Setiap Hari Lari 100 Meter Lalu Taklukan Gunung, Kisah Nenek 81 Tahun Asal Taipei
dia berjalan (joging) sepanjang 7km, baik itu saat hujan atau terik matahari. Kemudian masih berlanjut satu jam berolahraga tenis sebelum bekerja.
Ia benar-benar menjaga ketat adik-adiknya.
Disiplin terhadap adik-adiknya pun diterapkannya.
"Saya harus menjadi contoh atau teladan yang baik kepada mereka."
"Hingga hari ini, mereka masih sangat segan padaku, dan mereka mendengarkan apa pun yang saya katakan," dia menyeringai.
Adik bungsunya, Pan Shiu-jin ingat bahwa waktu 20 tahunan, ketika ibu mereka juga meninggal, kakak mereka "menjadi seperti seorang ibu bagi kami selalu."
Dia mengatakan kakaknya memiliki karakter keras kepala dan ulet.
"Saya kira ketegarannya mendorong dia terus-menerus. Itu sebabnya dia memenangkan banyak medali."
Cintanya terhadap atletik awalnya terjadi secara kebetulan. Guru sekolah melihat potensi dirinya dalam pelajaran Pramuka ketika mereka pergi tanpa alas kaki.
"Guru Pramuka melihat kaki saya, dan dia berkata, hei, kakimu itu sangat unik- memiliki lengkungan tinggi. Anda harus menjadi seorang pelari cepat,'" kenang Pan.
Ketika dia menjawab, sebenarnya belum pernah mencoba berolahraga. Karena itu ia direkomendasikan kepada guru olah raga.
"Jadi saya mulai berlatih di trek, dan aku jatuh cinta dengan olahraga. Aku sangat mencintainya."
Tetapi ketika ia menikah di usia 22 tahun, gairah olahraganya harus menjadi dikesampingkan.
Dia punya anak, menjadi ibu rumah tangga dan tidak dapat menemukan waktu untuk latihan.
"Aku harus berfokus sepenuhnya pada keluarga saya, saya punya mertua. Saya harus memenuhi komitmen berkeluarga," kisahnya.
Kemudian ketika dia mencapai akhir usia 50-an, dia mulai mengalami rasa sakit di kedua lutut.