Paus Fransiskus Pimpin Jalan Salib Jumat Agung di Colosseum Roma, Angkat Masalah Trafficking
Paus Fransiskus memimpin Jalan Salib pada Jumat Agung, 19 April 2019 dan merenungkan bagaimana Yesus Kristus terus menderita di dunia saat ini
Penulis: Agustinus Sape | Editor: Agustinus Sape
POS-KUPANG.COM - Paus Fransiskus memimpin Jalan Salib di sekitar bangunan Colosseum Roma pada Jumat Agung, 19 April 2019, dan merenungkan kisah sengsara yang menunjuk bagaimana Yesus Kristus terus menderita di dunia saat ini.
Jalan Salib (Via Crucis) adalah devosi yang telah dipraktikkan oleh umat kristiani selama berabad-abad.
Tradisi merayakan Jalan Salib di Colosseum Roma telah ada sejak Paus Benediktus XIV pada abad ke-18.
Adalah Paus St Paulus VI yang menghidupkan kembali praktik ini pada tahun 1964.
Setiap tahun orang yang berbeda dipilih untuk mempersiapkan teks-teks yang menyertai refleksi singkat di masing-masing dari 14 stasi (perhentian) Jalan Salib itu.
Paus St Yohanes Paulus II menulisnya sendiri untuk Tahun Yobel 2000, dan kemudian Kardinal Joseph Ratzinger melakukan hal yang sama pada tahun 2005.
Bentuk penyaliban baru
Dilansir dari laman vaticannews.va, tahun ini, Paus Fransiskus meminta seorang wanita religius untuk mempersiapkan renungan Jalan Salib.
Dia adalah Sr Eugenia Bonetti, seorang Misionaris Consolata dan Presiden Asosiasi "Slaves no more (Tak Ada Lagi Perbudakan)", terkenal karena pekerjaannya dalam memerangi perdagangan manusia.
Faktanya, refleksi Sr. Bonetti menekankan tentang penderitaan mereka yang menderita sebagai bentuk penyaliban baru dalam masyarakat saat ini.
Seruan orang miskin
Perhentian Pertama mengundang kita untuk berdoa bagi mereka yang berkuasa untuk mendengar seruan orang miskin, tunawisma, kaum muda, migran, dan anak-anak.
Tidak lagi mampu melihat mereka yang membutuhkan, kami meminta Tuhan untuk membantu kami mencintai, peka terhadap air mata, penderitaan, dan seruan kesakitan orang lain.
Para korban perdagangan
Dalam permenungan tahun ini untuk Jalan Salib, kami ditantang untuk mengenali anak-anak yang dieksploitasi di darat dan laut, dibeli dan dijual tubuh mereka oleh pedagang manusia.
Ketika berbicara tentang perdagangan manusia, Sr Eugenia Bonetti menulis bahwa kita perlu mengakui bagaimana kita semua bertanggung jawab atas masalah ini, dan bagaimana kita semua harus menjadi bagian dari solusi.