Cerpen
Cerpen Sonny Kelen: Happy Valentine Day Lenia
Cerpen Sonny Kelen: Happy Valentine Day Lenia.Senja pelan-pelan pergi. Warna-warni bianglala menyusut hilang.
POS-KUPANG.COM|KUPANG - Senja pelan-pelan pergi. Warna-warni bianglala menyusut hilang. Percakapan berhenti sejenak.
Barangkali keheningan lebih pantas dijarah dari pada percakapan yang penuh embel-embelan yang berujung seperti belati yang tertikam. Sudahlah.
Bukankah diam adalah jawaban dari percakapan yang gagal dijawab bukan?
Lenia masih sibuk mengawinkan jemarinya. Seperti biasa, pipinya tak akan sepi oleh air mata, dan bibirnya memuntahkan isak yang terdengar seperti raban yang diucapkan balita saat belajar bicara.
• Mahasiswa Undana Nadia Riwu Kaho Miss Indonesia NTT, Siap Bersaing di Miss Indonesia 2020
Maka kesabarannya runtuh seperti benteng yang digusur ledakan. Ia memaki jarak sejadi-jadinya. Pikiranya berantakan.
Begitu kacau dan rumit, serumit seseorang yang tidak suka dengan pelajaran matematika dan mencari jalan keluar untuk menghindar dari pelajaran itu.
Seluruh dirinya dikuasai perasaanya yang tak karuan. Ia terjebak dalam emosinya yang labil. Ia terlanjur melakukan sesuatu yang amat menyedihkan, ia meminta untuk mati. Keluguannya yang selama ini aku kenal, tidak lagi kubaca pada setiap tingkah lakunya.
Ia tidak lagi tersenyum. Hanya ada air mata. Sesekali aku merangkulnya, tapi selalu saja rangkulanku itu dijawab dengan sebuah pembelannya, aku baik-baik saja.
***
22 tahun yang lalu
Ditemani boneka anjing kesayangannya, Lenia berbaring di pangkuan ibunya sambil mendengar dongeng yang dibisikan sayup-sayup di telinganya. Matanya yang lugu bergantian melirik bulan dan sesekali ia melirik mata ibunya.
Ibunya selalu tersenyum ketika putrinya menatap matanya begitu dalam. Dan ia selalu mendaratkan kecupan di dahi anaknya berulang-ulang kali tanpa bertanya kepada putrinya.
"Sudah saatnya tidur, nak."
Bisik ibunya dengan mendaratkan kecupan manis di keningnya. Lenia, akhirnya menyerah pada kantuk. Ia mengakiri malam dalam lelapnya yang tenang. Dan kecupan terakhir sang ibu mengantarnya dalam merayakan mimpinya malam itu.
***
• AHY Silaturahmi dengan Warga Kota Kupang
Setiap kali melihat foto yang terpajang di ruang tamu, Lenia selalu bertanya-tanya tentang sosok lelaki yang belum pernah ia lihat dalam hidupnya. Pernah di suatu sore dengan polos ia bertanya kepada ibunya tentang laki-laki itu.
Ibunya hanya tersenyum lalu membelai rambutnya dengan lugu.Wajahnya jelita merona bulan Februari kini seperti daun kering yang jatuh dan ditiup angin entah kemana.
Ia menangis. Air matanya selalu bermuara di pipinya. Ia ingin tahu siapa laki-laki itu sebenarnya, tetapi selalu saja ibunya memberikan jawaban dengan senyum ketika ia bertanya tentang laki-laki itu.