Begini Potret Politik Kelas Menengah di NTT
Memotret politik kelas menengah di NTT, tulisan ini mengajukan beberapa argumentasi. Pertama, politik lokal
Rueschemeyer,dkk (Klinken, 2016) menyatakan bahwa penjelasan tunggal yang paling penting bagi kekurangan dalam demokratisasi di Indonesia adalah peran minimal yang dimainkan orang miskin dalam reformasi pasca 1998.
Perubahan sosial membutuhkan revolusi mental yang nyata dari dalam ruang politik negara, dalam jaringan instisusi formal dan ruang sosial.
Hal itu dapat dimungkinkan bila ada suatu kepemimpinan politik dan birokratik di NTT yang transformatif, bersih dan profesional, yang menginiasi paradigma baru.
Pada sisi yang lain dibutuhkan penguatan peran masyarakat sipil, dengan pelibatan yang lebih nyata dalam arena kebijakan dan pemberdayaan sosial.
Pada aspek yang lebih konkret dibutuhkan aneka cara mengakselerasi pertumbuhan kelas menengah baru di sektor swasta. Mobilitas sosial itu misalnya dengan memaksimalkan potensi kreatif lokal di desa, di jantung kemiskinan kita. *