Michiko, Mantan Permaisuri Jepang Divonis Kanker Payudara, Begini Kondisinya Sekarang
Minchiko, mantan permaisuri berusia 84 tahun itu didiagnosis menderita kanker payudara setelah menjalani pemeriksaan di rumah sakit.
Pada Agustus 1957, dia bertemu Akihito, saat itu seorang putra mahkota, di lapangan tenis di Karuizawa, dekat Nagano.
Badan Rumah Tangga Kekaisaran secara resmi menyetujui pertunangan mereka pada 27 November 1958.
Media saat itu menggambarkan hubungan Akihito dan Michiko sebagai "cerita dongeng" yang nyata atau "kisah asmara di lapangan tenis."
Upacara pertunangan mereka dilangsungkan pada 14 Januari 1959.
Pada masa itu, media beranggapan bahwa Badan Rumah Tangga Kekaisaran akan menjodohkan Akihito dengan wanita dari keluarga bangsawan atau cabang dari klan kaisar sebagaimana tradisi turun-temurun pernikahan istana.
Meski berasal dari keluarga kaya, keluarga Shoda tetap dipandang sebagai rakyat jelata lantaran tidak memiliki latar belakang bangsawan.
Keluarganya yang menganut Katholik juga menjadi alasan lain pihak tradisionalis untuk menentang perjodohan mereka.
Meski tidak pernah dibaptis, Michiko dididik di lembaga Katholik dan tampaknya memiliki keyakinan yang sama dengan orangtuanya.
Kabar juga tersiar bahwa salah satu penentang perjodohan itu adalah ibu Akihito sendiri, Nagako, Permaisuri Kojun.
Setelah Nagako meninggal pada tahun 2000, Reuters melaporkan bahwa pada tahun 1960, Nagako membuat menantu perempuan dan cucunya depresi lantaran disalahkan terus-menerus sebagai sosok yang tidak pantas mendampingi putranya.
Mishima Yukio yang seorang tradisionalis berpandangan bahwa pernikahan ini akan menjadikan keluarga kaisar kehilangan kewibawaannya.
Meski demikian, masyarakat luas mendukung perjodohan mereka, begitu pula para politisi.
Michiko kemudian menjadi lambang modernisasi dan demokrasi.
Pernikahan mereka dilangsungkan dengan upacara adat Shinto pada 10 April 1959.
Selain diikuti di jalan-jalan Tokyo oleh lebih dari 500.000 orang yang tersebar di jalanan sepanjang 8,8 km, prosesi pernikahan ini juga menjadi pernikahan keluarga istana pertama yang disiarkan di televisi, dengan penonton sekitar 15 juta pemirsa.
Akihito dan Michiko kemudian tinggal di Istana Togu (Togu-gosho), secara harfiah bermakna "Istana Timur", yang merupakan kediaman pewaris takhta.
Pernikahan Michiko dengan Akihito menjadikannya secara resmi tergabung dengan keluarga istana.
Sebagai istri putra mahkota, Michiko menerima gelar kotaishihi.
Saat Hirohito mangkat pada tahun 1989, Akihito naik takhta menjadi kaisar.
Sebagai istri kaisar, Michiko menjadi seorang permaisuri (kogo).
Dia adalah permaisuri pertama yang berasal dari keluarga non-bangsawan dan kalangan agama minoritas.
Sejak menjadi bagian keluarga kaisar, Michiko mendampingi Akihito dalam berbagai kegiatan.
Mereka mengunjungi 47 prefektur di Jepang sebagai upaya untuk memudarkan sekat antara keluarga istana dan masyarakat.
Mendampingi suami, Michiko turut serta dalam berbagai lawatan kenegaraan, menerima tamu resmi, juga mengunjungi lembaga sosial, amal, dan budaya.
Pada tahun 2007, Michiko melakukan tugas dalam kapasitas resminya lebih dari 300 kali.
Mereka juga mengunjungi lembaga perawatan anak dan lansia.
Setelah Ibu Suri Nagako meninggal pada tahun 2000, Michiko meneruskan perannya sebagai Presiden Kehormatan Palang Merah Jepang.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mantan Permaisuri Jepang Michiko Didiagnosis Kanker Payudara",
Penulis : Agni Vidya Perdana
Editor : Agni Vidya Perdana