Michiko, Mantan Permaisuri Jepang Divonis Kanker Payudara, Begini Kondisinya Sekarang

Minchiko, mantan permaisuri berusia 84 tahun itu didiagnosis menderita kanker payudara setelah menjalani pemeriksaan di rumah sakit.

Editor: Agustinus Sape
The Asahi Shimbun via Getty Images
Kaisar Akihito (kiri) dan Permaisuri Michiko (C) memeriksa pabrik keju pada 23 Juli 2012 di Nasu, Jepang. Michiko kini dilaporkan terserang kanker. 

POS-KUPANG.COM, TOKYO —  Mantan permaisuri Jepang, Michiko, akan segera menjalani operasi setelah didiagnosis menderita kanker payudara stadium awal.

Kabar tersebut disampaikan Badan Rumah Tangga Kekaisaran Jepang pada Jumat (9/8/2019).

Menurut seorang juru bicara Badan Rumah Tangga Kekaisaran Jepang, mantan permaisuri berusia 84 tahun itu didiagnosis menderita kanker payudara setelah menjalani pemeriksaan di rumah sakit.

Disampaikan bahwa mantan permaisuri Michiko akan segera menjalani operasi untuk mengobati kanker payudara tersebut, tetapi belum memberikan tanggal pasti.

Sebelumnya pada Juni, Badan Rumah Tangga Kekaisaran Jepang mengumumkan bahwa pasangan mantan Kaisar Akihito yang mengundurkan diri itu akan menjalani pemeriksaan jantung setelah hasil tes darah menunjukkan bahwa dia memiliki risiko tinggi mengalami gagal jantung.

Michiko bersama dengan Akihito meninggalkan Istana Kekaisaran Jepang setelah turun takhta pada April yang pertama terjadi selama sejarah 200 tahun monarki tertua di dunia itu.

Akihito dan Michiko dikenal secara dramatis memodernisasi monarki terikat tradisi, membawa pasangan ini lebih dekat kepada publik Jepang, dan meningkatkan dukungan rakyat terhadap rumah tangga kekaisaran.

Michiko menjadi orang awam pertama yang menikah dengan ahli waris kekaisaran Jepang.

Michiko, yang lahir pada 1934 di Tokyo, menempuh pendidikan di sekolah khusus perempuan Christian Sacred Heart School di Jepang sebelum kemudian melanjutkan mempelajari sastra Inggris di universitas.

Michiko bertemu dengan Akihito di sebuah turnamen tenis sebelum kemudian menikah pada 1959 dalam sebuah pernikahan yang menarik perhatian media.

Keputusan Akihito, yang saat itu masih menjadi pangeran mahkota, untuk menghindari pernikahan yang diatur secara tradisional dan memilih menikah dengan wanita yang dicintainya, dipandang sebagai bentuk penegasan terhadap Jepang yang demokratis.

Pasangan ini juga memilih untuk tinggal bersama dan merawat serta membesarkan sendiri anak-anak mereka daripada menyerahkannya kepada pengasuh.

Michiko melahirkan Naruhito, yang kini menjadi kaisar menggantikan Akihito, pada 1960, dan putra keduanya, Pangeran Akishino, lahir lima tahun berselang.

Setelah meninggalkan Istana Kekaisaran, Michiko yang kini bergelar Permaisuri Emirita tinggal di Istana Togu di Akasaka.

Kediaman itu memiliki makna penting bagi Akihito dan Michiko karena penuh dengan kenangan indah karena merupakan tempat mereka membesarkan anak-anak mereka saat Akihito masih menjadi putra mahkota.

Setelah resmi turun takhta, tugas-tugas kekaisaran akan diserahkan kepada kaisar baru dan Akihito akan menjalani hari-hari yang bebas dan santai.

"Pasangan itu akan berdoa untuk negara dan rakyat Jepang setelah mereka pindah dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman-teman, mendengarkan musik, atau membaca," kata pejabat Badan Rumah Tangga Kekaisaran.

Sementara mantan permaisuri Michiko akan mengisi waktu untuk membaca buku-buku yang sudah lama ingin dibacanya, seperti yang sempat diucapkannya pada Oktober tahun lalu.

"Saya berharap dapat meluangkan waktu untuk membaca setiap buku yang belum saya baca," ujar Michiko.

Harapkan Perdamaian Dunia

Kaisar Jepang Akihito resmi turun takhta pada Selasa (30/4/2019). Dia menjadi kaisar pertama yang mundur dalam 200 tahun terakhir monarki tertua di dunia itu.

Diwartakan kantor berita AFP, putranya, Naruhito, kini bersiap untuk mengambil alih Takhta Bunga Krisan dan meneruskan singgasana dengan era baru pada Rabu (1/5/2019).

Di "Room of Pine" di Istana Kekaisaran, Tokyo, pria berusia 85 tahun itu mengikuti ritual turun takhta di hadapan tanda kebesaran kekaisaran, sebuah pedang kuno dan permata suci.

Akihito diizinkan untuk mundur setelah mengaku tak sanggup memenuhi tugas karena usia dan kesehatan yang menurun.

Dalam pidato terakhirnya, Akihito mengharapkan kemakmuran dan perdamaiandi Jepang dan seluruh dunia.

"Saya sangat berterima kasih kepada orang-orang yang menerima saya sebagai sebuah simbol dan mendukung saya," katanya, seperti dikutip dari BBC.

"Bersama dengan permaisuri kekaisaran, saya berharap dari hati saya, era Reiwa akan damai dan bermanfaat," ucapnya merujuk pada nama era baru yang akan dijalankan putranya.

"Dengan ini, saya berdoa untuk kesejahteraan dan kebahagiaan negara kita dan masyarakat di seluruh dunia," ujarnya.

Mengenal Michiko

Mengutip Wikipedia, Shoda Michiko lahir 20 Oktober 1934; umur 84 tahun.

Ia adalah Permaisuri Kaisar Jepang sebagai istri dari Kaisar Akihito, Kaisar Jepang ke-125.

Michiko adalah permaisuri pertama yang berasal dari kalangan non-bangsawan dan kelompok agama minoritas di Jepang.

Shoda Michiko lahir pada 20 Oktober 1934 di Rumah Sakit Universitas Tokyo di Bunkyo, Tokyo.

Dia adalah anak kedua dari Shoda Hidesaburo, presiden dan kepala kehormatan dari Nisshin Flour Milling Company.

Dia adalah keponakan Shoda Kenjiro, seorang matematikawan dan presiden Universitas Osaka pada tahun 1954 sampai 1960.

Keluarganya sangat memerhatikan pendidikannya, diberi pendidikan tradisional dan Barat seperti bahasa Inggris, piano, melukis, memasak, dan kodo.

Michiko masuk ke sekolah dasar Futaba di Kojimachi, Chiyoda, Tokyo, tetapi harus keluar saat kelas empat lantaran bombardir Amerika Serikat pada Perang Dunia II.

Dia kemudian dididik secara berturut-turut di prefektur Kanagawa (di kota Katase, sekarang bagian dari kota Fujisawa), Gunma (di Tatebayashi, kota asal keluarga Shoda), dan Nagano (di kota Karuizawa, tempat Shoda punya rumah resor kedua).

Dia kembali ke Tokyo pada tahun 1946 dan menyelesaikan pendidikan dasarnya di Futaba. Michiko menempuh pendidikan SMP dan SMA di yayasan Katholik Sekolah Hati Kudus (Seishin Joshi Gakuin) di Minato, Tokyo.

Dia lulus dari sekolah tinggi pada tahun 1953. Pada tahun 1957, ia lulus summa cum laude dari Fakultas Sastra di Universitas Hati Kudus (Seishin Joshi Daigaku) dengan gelar Bachelor of Arts dalam sastra Inggris.

Dia juga mengambil kursus di Harvard dan Oxford.[2]

Lantaran berasal dari keluarga kaya, orang tua Michiko sangat selektif dalam mencarikan jodoh untuknya.

Ada beberapa nama yang direncanakan akan menjadi calon mempelainya pada pernikahan yang direncanakan akan dilangsungkan pada 1950-an, salah satunya adalah Hiraoka Kimitake (terkenal dengan nama pena Mishima Yukio, seorang penulis dan sutradara.

Akihito dan Michiko dalam busana tradisional pernikahan Jepang.

Akihito mengenakan sokutai dan Michiko mengenakan junihitoe, 1959.

Pada Agustus 1957, dia bertemu Akihito, saat itu seorang putra mahkota, di lapangan tenis di Karuizawa, dekat Nagano.

Badan Rumah Tangga Kekaisaran secara resmi menyetujui pertunangan mereka pada 27 November 1958.

Media saat itu menggambarkan hubungan Akihito dan Michiko sebagai "cerita dongeng" yang nyata atau "kisah asmara di lapangan tenis."

Upacara pertunangan mereka dilangsungkan pada 14 Januari 1959.

Pada masa itu, media beranggapan bahwa Badan Rumah Tangga Kekaisaran akan menjodohkan Akihito dengan wanita dari keluarga bangsawan atau cabang dari klan kaisar sebagaimana tradisi turun-temurun pernikahan istana.

Meski berasal dari keluarga kaya, keluarga Shoda tetap dipandang sebagai rakyat jelata lantaran tidak memiliki latar belakang bangsawan.

Keluarganya yang menganut Katholik juga menjadi alasan lain pihak tradisionalis untuk menentang perjodohan mereka.

Meski tidak pernah dibaptis, Michiko dididik di lembaga Katholik dan tampaknya memiliki keyakinan yang sama dengan orangtuanya.

Kabar juga tersiar bahwa salah satu penentang perjodohan itu adalah ibu Akihito sendiri, Nagako, Permaisuri Kojun.

Setelah Nagako meninggal pada tahun 2000, Reuters melaporkan bahwa pada tahun 1960, Nagako membuat menantu perempuan dan cucunya depresi lantaran disalahkan terus-menerus sebagai sosok yang tidak pantas mendampingi putranya.

Mishima Yukio yang seorang tradisionalis berpandangan bahwa pernikahan ini akan menjadikan keluarga kaisar kehilangan kewibawaannya.

Meski demikian, masyarakat luas mendukung perjodohan mereka, begitu pula para politisi.

Michiko kemudian menjadi lambang modernisasi dan demokrasi.

Pernikahan mereka dilangsungkan dengan upacara adat Shinto pada 10 April 1959.

Selain diikuti di jalan-jalan Tokyo oleh lebih dari 500.000 orang yang tersebar di jalanan sepanjang 8,8 km, prosesi pernikahan ini juga menjadi pernikahan keluarga istana pertama yang disiarkan di televisi, dengan penonton sekitar 15 juta pemirsa.

Akihito dan Michiko kemudian tinggal di Istana Togu (Togu-gosho), secara harfiah bermakna "Istana Timur", yang merupakan kediaman pewaris takhta.

Pernikahan Michiko dengan Akihito menjadikannya secara resmi tergabung dengan keluarga istana.

Sebagai istri putra mahkota, Michiko menerima gelar kotaishihi.

Saat Hirohito mangkat pada tahun 1989, Akihito naik takhta menjadi kaisar.

Sebagai istri kaisar, Michiko menjadi seorang permaisuri (kogo).

Dia adalah permaisuri pertama yang berasal dari keluarga non-bangsawan dan kalangan agama minoritas.

Sejak menjadi bagian keluarga kaisar, Michiko mendampingi Akihito dalam berbagai kegiatan.

Mereka mengunjungi 47 prefektur di Jepang sebagai upaya untuk memudarkan sekat antara keluarga istana dan masyarakat.

Mendampingi suami, Michiko turut serta dalam berbagai lawatan kenegaraan, menerima tamu resmi, juga mengunjungi lembaga sosial, amal, dan budaya.

Pada tahun 2007, Michiko melakukan tugas dalam kapasitas resminya lebih dari 300 kali.

Mereka juga mengunjungi lembaga perawatan anak dan lansia.

Setelah Ibu Suri Nagako meninggal pada tahun 2000, Michiko meneruskan perannya sebagai Presiden Kehormatan Palang Merah Jepang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mantan Permaisuri Jepang Michiko Didiagnosis Kanker Payudara",

Penulis : Agni Vidya Perdana
Editor : Agni Vidya Perdana

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved