Berita Cerpen

Cerpen : Rindu Bertepi di Pucuk Bulan Cerpen Arnold Aliando Bewat

Malam ini aku lagi sendu menyibak rindu yang hilang dilepas waktu. Derai wajah itu merintik lagi dihantar gelap sang rembulan.

Penulis: PosKupang | Editor: Apolonia Matilde
ilustrasi/instagram web
Rindu Bertepi di Pucuk Bulan 

Akhirnya kami sepakat bertemu di Pantai Tanjung pada sorenya. Dengan mengendarai motor, kami berdua membelah dan menyusuri jalan yang menuju ke arah Barat Pantura Maumere.

Di Tanjung itulah aku mencurahkan isi hatiku bahwa perjumpaan pertama beberapa hari yang lalu membuat aku telah jatuh hati padanya. Lia hanya mengangguk senyum dan dengan tersipu ia menjawab lamaran jatuh cintaku itu. Ia mengangguk pelan lambang siap menerimaku apa adanya bukan ada apanya.

Mentari mengantar kami pada waktu yang berujung dengan senja.
Senja yang membawa mataku pada ujung telunjuk Lia yang menjurus di pucuk nyiur yang menikuk mencium dahan bakau. Katanya pelan pada ujung kupingku, "Mas, jika cinta itu menjadi nyata dan terpuadai di pelaminan pernikahan kita. Lia ingin suatu hari nanti kita bercanda ria menanti anak pulang dari sekolah. Ditemani dengan dua gelas kopi buatanku, mas bisa terlarut dalam aromanya, yang aku juga menyeruput bersama senyummu."

"Lia, engkau terlalu cepat untuk tidur dan bermimpi tentang suatu hari nanti, tapi itu nanti. Aku tak mau melewati senja ini larut bersama kelamnya malam yang akan membawa kita pulang dan mengantar kita ditidak pernah menjelaskannya sampai dengan saat ini.

Rakor Pemulangan PSK, Ciptakan Kota Kupang Bermoral

Aku merindu untuk bertemu dengan Lia dan memeluknya. Tetapi tiada. Lia sudah sirna dari mataku dan yang ada padaku cuma cahaya wajahnya yang selalu diantar oleh angin.

Mungkin yang dikatakan Niko bahwa saya telah berada di dalam hati yang tidak
tepat. Lalu kuputuskan untuk menepikan rinduku, ya, aku harus menepikan rinduku di pucuk bulan ini, biar esok di hari yang baru aku telah menjadi baru yang lahir dari sang purnama. Aku ingin menjadi diriku yang sebelumnya, diri yang tidak pernah mengenal Lia apalagi merindukannya.

(Penulis adalah Mahasiswa STFK Ledalero, Penghuni Arch. Bishop Giovani
Fero, Crs. FormationHouse-Maumere).

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved