Berita Cerpen

Cerpen : Rindu Bertepi di Pucuk Bulan Cerpen Arnold Aliando Bewat

Malam ini aku lagi sendu menyibak rindu yang hilang dilepas waktu. Derai wajah itu merintik lagi dihantar gelap sang rembulan.

Penulis: PosKupang | Editor: Apolonia Matilde
ilustrasi/instagram web
Rindu Bertepi di Pucuk Bulan 

Niko adalah seorang yang pemadat dan sudah kecanduan tar dan nikotin sehingga dalam sehari ia dapat menghabiskan dua sampai tiga bungkus rokok. Aku berjalan membuntuti Niko kira-kira empat langkah untuk menyeberangi jalan yang cukup padat kendaraan apalagi di siang bolong begini.

Ketika kakiku mendaratkan langkah tepat di tengah jalan, tiba-tiba dari arah timur muncullah sebuah motor beat putih yang pengemudinya mungkin belum terlalu bisa untuk mengendarainya sehingga, plakkk, ia kemudian terpeleset dan jatuh tepat di hadapanku.

Sinopsis & Link Live Streaming Cinta Suci Senin 4 Maret 2019, Tayang di SCTV Pukul 20.05 WIB

Dengan segera kuraih tubuhnya yang berlumuran darah dan begitu panik, segera melarikannya ke rumah sakit. Di rumah sakit dokter dan perawat sudah siap untuk melayani, dengan tangkas dan ulet mereka membersihkan luka dan bekas memarnya untung tidak terlalu parah. Kata dokter dia harus butuh istirahat.

"Maaf ini dengan suaminya ya, mas? Tanya dokter sambil mengalihkan
pandangan kepada saya. Sambil tersenyum saya menjawab datar, "Bukan, dok.",
"Pacarnya?", "Bukan juga dokter", "Lalu siapanya?", "Dia teman saya, dok" sahut suara lembut yang sedang berbaring di atas ranjang itu.

"Oh iya, dok. Dia teman saya"sambungku untuk menghentikan mulut si dokter agar dia tidak untuk sementara berkata-kata lagi.

Aku kemudian mendekati perempuan jelita yang berbaring keperihan tersebut dan
dengan sedikit menyunggingkan senyum aku mulai membuka percakapan kami.
"Maaf boleh tahu, ade nama siapa?, "namaku Lia, kaka" selanya, "Lia, boleh tahu, ade tinggal di mana?,
"Lia tinggal di kosan di Perumnas, kaka", "oh,, Perumnas". Siang itu aku menghabiskan waktu untuk menemani Lia di rumah sakit. Segala urusan kemudian sudah beres dan Lia pun boleh pulang dan tidak perlu rawat inap karena lukanya hanya gores di bagian pergelangan tangan kanan sehingga tidak perlu mendapat perawatan yang serius, kecuali dia jatuh lagi dan membiarkan tangan atau kakinya menjadi patah dan tambah parah baru dirawat inap oleh pihak rumah sakit. Begitulah kira-kira penjelasan si dokter yang sok tahu tadi.

Kemudian aku memutuskan untuk mengantarnya pulang walaupun ia sendiri mengakui bahwa dia tidak apa-apa. Tapi itu tidak baik kataku lagian Lia adalah seorang perempuan asing, maksudnya berasal dari luar Maumere.

Katanya ia berasal dari Bali, Pulau Dewata tempat para dewa berubah rupa mencari ratu Wulansari untuk dijadikan sang kekasih. Tapi sayang Wulansari menolaknya, dan para dewa mulai mengutukinya. Wulansari pun dibuang ke Bumi, terus ia
jatuh di hadapan anak manusia dan akhirnya masuk rumah sakit, lalu sekarang berada di hadapanku. Ya betul ia jatuh di hadapanku, dan aku sendiri berada dalam suatu titik kebingungan dilematis, membiarkan ia jatuh terus di hadapanku atau merangkulnya segera dalam pelukku.

Aku masih terpekur dan berdiam dalam bisu, seandainya angin bertiup kencang ia pasti membawa lari kebingungan itu dan membiarkan aku sendiri dalam sepi yang
nyata.

Oh, aku mengangguk perlahan-lahan tanda mengagumi ratu Wulansari yang sudah
menjadi Lia. Katanya lagi, ia datang ke Maumere karena dipindahtugaskan dan sekarang ia bekerja di salah satu bank terkenal. "Mas, bisa minta bantuan,
ngga? tanya Lia dengan intonasi memohon. "Oh, bisa. Aku bisa bantu,". " Cuma mau minta supaya kompresi tangan Lia.".

"Oh, ok." Aku mengamini permohonannya. Dengan lembut dan hati-hati, aku mengompresi tangan Lia, kemudian mengolesinya dengan betadine.
"Bagaimana Lia, masih sakit?"tanyaku sepintas
hanya untuk menghindari tatapan mata Lia dari bentangan wajahnya yang menahan
kepedihan..
"Iya, cuma sedikit, mas, entar lagi juga pasti hilang sendiri,"jawabnya sambil
menunjuk ke arah kulkas dan menawarkan aku beberapa minuman tapi dengan persyaratan aku harus mengambilnya sendiri.

Bawaslu Manggarai Barat Dalami Keterlibatan Seorang ASN Saat Kampanye Salah Satu Calon

Katanya tanggannya belum sanggup untuk bisa melayani, manja benar nih gadis, gumamku lagi. Hari itu aku menghabiskan waktu bersamanya, canda tawa dan ada-ada saja, hari yang mungkin membuat aku sedikit gila di hadapan hawa yang
berparas elok itu.

Lia namanya, uhh sungguh imut dan membuat gemas setiap laki-laki yang
mendengar suaranya, aku jamin mereka langsung lengos dan jatuh pada Lia seperti aku saat ini. Ketika mentari pamit mundur, aku pun memohon pulang dari kosan Lia, ia kemudian mencatat nomor ponselku dan sebaliknya aku juga tidak lupa mencatat nomornya, kutulis di sana LIAQ, biar sedikit keren.

"Mas, kapan-kapan main di sini ya, nanti aku hubungi" sela Lia di saat saya sudah akan meninggalkan halaman,". "Ok. Sampai Jumpa" jawabku datar.

Pekerjaan semakin membuat aku kelelahan dan bertumpuknya tugas yang ditawarkan, memaksa aku harus segera menghubungi Lia, tetapi saya harus pastikan dulu bahwa Lia juga tidak sedang sibuk, biar perjumpaan kedua kami berjalan dengan lancar dengan harapan dalam diri ini semoga setelah melihat wajahnya para dewa bisa menjelma keletihanku menjadi suatu kegembiraan yang nun indahnya. Dering HPku menandaikan ada signal yang membuka peluang agar kami bisa bertemu lagi.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved