Tiga Kepala Daerah NTT Dukung Penuh Pembangunan Terminal Ekspor Impor
Dengan adanya TBI, komoditi dari Malaka seperti garam, jagung dan pisang bisa diekspor ke Timor Leste.
Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Alfons Nedabang
Pelabuhan Wini merupakan satu-satunya pelabuhan di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Pelabuhan di wilayah pantai utara itu sudah berusia 30 tahun terhitung sejak dibangun tahun 1989.

Selesai dibangun, pelabuhan tersebut sangat sepi. Tidak banyak kapal yang masuk serta melakukan aktivitas bongkar muat barang. Bahkan dalam sebulan, tidak ada satu kapal pun yang sandar.
Seiring berjalannya waktu, pelabuhan tersebut mulai ramai dikunjungi kapal barang sehingga terjadi aktivitas bongkar muat barang.
Koordinator Pelabuhan Wini, Yustinus Mala mengatakan, Pelabuhan Wini mulai ramai dikunjungi kapal barang mulai tahun 2010.
• TAHAJUD, Ini Alasan Mendirikan Sholat Tahajud, Menghapus Penyakit Hati dan Jalan Raih Kemuliaan
Pada saat itu, jelas Yustinus, jumlah kapal yang masuk dan melakukan aktivitas bongkar muat barang masih sedikit. Dan sebagai perintisnya adalah kapal barang milik AMS.
"Kontainer yang masuk baru pada tahun 2010, tapi itu pun masih sedikit. Pada saat itu bukan PT Meratus, tapi AMS yang merintis kontainer masuk ke sini (Pelabuhan Wini)," terang Yustinus saat ditemui di ruang kerjannya, Jumat (5/7/2019).
Awalnya, kontainer yang dibongkar berkisar 10 sampai 20 unit. Jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun.
Dalam perjalanan, perusahaan ekspedisi PT Meratus masuk dan melakukan aktivitas bongkar muat kontainer. Saat pertama kali, Meratus membongkar kurang dari 10 unit kontainer.
• Sidang Sengketa PHPU dari NTT di MK Akan Dilanjutkan Pekan Depan
"Mereka (Meratus) juga awalnya bongkar kontainer sedikit, dibawah 10 unit. Ternyata setelah dilihat, ada potensi. Sampai saat ini, bongkar muat sampai ratusan unit kontainer," sebut Yustinus.
Jumlah kapal yang sandar di Pelabuhan Wini pun terus meningkat. Dalam sebulan, ada empat sampai delapan kapal barang. "Sekali kapal masuk, bongkar kontainer sebanyak 200 sampai 300 unit. Kalau satu bulan ya mendekati 1.000 unit kontainer. Bahkan ada yang sampai 3.000 unit kontainer dalam sebulan," jelas Yustinus.
Ia menuturkan, dalam dua tahun terakhir banyak sekali kapal barang yang masuk dan melakukan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Wini. Banyaknya kapal barang yang masuk menandakan permintaan barang tinggi.
• Polres TTU Sudah Terima Laporan Kasus Penemuan Mayat Kakek 81 Tahun di Kali Boen
"Ya..puji Tuhan, sudah dua tahun terkahir, pelabuhan kita mengalami peningkatan untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang. Kontainer itu kemudian di distribusikan ke Timor Leste, Atambua (Belu), dan sebagian ke Kefamenanu (TTU)," terangnya.
Meski sudah ada banyak kapal, namun pengelola kapal mengeluh ketika akan balik ke Surabaya. Hal itu lantaran terjad ketidakseimbangan muatan antara kapal yang datang dan yang balik.
Menurut Yustinus, ketika kapal barang tersebut balik ke Surabaya, tidak banyak muatan dari Wini. "Kadang-kadang ada kapal yang datang mengeluh karena ketika balik, muatan di TTU tidak ada. Jadi banyak sekali kontainer kosong ketika mereka pulang," ujarnya.
• Calon Pimpinan DPRD NTT dari PKB Sudah Selesai Fit and Proper Test di Jakarta
Terhadap masalah ketidaksimbangan tersebut, lanjut Yustinus, pihaknya telah melakukan pertemuan dengan pemerintah pusat agar meminta peran serta pemerintah daerah untuk dapat memberikan informasi kepada pengusaha yang ada di Kabupaten TTU.
"Makanya kita minta supaya pemerintah daerah bisa kerjasama dengan memberikan informasi kepada pengusaha agar dapat mendatangkan barang dari Surabaya ke TTU menggunakan fasilitas Pelabuhan Wini," kata Yustinus.