Berita Cerpen

Cerpen Arnus Setu: Keringnya Kali Kami

Tempat berukuran kecil dengan dinding dari belahan bambu, lantai dari papan pohon kelapa dan atap dari alang-alang.

ilustrasi/pos-kupang.com
Keringnya Kali Kami 

"Sudah beberapa hari ini ia tidak ikut antre air dari mobil bertangki itu," tambah Mundus.

"Apanya yang hilang, beberapa hari terkhir ini aku dan Anto bersama-sama terus. Kami sedang mengerjakan suatu pekerjaan tambahan untuk jalan keluar dari kekeringan ini," jawab Pardi sedikit tersenyum.

"Syukurlah kalau begitu. Lalu di mana si Anto sekarang?" sahut Tinus tidak sabar.

"Di dekat kali kita," jawab Pardi sambil menunjuk ke arah kali.
Mendengar penjelasan Pardi. Mereka pun langsung menuju kali itu.

Aroma Keretakan Persib Bandung Terkuak Usai Kalahkan Persipura, Umuh Singgung Semen Padang

"Anto, Anto," teriak Mundus ketika tiba di kali itu.
Mendengar teriakan itu, buru-buru ia naiki tangga berbambu. Saat sampai di puncaknya, sekelompok orang sudah menunggunya dengan mata melotot.

"Anto, kenapa penggalian sumur ini tak kau ceritakan pada warga yang lain. Kan bisa dikerjakan secara bersama," kata Wanto dengan nada menyerang.

"Maaf, teman-teman. Bukannya tidak ingin bercerita atau mengajak, tapi aku dan Pardi ingin berusaha sendiri dulu.

Syukurlah, penggalian sumur ini tidak terlalu membutuhan waktu lama. Karena letaknya dekat kali jadi kini kita sudah bisa mengairi sawah kita dengan air sumur ini," jawab Anto.

Meski agak kecewa dengan Anto, namun mereka tak bisa menyangkal senyum kegembiraan yang mulai merekah di bibir masing-masing.

Apalagi gumpalan awan hitam seketika itu bergerombol di atas kepala mereka. Senja terasa begitu bersahabat. Pulang pun menjadi kian bersemangat.

(Arnus Setu berasal dari Detusoko, Ende, NTT. Alumnus SMA Seminari Mataloko. Belajar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta).

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved