Opini Pos Kupang

Melihat Isi Keranjang Narasi

Mari membaca dan simak Opini Pos Kupang berjudul: melihat isi keranjang narasi

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Melihat Isi Keranjang Narasi
Dok
Logo Pos Kupang

Rasanya semua yang ditampilkan entah itu sungguh sangat mengerikan. Satu sisi sungguh sangat baik untuk mengingatkan kewaspadaan publik, namun disisi lain dia akan menjadi momok atau semacam "teror" dan membuat masyarakat menjadi paranoid. Narasi yang diterima publik beragam, ada yang berupa opini, ada yang faktual sesuai fakta di lapangan, ada persepsi, ada analisa, ada yang berbentuk kajian, ada yang hanya meme, hingga narasi nir-akademis liar dan ada pula yang secara vulgar menyebutkan bahwa sejak kemunculannya, virus corona telah menjalar ke Amerika Serikat dan Perancis bahkan ke negara Indonesia. Pemerintahpun tidak tinggal diam dan segera mengambil langkah strategis dengan mengecek ke rumah sakit-rumah sakit dan mempersiapkan konsep siaga virus, karantina dan tangkal di bandara-bandara.

Yang tidak kalah menarik adalah narasi beberapa ahli Rusia yang mengulas bahwa isu Wuhan sebagai bagian dari Perang Biologi yang tengah digelar AS dalam rangka menghancurkan China, mereka adalah dua rival. Diulas bahwa pada tahun 1959-1961 Amerika serikat pernah menyerang dengan chemical biologis pertanian China sehingga terjadi gagal panen. Kecurigaan tersebut didasari pada pengambilan sampel darah terhadap semua imigran China yang masuk ke Amerika Serikat untuk pemeriksaan kesehatan. Timbul kecurigaan bahwa Amerika serikat melakukan penelitian DNA orang China untuk menciptakan senjata biologi untuk ras China daratan.

Kemudian mereka mencoba menghubungkan kejadian virus SARS dan sejenis itu dulu juga menuju China daratan. Narasi non research lain adalah yang digulirkan bahwa bio lake pangkalan industri terbesar bio-inovasi dan produksi obat eksperimental diduga berada di Wuhan.

Virus corona masih menurut narasi tersebut sengaja dibuat oleh China untuk senjata biologis berbasis virus SARS yang pernah melanda China tahun 2003-an. Kode genetik kedua virus itu 87 persen serupa dan tidak kebetulan. Maka spekulasi Barat mengira, bahwa ada kebocoran dan kecerobohan dalam pembuatan senjata biologi yang tengah dipersiapkan oleh China.

Di Indonesia juga sangat terdampak oleh isu virus Corona, selain pengamatan yang serius di bandara-bandara, juga beberapa narasi menjadi viral di dumay. Misalnya saat Kepolisian Perairan Rote Ndao bersama TNI Angkatan Laut mengamankan 6 warga negara China di perairan Laut Desa Faifua, Kecamatan Rote Timur, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 28 Januari 2020 lalu. Karena diisukan membawa virus corona, maka setelah diamankan, keenam warga China itu menjalani pemeriksaan medis oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao. Setelah mereka dinyatakan negatif corona mereka kemudian diinterogasi.

Ada lagi narasi sosmed yang viral dimana seorang pramugari yang kena flu diduga kena corona sesaat setelah mendarat dari China dan mengeluh panas dingin dan deman. Pramugari tersebut lalu diobservasi di Rumah Sakit Tabanan, Bali dan dinyatakan tidak terdampak virus corona.

Ketiga, Monarkhi dadakan. Betapa tanah air digegerkan oleh dagelan lucu-lucuan dimana ada sekelompok orang yang berhasil membuat costum dan organisasi layaknya sebuah kekuatan monarchi atau kerajaan. Tidak tanggung-tanggung mereka memberi nama kerajaannya sebagai "Kraton Agung sejagat", di desa Juru Tengah Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo yang dipimpin Toto Santoso dengan permaisurinya Fanny Aminida yang akhirnya ditangkap pada tanggal 14 Januari 2020 lalu.

Belum usai kasus monarkhi dadakan Keraton Agung sejagat, lahir lagi kerajaan Sunda empire yang dinakodai Nasri Banks sebagai Perdana Menteri Grand Prime Minister dan Rd Ratna Ningrum selaku kaisar atau Ibunda Ratu Agung dan Raden Rangga Sasana atau HRH Rangga sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Sunda Empire dan pada tanggal 28 Januari 2010 lalu proses penegakan terhadap empire abal-abal inipun dilakukan.

Setelah Purworejo dan Sunda Empire terbit lagi kerajaan abal-abal baru. Dia adalah The King of The King. Yang ditertibkan tramtib dengan mencopot paksa spanduk berwarna dasar biru bertulisan Ketua Umum King of The King Juanda di Kecamatan Taktakan, Serang, Banten. Untuk Ketua King of The King Provinsi Banten dijabat Syiria Mangga Nata. Kerajaan King of The King Cabang Kota Serang dipegang Tarmidi. Terpampang di Spanduk tulisan yang menyebutkan bahwa King of The King akan membayarkan seluruh hutang negara Indonesia.

Keranjang Narasi Penuh

Ini adalah perumpamaan tong plastik besar disebuah gudang, itulah narasi. Dia bisa merangsang ide dan melahirkan narasi baru. Dia bisa dicela tetapi tetap dilihat dan dibaca. Dia melahirkan sumpah serapa, tapi dia melahirkan tanggapan baru yang melahirkan narasi tanggapan yang baru pula. Persepsi pembuat narasipun berbeda. Sangat tergantung pada tingkat pengetahuan dan kemampuan menuangkan rangkaian kata dan daya tarik suguhan. Terkadang yang benar tapi narasinya jelek, dia akan menjadi salah. Tapi yang salah namun dikemas dengan narasi menarik dia akan dianggap benar.

Untuk itu pandai-pandailah melihat dan membaca narasi. Jangan ambil narasi tunggal. Cari pembanding dan narasi alternatif (pembanding). Jangan mudah menshare tanpa saring. Jadikan sosmed sebagai sarana memperoleh informasi. Bersosial media bukan berarti mengurangi apalagi menghilangkan kontak verbal, kontak sosial, sosialita dan silahturahmi.

Permainan media pada anak-anak harusnya diimbangi permainan konvensional, seperti game versus layang-layang. Narasi baik didukung dengan narasi yang lebih baik. Sebaliknya narasi buruk harus disandingi dengan kontra narasi. Narasi radikal harus dilawan dengan kontra narasi radikal. Ayo kita rapikan keranjang dan tong narasi ini dengan kebaikan kebaikan. Semoga bermanfaat. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved