Cerita Warga Timor Leste di Australia Setelah 20 Tahun Referendum, Refleksi Perjuangan Tiga Generasi
Pada hari Jumat (30/8/2019) negara Timor Leste memperingati 20 tahun Referendum untuk melepaskan diri dari Indonesia.
Tapi perayaan dan suka cita tak lama berubah menjadi hal yang mengerikan, saat militer Indonesia melancarkan aksinya di Timor Timur saat itu, menewaskan ratusan orang, bahkan meratakan ibu kota Dili.
Melihatnya dari Australia, Kuon Nhen Lay merasa tidak bisa melakukan apa-apa.
"Orang-orang telah berjuang dan menderita selama 24 tahun, mereka mulai melihat kehidupan baru, tapi kemudian kehilangan hidup mereka," katanya.
Ketika kekerasan dilaporkan meningkat, warga Australia pun tak tinggal diam. Mereka menggelar sejumlah demonstrasi besar-besaran di hampir seluruh kota besar.
Aksi turun ke jalan yang dilakukan warga Australia tersebut adalah tuntutan agar pemerintah Australia mengirimkan pasukan penjaga perdamaian.

"Warga dari semua kalangan menunjukkan kebaikan dan persahabatan mereka," kata Kuon yang baru saja menjadi warga negara Australia di awal bulan Agustus 2019 lalu.
"Saya selalu ingin kembali ke Timor Timur, tetapi anak-anak dan keluarga saya ada di sini.
"[Australia sekarang] rumahku."
Diraih dengan 'darah dan air mata': Carla, 34 tahun

Carla Chung asal Timor Leste adalah seorang aktivis di organisasi serikat pekerja di Melbourne.
Ketika berusia 14 tahun, ia menjadi saksi mata pembantaian Santa Cruz di Dili, yang menewaskan setidaknya 250 pelajar saat tentara Indonesia menembak ke arah kerumunan yang sedang berunjuk rasa dengan damai di tahun 1991.
"Kita masih anak-anak," kata Carla kepada ABC.
"Kita tadinya berpikir tentara akan menembak, karena media internasional juga sedang ada di sana."

Insiden itu membuat Carla Chung marah dan saat dirinya menjadi mahasiswa, ia semakin aktif dalam menggencarkan protes sampai membuat keluarganya khawatir ia akan dibunuh.
"Semakin tidak aman bagi saya untuk tetap [di Timor-Leste], perempuan menjadi sasaran perkosaan, [dan] saya bisa saja dibunuh," katanya.