Breaking News

Cerita Warga Timor Leste di Australia Setelah 20 Tahun Referendum, Refleksi Perjuangan Tiga Generasi

Pada hari Jumat (30/8/2019) negara Timor Leste memperingati 20 tahun Referendum untuk melepaskan diri dari Indonesia.

Editor: Agustinus Sape
ABC News/Anthony Stewart)
Tiga generasi asal Timor Leste di Australia (dari kiri ke kanan): Kuon Nhen Lay, Carla Chung dan Samuel Boavida. 

Tapi perayaan dan suka cita tak lama berubah menjadi hal yang mengerikan, saat militer Indonesia melancarkan aksinya di Timor Timur saat itu, menewaskan ratusan orang, bahkan meratakan ibu kota Dili.

Melihatnya dari Australia, Kuon Nhen Lay merasa tidak bisa melakukan apa-apa.

"Orang-orang telah berjuang dan menderita selama 24 tahun, mereka mulai melihat kehidupan baru, tapi kemudian kehilangan hidup mereka," katanya.

Ketika kekerasan dilaporkan meningkat, warga Australia pun tak tinggal diam. Mereka menggelar sejumlah demonstrasi besar-besaran di hampir seluruh kota besar.

Aksi turun ke jalan yang dilakukan warga Australia tersebut adalah tuntutan agar pemerintah Australia mengirimkan pasukan penjaga perdamaian.

Kuon Nhen Lay adalah seorang pejuang geriliya yang kini menetap di Melbourne.
Kuon Nhen Lay adalah seorang pejuang geriliya yang kini menetap di Melbourne. (ABC News/Anthony Stewart)

"Warga dari semua kalangan menunjukkan kebaikan dan persahabatan mereka," kata Kuon yang baru saja menjadi warga negara Australia di awal bulan Agustus 2019 lalu.

"Saya selalu ingin kembali ke Timor Timur, tetapi anak-anak dan keluarga saya ada di sini.

"[Australia sekarang] rumahku."

Diraih dengan 'darah dan air mata': Carla, 34 tahun
 

Carla Chung pernah menjadi aktivis yang berani mengkampanyekan soal referendum Timor Leste.
Carla Chung pernah menjadi aktivis yang berani mengkampanyekan soal referendum Timor Leste. (ABC News/Anthony Stewart)

Carla Chung asal Timor Leste adalah seorang aktivis di organisasi serikat pekerja di Melbourne.

Ketika berusia 14 tahun, ia menjadi saksi mata pembantaian Santa Cruz di Dili, yang menewaskan setidaknya 250 pelajar saat tentara Indonesia menembak ke arah kerumunan yang sedang berunjuk rasa dengan damai di tahun 1991.

"Kita masih anak-anak," kata Carla kepada ABC.

"Kita tadinya berpikir tentara akan menembak, karena media internasional juga sedang ada di sana."

Dilaporkan 250 mahasiswa dan pelajar asal Timor Leste terbunuh karena aksi militer yang digencarkan tentara Indonesia di tahun 1991.
Dilaporkan 250 mahasiswa dan pelajar asal Timor Leste terbunuh karena aksi militer yang digencarkan tentara Indonesia di tahun 1991. (Flickr: Santa Cruz Cemetery, Molly Mueller)

Insiden itu membuat Carla Chung marah dan saat dirinya menjadi mahasiswa, ia semakin aktif dalam menggencarkan protes sampai membuat keluarganya khawatir ia akan dibunuh.

"Semakin tidak aman bagi saya untuk tetap [di Timor-Leste], perempuan menjadi sasaran perkosaan, [dan] saya bisa saja dibunuh," katanya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved