Opini Pos Kupang

Virus Corona 2019-nCov, Patogen yang "Melompat" dari Hewan ke Manusia

Baca Opini Pos Kupang berjudul virus corona 2019-nCov, Patogen yang "Melompat" dari Hewan ke Manusia

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Virus Corona 2019-nCov, Patogen yang
Dok
Logo Pos Kupang

Baca Opini Pos Kupang berjudul virus corona 2019-nCov, Patogen yang "Melompat" dari Hewan ke Manusia

Oleh: Dr. drh. Maxs U.E. Sanam, M.Sc. Microbiologist FKH Undana

POS-KUPANG.COM - Merebaknya wabah penyakit virus baru yang diisebabkan oleh Coronavirus yang menginfeksi sekitar 1975 orang dan menyebabkan 56 orang meninggal dunia (Laporan New York Times) telah menimbulkan keresahan atau bahkan kepanikan, tidak saja bagi masyarkat dan Pemerintah China tetapi juga masyarakat dan pemerintah di berbagai negara, tidak terkecuali Indonesia.

Virus corona, demikian ia dinamakan, memiliki sekumpulan spike atau tonjolan glikoprotein di atas permukaan partikel virus sehingga membentuk tampilan seperti mahkota (Mahkota dalam bahasa Latin adalah corona).

Dampak Kunjungan Miss Universe

Virus Corona baru (novel) adalah salah satu di antara jenis virus corona yang diketahui dapat menginfeksi manusia. Virus corona jenis baru ini oleh WHO dinamakan 2019-nCov. Virus diberi nama demikian karena kasus infeksi terjadi mulai Desember 2019 di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, dan merupakan jenis coronavirus baru.

Perjalanan infeksi virus berlangsung relatif cepat dan meluas ke luar China membentuk ancaman kondisi pandemik (wabah penyakit di berbagai Negara). Per 26 Januari 2020, keberadaan kasus penyakit dan virus 2019-nCov telah terkonfirmasi dan dilaporkan oleh Thailand, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Taiwan, Nepal, Australia, Perancis, dan Amerika Serikat.

Semua pasien atau penderita infeksi coronavirus di luar China memiliki riwayat baru saja kembali dari perjalanan mereka ke Kota Wuhan. Tak pelak, negara-negara yang merasa terancam terjangkit virus corona memperketat screening terhadap para penumpang asal Wuhan atau China yang tiba di bandara-bandara internasional.

Perayaan Imlek 2571, Begini Pandangan Bupati Sumba Timur

Pemerintah China sendiri, untuk menekan penyebaran coronavirus, telah menutup atau "lockdown" Kota Wuhan dan 12 kota lain di sekitarnya yang menimbulkan dampak hambatan mobilitas bagi 35 juta penduduknya. Bahkan beberapa festival besar dalam rangka perayaan Tahun Baru China di Tiongkok telah dibatalkan untuk menghindari agregasi masa yang akan semakin memudahkan penyebaran virus.

Virus Corona Di antara Hewan Liar dan Orang

Virus 2019-nCov memiliki kekerabatan genetik dengan coronavirus lainnya yang juga memiliki target dan gejala klinis yang sama yakni virus SAR (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan MERS (Middle East Respiratory Syndrome). Penyakit SARS pertama kali muncul pada November 2002 di Provinsi Guangdong, Tiongkok dan menyebabkan 10 persen penderita meninggal dunia. Total jumlah penderita dilaporkan 8098 orang, sedangkan yang meninggal 774 orang. Sementara MERS dilaporkan berjangkit di semenanjung Arab. Data WHO hingga akhir November 2019, 2494 orang terikonfirmasi MERS, 858 orang meninggal dunia ((CFR 34.4 persen).

Perbandingan data infeksi kedua virus di atas mengindikasikan bahwa tingkat mortalitas MERS tiga hingga hampir empat kali lebih tinggi dibandingkan SARS. Menilik data sementara terhadap infeksi nCov, ada indikasi bahwa tingkat mortalitasnya jauh di bawah kedua virus corona tersebut.
Ketiga penyakit yang disebabkan oleh coronavirus ini semuanya berasal dari hewan liar sebelum akhirnya menemukan hospes baru dan memiliki kemampuan menginfeksi orang.

Resorvoar bagi SARS adalah kelelawar sedangkan MERS adalah unta. Virus 2019-nCov sendiri melalui analisis molekuler DNA, para ahli berkeyakinan kuat bahwa reservoarnya adalah ular. Bukti menunjukkan bahwa sebagian besar pasien atau penderita memiliki riwayat kontak dengan hewan liar.

Pasien-pasien penderita 2019-nCov memiliki riwayat pernah mengunjungi dalam waktu dekat pasar seafood di Kota Wuhan, tempat yang juga memperjual-belikan daging maupun hewan-hewan liar seperti kelelawar, dan ular. Gejala klinis infeksi coronavirus umumnya menyerupai gejala flu biasa yakni demam, batuk, badan lemas, sakit tenggorokan. Namun pada kasus yang berat pasien dapat mengalami gangguan saluran pernafasan bawah seperti pneumonia dan bronchitis sehingga menyebabkan sesak nafas berat.

Munculnya strain-strain pathogen baru (virus ataupun bakteri) asal hewan yang kemudian menginfeksi manusia, tidaklah mengherankan. Hal ini telah diprediksikan oleh para ahli kesehatan hewan maupun kesehatan manusia. Rusaknya ekosistem hutan sebagai habitat satwa liar sehingga mereka bermigrasi mendekat ke pemukiman manusia. Di samping itu, daging dan produk-produk olahan satwa liar (bulu, kulit, gading dsb) massif diperdagangkan di dalam lingkungan pasar-pasar tradisional.

Kedua faktor di atas berkontribusi terhadap peluang "melompat atau jumping" virus -virus hewan kepada manusia. Sialnya, materi genetik virus dimaksud telah mengalami mutasi sehingga ia berubah menjadi patogen pada manusia namun "ramah" terhadap reservoarnya (hewan). Sejumlah "Jumping Pathogen" lainnya dapat kita inventarisir di sini antara lain: SARS, MERS, HIV, Virus Ebola, virus Nipah, virus Hendra, dan virus flu burung.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved