PGI Gandeng Pemerintah Cegah Stunting Masyarakat Sumba Timur
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI melaksanakan program Pencegahan Stu
Penulis: Robert Ropo | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Robert Ropo
POS-KUPANG.COM | WAINGAPU---Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI melaksanakan program Pencegahan Stunting di Sumba Timur. Hal ini sebagai bentuk perhatian gereja dan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Sekretaris Umum Majelis Pelaksana Harian Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (MPH-PGI), Pdt. Gomar Gultom, saat menjadi keynote speaker pada seminar Orientasi Cegah Stunting dan Persiapan Penggerakan Masyarakat, yang berlangsung di gedung kebaktian Gereja Kristen Sumba (GKS) Jemaat Payeti, Waingapu, Selasa (3/9/2019) mengatakan, urusan kesehatan masyarakat akan menjadi terlalu berat, jika hanya diserahkan kepada para dokter dan tenaga medis.
• Dies Natalis ke-57 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Undana, Hadirkan 100 Pemakala-Pembicara Lintas Negara
Menurutnya, karena masalah kesehatan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan juga adalah bagian dari tanggung jawab gereja. Pola pelayanan Tuhan Yesus Kristus yang selalu berkhotbah, mengajar, dan menyembuhkan harus menjadi rujukan utama pelayanan gereja masa kini.
Dikatakan Pdt. Gomar, jumlah anak di Indonesia yang mengalami stunting atau pertumbuhan fisik dan kecerdasan yang kurang masih berada pada posisi 30,8 persen, atau lebih tinggi 10,8 persen dari yang ditolerir oleh World Health Organization (WHO) yakni 20%. Dan juga angka gizi buruk di Indonesia yang masih berada di angka 17,2 persen dan juga berada diatas batas toleransi WHO yakni 10 persen.
"Jumlah penduduk Indonesia saat ini ada pada angka 262 juta lebih, angka yang besar ini jika berkualitas akan menjadi modal pembangunan. Sebaliknya jika tidak berkualitas, akan menjadi masalah pembangunan,"tandas Pdt. Gomar.
"Jadi melihat prosentase anak yang mengalami stunting dan gizi buruk yang berada diatas batas toleransi WHO, semua pihak harus ikut mengambil bagian dalam mengatasi masalah penyebab stunting dan gizi buruk, termasuk semua anggota PGI,"tambah Pdt. Gomar.
Kata dia, PGI saat ini sedang berjuang untuk kembali melaksanakan pelayanan gerejawi dengan berpedoman pada pola pelayanan Yesus, yakni tidak hanya berkhotbah, tetapi juga mengajar dan menyembuhkan.
Pemateri Theresia Irawati dari Direktorat Promosi Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, dalam pemaparannya menjelaskan, keadaan anak stunting biasanya disebabkan oleh beberapa hal yakni praktek pengasuhan yang tidak baik, terbatasnya layanan kesehatan, kurangnya akses ke makanan bergizi, dan kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.
• Berpeluang Masuk Skuad Utama? Lihat Dua Pemain Muda Persib Bandung Masuk Radar Robert Alberts
Sehingga kata Theresia, dampak anak stunting adalah, kemampuan kognitif anak berkurang, anak mudah sakit, saat tua beresiko terkena penyakit berhubungan dengan pola makan. Selain itu, fungsi tubuh anak tidak seimbang, dapat menyebabkan kerugian ekonomi karena produktivitas yang rendah, dan juga postur tubuh anak tidak tumbuh maksimal.
Menurut Irawati, stunting bukanlah masalah tanpa solusi. Karena stunting bisa diatasi dengan cara mengkonsumsi makanan bergizi seimbang.
Irawati juga menjelaskan, langkah-langkah untuk memenuhi keseimbangan gizi, sudah harus dimulai sebelum seorang calon ibu hamil, sehingga dengan kondisi tubuh yang sehat ini akan berlanjut hingga saat hamil, dengan mengkonsumsi tablet tambah darah, hingga pemberian air susu ibu (ASI), hingga pemberian makanan tambahan pendamping ASI hingga usia dua tahun, atau genap 1000 hari pertama kehidupan.
"Kita juga harus membudayakan pola hidup sehat dengan selalu mencuci tangan setelah ke kamar mandi, sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, termasuk setelah membantu anak buang air besar,"imbuhnya.
Bupati Sumba Timur, Gidion Mbilijora dalam sambutannya sebelum membuka kegiatan ini menegaskan, presiden Joko Widodo sudah menegaskan, terkait penanganan stunting saat ini menjadi program investasi jangka panjang untuk menghadirkan generasi yang lebih hebat pada tahun 2040 mendatang. Karena itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumba Timur akan bergandengan tangan dengan semua pihak untuk menyelesaikan masalah anak stunting di Sumba Timur.
Gidion juga mengatakan, sejak tahun 2013, pemerintah sudah melakukannya dan berhasil menurunkan jumlah anak stunting di Sumba Timur sebanyak 12 persen, dan saat ini berada dibawah data-data angka stunting tingkat Provinsi NTT, dan juga tiga kabupaten lain se-daratan Sumba.