Sempat Ragukan Berita Sapi Ngorok di Tobu, Tim Dinas Peternakan TTS Temukan Fakta Mengejutkan Ini
Ketika disinggung terkait jumlah pasti sapi yang mati akibat diserang penyakit sapi ngorok, Benyamin mengaku saat ini tim masih mengumpulkan data.
Penulis: Dion Kota | Editor: Fredrikus Royanto Bau
Laporan Reporter Pos Kupang.Com, Dion Kota
POSKUPANG.COM|SOE – Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten TTS, Benyamin Billy mengaku pihaknya kecolongan terkait serangan penyakit sapi ngorok di Desa Tobu dan Tutem, Kecamatan Tobu.
Dari hasil peninjauan di lapangan ditemukan adanya serangan sapi ngorok yang menyebabkan ternak sapi di desa Tobu dan Tutem mati.
Tim yang turun ke Desa Tobu dan Tutem menemukan adanya sisa kulit sapi yang mati akibat serangan penyakit sapi ngorok.
Dari hasil wawancara dengan para peternak di Desa Tobu dan Tutem, diketaui gejala-gelaja yang dialami sapi sebelum mati merupakan gejala penyakit sapi ngorok.
Baca: Begini Cara Sir William Henry Perkin Menemukan Warna Ungu, Hingga Menjadi Google Doodle Hari Ini
"Tim sudah ada di Desa Tobu dan Tutem sejak hari Jumat lalu. Dari hasil pemeriksaan tim memang menemukan ada serangan sapi ngorok di dua desa tersebut.
Oleh sebab itu, tim langsung bergerak menggelar pengobatan bagi sapi-sapi milik para peternak. Untuk memudahkan pelayanan, kita juga berkoordinasi dengan pihak gereja untuk memberikan pengumuman di gereja terkait pelaksanaan pengobatan bagi sapi milik warga Tubu dan Tutem," ungkapnya kepada pos kupang di kantor bupati TTS, Senin (12/3/2018) pagi.
Ketika disinggung terkait jumlah pasti sapi yang mati akibat diserang penyakit sapi ngorok, Benyamin mengaku saat ini tim masih mengumpulkan data.
Dirinya menghimbau kepada para peternak, untuk lebih proaktif memberikan laporan jika ada sapi yang sakit.
Baca: Mantap! Usulan Pembangunan Pemecah Gelombang di Pantai Paris Sudah Diterima Menteri
Dirinya berharap ke depan masyarakat dan petugas pembantu peternakan mandiri ( P3M) dan dokter hewan yang ditempatkan di pusat kesehatan hewan bisa membangun komunikasi yang baik sehingga pencegahan dan pengobatan bisa dilakukan sejak dini.
"Kalau bisa jangan sampai sapi sudah mati baru buat laporan. Masih sakit langsung lapor ke petugas kita.
Saya akan meminta petugas kami di lapangan untuk lebih aktif membangun komunikasi dengan para peternak sehingga begitu muncul gejalah bisa langsung kita tangani.
Tetapi sekali lagi saya minta warga bisa lebih proaktif jika ada sapi yang sakit segera di laporkan," pintanya.
Benyamin mengakui daerah Mollo termaksud Tobu merupakan daerah yang endemik diserang penyakit sapi ngorok.
Oleh sebab itu untuk memutus mata rantai penyakit tersebut, seluruh sapi di daerah Mollo harus divaksin. Selama ini, persentase sapi yang divaksinasi di daerah Mollo hanya berada di kisaran angka 60 hingga 70 persen.
Hal ini merupakan salah satu penyebab penyakit sapi ngorok masih setiap tahun menyerang ternak sapi di daerah Mollo.
Baca: Mantap! SMPK Sint Vianney Soe Gelar Pensi Sebagai Ajang Pengembangan Bakat Anak
Selain pemberian vaksin, di saat musim penghujan seperti saat ini para peternak diminta untuk memberikan perlakuan khusus kepada ternak sapi.
Pasalnya jika sapi dilepas di padang saat musim penghujan, anti body sapi akan menurun sehingga mudah diserang penyakit.
"Peternak harus proaktif jika ada petugas petugas kami yang melakukan pelayanan vaksin gratis. Jangan alasan sapi di padang sehingga sapi tidak diberikan vaksin.
Selama itu, saat musim penghujan sebaiknya sapi dikandangkan dan diberikan tambahan makanan sehingga anti body sapi meningkat," pungkasnya. (*)