daging di pinggir jalan di Kelurahan Liliba, mengaku ditawari membeli ternak babi dengan harga yang sangat murah oleh peternak babi.

"Banyak yang datang tawar supaya kami beli. Yah, orang-orang dari Kota Kupang. Mereka juga jual murah. Babi besar yang biasa jutaan rupiah, bisa dijual dengan ratusan ribu," ungkap Enrika Sopaba kepada POS-KUPANG.COM, Selasa (25/2/2020).

Enrika mengaku sudah banyak menolak membeli babi, meski harganya sangat murah.

VIDEO - Jembatan Gantung Akan Dibangun di Desa Alorawe-Nagekeo. Dananya Dari APBN

VIDEO: Setelah Peletakan Batu Pertama, Kepala BBKSDA NTT Tanam Kelor di Desa Enoraen-Kupang

VIDEO: Bupati Ende Djafar Achmad Tak Ingin Seperti Kacang Lupa Kulit. Tak Mau Lupa Jasa Golkar

Menurutnya, mereka mendengar informasi kalau virus African Swine Fever (ASF) yang menyebabkan babi sakit dan mati, mulai masuk ke Kota Kupang.

Saat informasi sudah ia dengar,  lanjut Enrika, tak lama berselang beberapa warga mulai datang, hendak menjual babi dengan harga murah.

Namun ia menolak tawaran itu. Kalau pun ia beli, warga harus membawa hidup-hidup ternak babi itu. Karena ia menolak membeli babi yang sudah mati.

“Kalau pun yang dibawa itu ternyata babi sakit, itu kami tolak. Karena kami tidak mau menjual daging dari ternak babi yang sakit,” ujar Enrika.

Ia mengatakan, mereka sudah berpengalaman berurusan dengan babi. Makanya, saat melihat ternak babi yang ditawarkan kepadanya, ia mampu membedakan mana ternak yang sehat dan sakit.

“Kalau yang dibawa itu  ternak babi yang terlihat tidak segar, itu pasti kalau babi itu sakit,  pasti kena penyakit," ungkapnya.

Dikatakannya, sudah tiga minggu terakhir ini,  ia berhenti membeli babi dan menjual daging babi. "Kami tidak mau merugikan orang lain dan kami sendiri juga tidak mau rugi. Saya harap pemerintah secepatnya turun tangan," ungkapnya.

Sementara itu Yerimias Tobe, yang masih aktif menjual daging babi mengungkapkan, daging yang ia jual dari babi yang sehat. "Kalau tidak sehat saya tidak akan jual," tegasnya.

Menurutnya, banyak babi mati di Kota Kupang. Tetapi para pemilik babi dan peternak babi, enggan melaporkannya ke Dinas Peternakan Kota Kupang.

Ia juga mengungkapkan, kendati dirinya menjual daging dari ternak babi yang sehat, tetapi dalam tiga minggu terakhir ini, permintaan konsumen turun drastis.

"Yah itu tadi mungkin pembeli takut karena sudah tau ada virus babi itu. Kami harap pemerintah segera turun ke lapangan untuk melakukan pengawasan,” ujarnya.

Pantauan POS-KUPANG.COM, lokasi tempat jualan daging babi di Kelurahan Liliba, berada di dekat sebuah jembatan. Warga setempat menyebutnya sebagai Jembatan Liliba Kecil, untuk membedakan Jembatan Liliba yang berukuran lebih besar di Jalan Piet A Tallo.

Di bawah Jembatan Liliba Kecil tersebut, ada kali kecil. Airnya keruh dan berbau busuk. Sampah-sampah plastik menumpuk. Sementara di pinggir kali, terlihat tulang-belulang yang dihinggapi lalat-lalat besar.

Salah seorang warga yang enggan menyebutkan namanya, mengatakan, kali tersebut merupakan tempat untuk menyembelih dan mencuci daging babi.

"Di situ sudah orang biasa bunuh babi, dong (mereka) bunuh di situ, cuci juga di situ. Makanya tempat itu menjadi bau dan airnya kotor," ungkapnya.

Penjual daging di Oebufu juga mengeluhkan, saat ini pendapatan mereka menurun drastis dalam beberapa pekan terakhir.

"Aduh jangan tanya lagi, kami biasanya dapat empat sampai lima juta per hari. Tapi sekarang, sangat kurang. Paling banyak Rp 1 juta," ungkap salah seorang penjual daging babi.

Ia mengaku menjual daging milik Dorti Dethan, warga Oebufu. Daging babi yang dijual itu berasal dari ternak hidup yang dibeli dari para peternak di Kota Kupang.

"Kami yakin daging babi yang kami jual ini dari ternak yang sehat. Tapi karena orang sudah takut katanya ada virus ASF, makanya permintaan turun drastis," ungkapnya.

Ia juga mengaku, bosnya, Dorty Dethan juga memelihara babi untuk disembelih dan dijual. "Babi yang dipelihara itu sehat-sehat, tidak ada yang mati atau sakit," ungkapnya.

VIDEO - Antisipasi Virus Babi Meluas Di Belu, Dinas Peternakan Bentuk Unit Reaksi Cepat

VIDEO - Saat Ditanya Petugas Sensus, Gubernur NTT Menjawab, Saya Ini Suku Helong

VIDEO: Penjabat Kepala Desa Oenenu Selatan Diadukan ke Kejaksaan Negeri TTU. Lho, Kenapa?

Sementara itu pengunjung di Depot Aroma di Kelurahan Fatululi, juga berkurang. Karena informasi terkait virus babi sudah ramai dibicarakan masyarakat.

"Yang pasti kami rugi, karena pengunjung berkurang dalam tiga minggu terakhir ini. Informasi lebih lengkapnya nanti tanya saja ke pemilik depot ini," ungkap salah seorang staf  Depot Aroma yang enggan menyebutkan namanya.

Yustin, salah seorang pengunjung kepada POS-KUPANG.COM mengaku ia belum mendengar informasi terkait virus babi. Saat ini ia masih menunggu informasi resmi dari Dinas Peternakan.

"Kalau sudah ada info resmi, yah saya pikir-pikir lah mau makan daging babi. Jadi saya harap pemerintah segera selidiki ini dan temukan solusinya bagaiamana agar warga juga bisa tenang," ungkapnya.

Babi Mati Dibuang di Jembatan Petuk

BAU busuk yang amat menyengat juga tercium di seputaran Jembatan Petuk.

Ternyata persis di sisi barat jembatan itu, ada empat babi yang sudah membusuk dan terbakar bersama sampah-sampah plastik yang berhamburan di tempat itu.

Rino, salah seorang warga yang melintas di Jembatan Petuk, mengatakan bangkai babi tersebut sudah dua hari ada di tempat tersebut.

"Kami tidak tahu siapa yang buang. Kalau kemarin sampah dan bangkai babi mati itu belum dibakar. Tapi sekarang sudah dibakar. Sonde tau (tidak tau) siapa yang bakar," ungkap Rino.

Menurutnya, informasi yang beredar, babi yang dibuang di tempat itu karena terkena penyakit dan mati.

"Memang akhir-akhir ini beta (saya) dengar babi di Kota Kupang ada yang kena penyakit dan mati. Pemiliknya mau jual tapi tak ada orang yang mau beli. Akhirnya dibuang saja," ungkapnya. (POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti)

Tonton, Like and Subscribe Youtube Chanel POS-KUPANG.COM

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved