Megawati Tagih Hal Penting Ini ke Jokowi Sebut Maruf Amin dan Mahfud MD
Megawati Tagih Hal Penting Ini ke Jokowi Sebut Maruf Amin dan Mahfud MD
Adapun untuk pejabat fungsional BPIP, masih bisa mendapatkan gaji karena menjalankan tugas operasional kantor sehari-hari, tapi tetap dengan pertimbangan matang.
"Kami yakin beliau-beliau hanya untuk mengabdi kepada negara. Jadi mohon jangan dibuat seakan-akan beliau-beliau punya pamrih gaji," kata Boyamin.
Karena itulah MAKI berencana melakukan gugatan hukum dengan menggugat Perpres Nomor 42/2018 itu ke Mahkamah Agung (MA).
"Kamis (31/5) besok akan kami masukan gugatan ke MA untuk mencabut Perpres Nomor 42/2018 itu," kata Boyamin. (*)
Megawati Curhat ke Kiai dan JK soal Masjid di Kementerian Terpapar Radikalisme
Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri menyebut banyak masjid-masjid di kantor kementerian yang terpapar radikalisme.
Hal itu ia sampaikan saat memberikan sambutan dalam acara 'Presidential Lecture Internalisasi dan Pembumian Pancasila' di Istana Negara, Jakarta, Selasa (3/12/2019).
"Kita sendiri tahu sudah sampai seberapa jauh terpaparnya masjid-masjid kita. Masih banyak di masjid-masjid kementerian," kata Megawati.
"Saya sampai tanya dengan kiai-kiai, ini senior saya. Saya sampaikan, apakah masjid itu, apakah Allah SWT itu memang penyampaiannya itu adalah kebencian, merusak, tidak toleran," sambungnya.
Ketua umum PDI-Perjuangan itu mengaku pernah menyampaikan hal ini kepada ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla.
Ia meminta Kalla untuk mengawasi agar masjid tak mengundang penceramah yang kerap menyampaikan kebencian.
"Tolong pak kalau dibiarkan saja hanya kebencian yang diberikan kepada mereka-mereka ini, rakyat kita yang perlu rohaninya diisi, tapi oleh seperti itu. Bagaimana kalau kita kejadian seperti di timur tengah? Siapa yang akan menghentikan?" kata dia.
Megawati juga mengaku sudah berbicara dengan kader PDI-P yang kini menjabat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Tjahjo Kumolo.
Ia menyebut Tjahjo memiliki tugas berat untuk memikirkan ASN yang terpapar radikalisme.
"Sekarang yang pusing kepala sebetulnya Pak Tjahjo. Saya bilang hati-hati loh Yo, kamu yang mesti mikirkan kenapa ASN bisa terpapar (radikalisme), sampai sebegitu," ujarnya.
Hadir dalam acara ini Presiden Jokowi, Wapres Ma'ruf Amin, para menteri kabinet kerja, Panglima TNI, Kapolri dan Kepala BIN.
Soal Masjid Terpapar Radikalisme, BIN Diminta Tak Resahkan Masyarakat
JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mustafa Kamal meminta Badan Intelijen Negara ( BIN) untuk tidak sembarangan melempar informasi ke publik.
Hal ini dia sampaikan ketika ditanya sial 41 masjid di lingkungan pemerintahan yang terpapar radikalisme.
"Kalau informasi intelijen saya kira sebaiknya itu diolah terlebih dahulu lalu kemudian dibuat kebijakannya. Baru disampaikan kepada publik. Bukan menjadi informasi mentah yang dilempar ke publik lalu menjadi kontroversi," ujar Mustafa di kompleks parlemen, Rabu (21/11/2018).
Mustafa mengatakan hal itu membut kondisi di masyarakat menjadi tidak stabil. Selain itu juga bisa membuat masyarakat saling curiga.
Jika ada informasi, sebaiknya pemerintah mengolah terlebih dahulu dan dibuat ke dalam bentuk kebijakan. Kebijakan itu yang kemudian disampaikan kepada publik.
"Yang diberikan kepada masyarakat itu adalah kebijakan, bukan analisanya atau masih mentah. Apalagi intelijen itu kan hanya satu sisi sumber informasi, dari intelijen itu harus disertai oleh berbagai kajian, baru kemudian disampaikan oleh jubir pemerintah," kata dia.
Dia pun mengingatkan bahwa sebentar lagi akan digelar Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden. Mustafa mengatakan seharusnya pemerintah lebih bijak menciptakan suasana kondusif di masyarakat.
"Jangan sampai kemudian menjadi permasalahan kepada umat tertentu, lalu akhirnya kegiatan agama yang seyogyanya menjadi kontributor bagi stabilitas politik nasional justru malah menjadi sesuatu yang tidak kontributif," ujar Mustafa.
Temuan masjid terpapar radikalisme
Juru Bicara Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto sebelumnya mengungkapkan, temuan soal 41 masjid di lingkungan pemerintah yang terpapar radikalisme didapat dari hasil survei oleh Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Nahdlatul Ulama.
• Ketua BEM PNK Kupang Beberkan Fakta Baru Dugaan Pungli di Jurusan Teknik Sipil PNK
• Natal 2019! Chord Gitar dan Lirik Lagu Natal, Jingle Bell Rock, O Holy Night hingga White Christmas
• VIDEO: Australia Sambut Baik TransNusa Masuk Darwin. Tonton Videonya Yuk
Temuan tersebut diungkapkan Kasubdit di Direktorat 83 BIN, Arief Tugiman, dalam diskusi terkait peran ormas Islam dalam NKRI, di kantor Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) Jakarta, beberapa waktu silam.
Wawan menuturkan, hasil survei tersebut kemudian didalami lebih lanjut oleh BIN.
"Survei dilakukan oleh P3M NU, yang hasilnya disampaikan kepada BIN sebagai early warning dan ditindaklanjuti dengan pendalaman dan penelitian lanjutan oleh BIN," kata Wawan, saat ditemui di Restoran Sate Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (20/11/2018).
Kategori radikalisme tersebut, lanjut dia, dilihat dari konten yang dibawakan penceramah di masjid tersebut.
Ia menuturkan, terdapat sekitar 50 penceramah dengan konten yang menjurus radikalisme.
"Jadi, konten ceramahnya yang kita utamakan, karena itu kan setahun sudah ada daftar penceramahnya, kalau masjidnya sih enggak ada yang radikal, tapi penceramahnya," terang dia.
Dia menuturkan, keberadaan masjid di lingkungan pemerintah seharusnya steril dari hal-hal yang berbau radikal. Hal tersebut merupakan salah satu upaya BIN menjaga persatuan di Indonesia.
Ke depannya, BIN berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk melakukan pemberdayaan agar tercipta ceramah yang lebih sejuk.
"Hal tersebut adalah upaya BIN untuk memberikan early warning dalam rangka meningkatkan kewaspadaan, tetap menjaga sikap toleran dan menghargai kebhinekaan," ujar dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Megawati Tagih Jokowi soal Pengganti Ma'ruf dan Mahfud di BPIP", https://nasional.kompas.com/read/2019/12/03/14 500141/megawati-tagih-jokowi-soal-pengganti-m aruf-dan-mahfud-di-bpip.