BBKSDA NTT Bantu SDN Fatufuaf

Belajar di Gedung Sekolah Hampir Rubuh, Siswa SDN Fatufuaf Mangaku Rasa Takut

Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di gedung sekolah hampir rubuh, siswa SDN Fatufuaf mangaku rasa takut

Penulis: Gecio Viana | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Gecio Viana
Para siswa SDN Fatufuaf Desa Enoraen Kecamatan Amarasi Timur Kabupaten Kupang saat berfoto di depan gedung sekolah, Minggu (23/2/2020) 

Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di gedung sekolah hampir rubuh, siswa SDN Fatufuaf mangaku rasa takut

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Gedung sekolah yang hampir rubuh mengakibatkan sejumlah siswa di SDN Fatufuaf mengaku rasa takut saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Hal ini diungkapkan Albertus Manuel (11), siswa yang duduk di bangku kelas 4 SDN Fatufuaf Desa Enoraen, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, Sabtu (22/2/2020).

Tingkat Pertumbuhan Keanggotaan Kopdit Swasti Sari Kupang Semakin Tinggi

Ketakutan para siswa semakin menjadi tatkala gedung sekolah yang beratap daun dan berlantai tanah itu semakin miring karena dimakan usia.

"Kalau hujan, kami takut kalau gedung sekolah jatuh dan menimpa kami," katanya diamini sejumlah rekannya.

Diakuinya, dalam beberapa bulan terakhir ini, siswa kelas 4 saat ini belajar di bawah pohon asam berukuran besar di depan sekolah.

Pito Keraf Pimpin Pemuda Katolik Kecamatan Nubatukan Lembata

Hal tersebut dilakukan karena satu dari dua gedung sekolah yang berukuran panjang 12 meter dan lebar 6 meter tersebut tidak bisa digunakan.

"Biasanya kami belajar di itu dua gedung, tapi sekarang tidak bisa lagi," paparnya.

Aktivitas sekolah selama ini rutin dilakukan jika tidak ada kendala, jika hujan lebat disertai angin kencang, maka para siswa dipulangkan lebih awal.

Ketidaknyamanan saat belajar juga disampaikan oleh Viktor Peres Obehetan (11) yang ditemui usai ceremonial peletakan batu pertama pembangunan ruang kelas baru di sekolah tersebut.

Siswa yang duduk di bangku kelas 6 ini mengaku, memasuki musim hujan para siswa sulit menjalani proses belajar karena atap gedung yang bocor.

Jika terjadi demikian, para siswa yang masih berada di kelas, lanjut Viktor, diarahkan oleh guru untuk menghindari air hujan dengan memilih posisi duduk di bagian yang tidak terkena air hujan.

"Jadi kami disuruh guru ke samping ruang kelas yang tidak kena hujan," paparnya.

Tidak hanya itu, para siswa pun harus menghadapi lumpur yang berada di area dalam gedung karena hujan..

"Kalau musim panas itu matahari juga tembus, karena atap sudah berlubang," paparnya.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved