KISAH Penderita HIV/AIDS di Kupang, Yulius Tak Putus Asa

Ia didiagnosa positif HIV/AIDS tahun 2013. Yulius tidak tahu awal mula tubuhnya digerogoti virus.

Penulis: Gecio Viana | Editor: Alfons Nedabang
Essay by IAS Paper
Ilustrasi HIV/AIDS 

Ia berharap tidak ada kasus HIV/AIDS baru dan stigma serta diskriminasi terhadap ODHA berkurang bahkan hilang. Menurutnya, penanganan HIV/AIDS oleh pemerintah Kota Kupang sudah optimal. Apalagi, saat ini di tingkat kelurahan dibentuk Warga Peduli AIDS (WPA) dan gencar melakukan sosialisasi.

Yulius mengusulkan agar pemerintah melakukan tes bagi para perantau atau warga yang baru tiba di Kota Kupang. "Anak-anak yang pulang dari merantau dan pulang harus dites. Sehingga dia tidak lagi menularkan, jangan sampai sudah punya pacar atau istri di sini. Kebanyakan yang kami urus mereka yang pernah merantau atau pasangan mereka yang pernah merantau," tandasnya.

Ketua Komunitas Teman Belajar Remaja Kupang (TeBeRK), Narwati Adonis menilai kurangnya sosialisasi Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) menjadi salah satu penyebab tingginya angka ODHA di Kota Kupang.

Ketua Komunitas Teman Belajar Remaja Kupang (TeBeRK) Kota Kupang, Narwati Adonis
Ketua Komunitas Teman Belajar Remaja Kupang (TeBeRK) Kota Kupang, Narwati Adonis (POS-KUPANG.COM/GECIO VIANA)

"Kecenderungan tingginya angka ODHA karena kurangnya sosialisasi terkait HKSR. Nah, ketika seseorang kurang mengetahui informasi dasar terkait HKSR maka secara tidak langsung akan berpengaruh pada perilaku atau pola hidupnya. Contohnya, melakukan perilaku-perilaku beresiko seperti seks bebas," jelas Narwati ketika dihubungi Selasa (10/9/2019).

Menurutnya, jika seseorang jika tidak mengetahui informasi bahaya dari melakukan seks bebas, maka akan beresiko terinfeksi HIV/AIDS maupun Infeksi Menular Seksual (IMS).

"Memang kita tidak melarang seseorang melakukan hubungan seks, akan tetapi ada batasan-batasan yang harus diketahui bahwa Ketika melakukan hubungan seks harus menggunakan kondom sehingga tidak tertular HIV/AIDS maupun IMS," katanya.

Bupati Djafar Minta Pengembang PLTPB Mutubusa agar Perhatikan Jalan

Kepala Sekretariat KPA Kota Kupang, Marselinus Bay mengatakan, kasus HIV/AIDS yang terjadi terus ditekan dengan berbagai upaya, di antaranya sosialisasi dan pendampingan ODHA.

Dia menyebut upaya yang dilakukan, yaitu melakukan pendekatan pribadi ke tempat populasi kunci seperti bar-bar, pitrad dan karaoke secara rutin. Melakukan kegiatan mobile VCT dengan mengambil darah untuk deteksi dini di kelurahan-kelurahan
Kegiatan penjangkauan dan pendampingan, dimana teman-teman yang positif didampingi untuk dapat meminum obat secara rutin.

"Di sini kami bekerja sama dengan Warga Peduli AIDS tingkat kelurahan," kata Marselinus saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (9/9/2019). Upaya lainnya, lanjut Marselinus, monitoring evaluasi yang gencar dilakukan di kelurahan-kelurahan.

Harta Belimpah Tak Kalah dari Ashanty, Ayu Ting Ting Boyong 15 Karyawan dan Keluarga ke Labuan Bajo

Menurutnya, selama tahun 2000-2019 ada 75 orang meninggal tapi bukan karena menderita HIV/AIDS. Tetapi penderita meninggal disebabkan dengan penyakit lain yang dideritanya. Misalnya bila ODHA tidak rutin minum obat dan terserang penyakit maka akan dengan mudah dan cepat penyakit menyerang sehingga menyebabkan penderita meninggal dunia.

Tahun 2019 tercatat satu orang meninggal dunia, dibandingkan tahun 2018 tercatat empat orang. Angka ini menunjukkan penurunan.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, drg. Retnowati menyatakan, Kota Kupang peringkat pertama kasus HIV/AIDS terbanyak di Provinsi NTT. Per Juli 2019, jumlah penderita penyakit mematikan tersebut mencapai 1.509 orang, terdiri dari 1069 penderita HIV dan 440 penderita AIDS.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, drg. Retnowati
Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, drg. Retnowati (POS-KUPANG.COM/LAUS MARKUS GOTI)

Menurut Retnowati, sebagian besar penderita HIV/AIDS berada pada rentang usia 25 sampai 49 tahun. Dan, dominan tertular melalui hubungan seks.

"Padahal berbagai macam sosialisasi sudah terus menerus dilakukan oleh Dinkes Kota Kupang serta LSM untuk menekan penyebaran HIV-AIDS," kata Retnowati saat ditemui Senin (9/9/2019).

Dia menyebut Menurutnya, ada 3 cara prinsip dalam pencegahan penularan HIV, yaitu A, B, dan C atau dapat diartikan prinsip Abstinence, be faithfull, condom, dan no drugs.

Manajemen Ruben Onsu dan Betrand Peto Temui Kepala SMPN 1 Ruteng Manggarai, Ini yang Disampaikan

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved