VIDEO: Gubernur Laiskodat Beberkan Alasan Digelarnya Lokakarya Grand Design Dikbud NTT. Ini Videonya
VIDEO: Gubernur Laiskodat Beberkan Alasan Digelarnya Lokakarya Grand Design Dikbud NTT. Lokakarya itu di Aula Fernandez, Kantor Gubernur NTT.
Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Frans Krowin
VIDEO: Gubernur Laiskodat Beberkan Alasan Digelarnya Lokakarya Grand Design Dikbud NTT. Ini Videonya
POS-KUPANG.COM, KUPANG – VIDEO: Gubernur Laiskodat Beberkan Alasan Digelarnya Lokakarya Grand Design Dikbud NTT. Ini Videonya
Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT menyampaikan beberapa alasan digelarnya Lokakarya Penyusunan Grand Design Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi NTT Tahun 2019.
Salah satu alasan yang dikedepankan, adalah masih lambannya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTT dari tahun ke tahun.
Hal ini disampaikan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Asisten II Bidang Ekonomi Pembangunan , Ir. Semuel Rebo.
• VIDEO: Manajemen RS Siloam Gelar Khitanan Massal di Tapal Batas Indonesia-Timor Leste. Ini Videonya
• VIDEO: Padi Inovasi Baru Inpari IR Nutri ZINC, Bantu Atasi Stunting di NTT. Kok Bisa? Ini Videonya
• VIDEO: Sumba Timur Sudah Siapkan 70 Komputer Untuk Pelaksanaan Tes CPNS Sistem CAT. Ini Videonya
Sambutan itu dibacakan pada acara Lokakarya Tahap III Penyusunan Grand Design Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT Tahun 2020-2030, di Aula Fernandez, Kantor Gubernur NTT, Senin (11/11/2019).
Hadir pada acara itu, para kepala Bappeda dan Kepala Dinas dikbud se- NTT, Kasubag Direktorat Pendidikan Menengah,Bappenas, Vivi Andriani,S.T, M. Sc dan Kepala Bappelitbangda NTT, Lecky F. Koli,STP.
Selain itu, Kadis PMD NTT, Drs. Sinun Petrus Manuk, Perwakilan Forum Peduli Pendidikan Sumba, Prof. Muklas Samani, Prof. Wili Toisuta dan undangan lainnya.
Menurut Viktor Laiskodat, beberapa alasan mengapa Pemprov NTT menjadikan grand design sebagai hal prioritas dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM).
Alasan pertamanya, adalah masih lambannya peningkatan IPM dari tahun ke tahun.
"Alasan lain, menyangkut masa depan dan hajat hidup 1,35 anak NTT atau 25,2 persen dari 5,5 juta total penduduk NTT, rendahnya mutu hasil pembelajaran siswa lantaran hanya sebagian kecil yang berprestasi," kata Viktor.
Dikatakannya, ada 2,38 jiwa di sekolah namun mutu masih rendah. Selain itu rendahnya mutu asupan gizi anak atau stunting,
"Kekurangan gizi mulai usia nol -59 bulan dan keadaan ini turut berkontribusi atau membuat mutu pembelajaran siswa,dan tingginya disparitas antara anak yang stunting dan anak non stunting," katanya.
Dia mengakui, angka stuntung di NTT 40,3 persen dan merupakn angka tertinggi di Indonesia.
Lebih lanjut, dikatakan, di NTT ada 480 pulau kecil dan terpencil yang sebagian besar tergolong terpencil dengan penduduk sedikit dan terpencar.