"Sekolah Sastra" Umbu Landu Paranggi, Begini Gebrakannya yang Perlu Anda Tahu
Penghargaan ini menandakan sebuah bentuk legitimasi dunia seni budaya Indonesia dalam hal ini sastra terhadap
Oleh: Willem B Berybe
Mantan guru, peminat sastra
POS KUPANG.COM -- Ada dua peristiwa sastra yang terjadi pada bulan Mei 2018 dalam konteks sastra Indonesia dan sastra NTT.
Pertama, pemberian Anugerah Kebudayaan 2018 kepada Umbu Landu Paranggi oleh Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia pada tanggal 3 Mei 2018. Ia meraih kategori seniman modern (m.mediaindonesia.com).
Penghargaan ini menandakan sebuah bentuk legitimasi dunia seni budaya Indonesia dalam hal ini sastra terhadap sastrawan nasional Umbu Landu Paranggi.
Pria kelahiran Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini lebih lama menetap dan tinggal di luar NTT untuk menggeluti bidang tulis-menulis dan bersastra.
Kedua, sastrawan NTT, Vincentius Jeskiel Boekan, birokrat dan penulis novel tutup usia pada tanggal 16 Mei 2018. Begitu banyak kerabat dan masyarakat sastra NTT mengirim ungkapan turut berduka cita atas kepergian beliau melalui media.
Menurut pengamat sastra NTT dan dosen senior Universitas Flores Ende, Yohanes Sehandi, beliau telah menerbitkan tiga buah novel yaitu "Loe Betawi Aku Manggarai", "Membadai Pukuafu", dan "Cinta Terakhir" semuanya terbit tahun 2011.
Buletin Nurani yang terbit awal tahun 2000-an, setahu penulis, merupakan salah satu buah karya jurnalisme beliau dengan misi pewartaan untuk kalangan umat Katolik Kota Kupang khususnya Paroki Katedral Kristus Raja Kupang.
Teori Taine
Peristiwa pemberian anugerah budaya kepada Umbu Landu Paranggi tak lepas dari geliat pengarang-pengarang asal Nusa Tenggara Timur yang mampu berbicara dan berkontribusi untuk sastra Indonesia.
Beberapa nama seperti Gerson Poyk (Rote), Dami N Toda (Manggarai), Virga Belan (Rote), Umbu Landu Paranggi (Sumba), Julius R. Sijaranamual (Sumba), Fanny Poyk (Rote) dapat dikatakan telah menjadi referensi para pekerja seni sastra di negeri ini.
Bahkan karya-karya Gerson Poyk telah dipilih untuk kajian (studi) ilmiah sastra oleh lembaga perguruan tinggi asing seperti di Jerman dan Australia.
Ada lima aspek yang dipakai untuk menilai para kandidat penerima anugerah kebudayaan 2018 yaitu komitmen, konsistensi, produktivitas, orisinalitas, dan signifikansi.
Hasil akhir memunculkan tiga orang pemenang dengan kategori seniman tradisi atas nama Iman Rahman Anggawiria Kusumah, seniman modern untuk Umbu
Landu Paranggi, dan pembina seni diberikan kepada Eddie Marzuki Nalapraya.
Kalangan pemerhati dan pengamat sastra dan masyarakat awam di NTT sepantasnya mengacungkan jempol untuk Umbu. Panca pilar sebagai elemen eksistensi tumbuhnya sebuah karya besar sastra sejatinya berorientasi pada pilar-pilar tersebut.