Cerita Warga Timor Leste di Australia Setelah 20 Tahun Referendum, Refleksi Perjuangan Tiga Generasi

Pada hari Jumat (30/8/2019) negara Timor Leste memperingati 20 tahun Referendum untuk melepaskan diri dari Indonesia.

Editor: Agustinus Sape
ABC News/Anthony Stewart)
Tiga generasi asal Timor Leste di Australia (dari kiri ke kanan): Kuon Nhen Lay, Carla Chung dan Samuel Boavida. 

Berkat koneksi keluarga, ia kemudian melarikan diri ke Victoria, Australia di tahun 1994, meski ia mengaku tidaklah mudah begitu saja untuk bisa lari ke Australia.

Carla menepis tuduhan jika Australia telah membantu Timor Leste untuk merdeka, karena saat itu Australia justru berpihak pada Indonesia, seperti yang juga disebutkan dalam sebuah dokumen intelijen Amerika Serikat soal misi penjaga perdamaian.

Negara Timor Leste Rayakan 20 Tahun Referendum, Perdana Menteri Australia Hadir di Dili

Pada 1999, Carla Chung telah menjadi aktivis yang vokal dan membantu komunitas Timor di Melbourne untuk ikut berpartisipasi dalam Referendum.

Saat hari Feferendum tiba, dirinya menjadi gelisah dan ketakutannya menjadi kenyataan setelah kekerasan militer meletus setelah Referendum.

Kedua orangtuanya sudah kabur meninggalkan Dili dan dilaporkan 1.400 orang meninggal dalam insiden berdarah tersebut.

"[Kemerdekaan] tidak diberikan kepada kita seperti hadiah, tapi sesuatu yang kita dapatkan lewat darah dan air mata."

'Menunjukkan pada Dunia': Samuel, 19 Tahun

Samuel Boavida mengaku dirinya bangga memiliki darah Timor meski ia lahir dan dibesarkan di Australia.
Samuel Boavida mengaku dirinya bangga memiliki darah Timor meski ia lahir dan dibesarkan di Australia. (ABC News/Anthony Thompson)

Samuel Boavida adalah salah satu generasi pertama Timor yang lahir setelah referendum.

Meski lahir di Australia dan tidak pernah mengalami kesulitan seperti generasi sebelum dirinya, pria berusia 19 tahun ini masih menghargai arti kemerdekaan Timor Leste.

"Ini penting, karena kita mampu mengambil kendali untuk diri sendiri dan ... dapat [menunjukkan] siapa kita," katanya.

"Luar biasa menjadi merdeka, tetapi pada saat yang sama ada masalah yang masih harus diselesaikan di komunitas sendiri."

Samuel Boavida mengatakan ia memiliki "perasaan campur aduk" dalam merayakan peringatan 20 tahun kemerdekaan Timor Timur, karena negara itu masih membutuhkan banyak perbaikan, termasuk jalan-jalan dan infrastruktur lainnya.

Nasib Timor Leste Kini: Mimpi Menjadi Negara Makmur Lewat Cadangan Migas, Mungkinkah?

"Saya ingin kita berkembang menjadi negara yang kaya, kuat, dan bebas ... [dan] menunjukkan kepada dunia apa yang bisa kita lakukan," katanya.

Ia mengaku bangga menjadi orang Timor yang dibesarkan di Australia karena telah membuatnya lebih menerima budaya-budaya lain.

"Saya diberi tahu untuk bangga dengan dari mana saya berasal, tidak malu dan menyembunyikannya, dan berbagi soal budaya saya dengan orang lain," katanya.

"Karena ini semua tentang [mencintai], berbagi, dan menerima."

Sementara itu ada pula warga Timor Leste yang terpaksa meninggalkan kampung halaman dan harta benda mereka karena memilih pindah ke Indonesia.

Mereka tinggal di sejumlah tempat pengungsian dan hingga kini mereka mengaku masih kurang diperhatikan.

Sumber: ABC News Indonesia

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved