VIDEO - Kalau Ada Angin Kencang Saat Belajar, Juwita Marsela Soluk dan Teman-temannya Takut
VIDEO - Juwita Marsela Soluk, Cs Selalu Dihantui Rasa Takut Saat Belajar. Apalagi kalau ada angin kencang. Sebab bangunan sekolahnya kini sudah reyot
Penulis: Edy Hayong | Editor: Frans Krowin
Henderita Kaety, guru yang mengawali karier dari guru honor dan kini sudah diangkat jadi PNS sejak 2005 juga menceritrakan soal keberadaan bangunan itu.
Menurut Kaety, siswa yang bersekolah di SDN Tuakau merupakan warga translok sejak 2003.
Sebelumnya ia merupakan guru honor di SD GMIT Luataus. Dan mulai 27 Juli 2007, ia bersama beberapa guru lain merintis pembangunan gedung SDN Tuakau.
"Kami pikir sudah saatnya sekolah harus dekat dengan anak-anak. Makanya kami berembuk dengan para orangtua untuk bangun sekolah ini. Itu pun mendapat dukungan dari Pemkab Kupang," kenang Kaety.
Sejak itu maka dibangun tiga ruangan kelas darurat untuk kelas 1,2,3 dengan jumlah siswa sebanyak 92 orang. Dirinya merasakan betul nasib anak-anak Translok. Mereka amat semangat untuk belajar walaupun kondisi bangunan sekolah masih darurat.
"Saya sudah betah di sini karena saya sejak honor lalu diangkat jadi PNS di sekolah ini. Anak-anak sangat antusias untuk bersekolah, cuma kendala di kondisi gedung yang terancam roboh," ujar Kaety dengan suara terbata-bata.
• VIDEO: Diduga Mencabuli Bocah Ingusan, Oknum Kakek Tiri di Kupang Ditangkap Polisi
• VIDEO: Mamah Muda Sembunyikan Sabu-Sabu di Kemaluannya, Menahan Nyeri dari Malaysia hingga Surabaya
• VIDEO: Ini Kondisi Jagung di Halaman SMK Negeri I Aesesa. Menyedihkan, Terancam Mati
Dora Tolai menambahkan, saat ini staf pengajar 7 guru dimana 5 PNS dan 2 guru honor. Total siswa 121 anak dari kelas 1-6. Sebelumnya ada dua guru PNS tetapi memilih pindah karena tidak tahan mengajar di sekolah yang memprihatinkan ini.
Maria Tabe, guru PNS di sekolah inipun menyampaikan uneg-unegnya. Dia menceritrakan kalau pada awal-awal keberadaan SDN Tuakau, sedikit stres. Pasalnya, pada pagi hari mereka masuk sekolah, hal yang ditemui adalah gumpalan kotoran sapi di dalam ruangan kelas.
"Ruangan kelas tidak ada pintu, sehingga ternak sapi sering masuk tidur di dalam kelas. Kami harus bersihkan kotoran sapi dulu baru kegiatan KBM. Jadi memang serba susah,” ujarnya.
Sekarang ini, katanya, sapi tidak masuk kelas lagi, karena di translok sudah dibangun pagar tembok. “Tapi kondisi yang kami hadapi cuma KBM tidak tenang, karena bangunan yang masih darurat ini terancam roboh," tutur wanita asal Amarasi ini. (POS KUPANG.COM, Edi Hayong)
Tonton, Like dan Subscribe Youtube Chanel POS-KUPANG.COM