Pilgub NTT

Kampanye Tanpa Data: Omong Deng?

Video klip lagu tersebut kemudian diunggah di situs web berbagi video YouTube. Lalu apa hubungan antara kampanye

Editor: Dion DB Putra
ilustrasi
Ilustrasi Kampanye 

Oleh: Andrew Donda Munthe
ASN pada BPS Kota Kupang, Mahasiswa Pascasarjana IPB Bogor

POS KUPANG.COM -- Fenomena yang sedang ramai di kalangan masyarakat NTT akhir-akhir ini adalah penggunaan istilah "omong deng".

Sebuah ungkapan tentang ketidakpedulian. Bahkan di tangan anak-anak muda kreatif yaitu Nanny Alexander dan Nero Scorpion, fenomena "omong deng" ini digubah menjadi sebuah lagu.

Video klip lagu tersebut kemudian diunggah di situs web berbagi video YouTube. Lalu apa hubungan antara kampanye pemilu kepala daerah dengan fenomena "omong deng"?

Tahun 2018 ini, masyarakat di seluruh Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi dengan digelarnya pemilihan kepada daerah secara serentak di 171 daerah. Rinciannya adalah 17 provinsi, 115 kabupaten dan 39 kota.

Provinsi Nusa Tenggara Timur juga tidak luput dari gelaran pesta demokrasi ini. Terdapat 10 kabupaten yang akan menyelenggarakan pilkada serentak sekaligus juga melaksanakan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT untuk periode 2018-2023.

Tahapan pilkada pada bulan Maret ini sudah memasuki masa kampanye. Tahapan pelaksanaan kampanye dan debat publik bahkan sudah dimulai dari bulan Februari 2018 dan akan berakhir bulan Juni 2018.

Masa-masa kampanye pun dimanfaatkan pasangan calon kepala daerah dan tim sukses serta relawan untuk mensosialisasikan diri di tengah-tengah masyarakat. Mencoba meraih simpati dan dukungan luas masyarakat dengan tujuan meningkatkan elektabititas keterpilihan di seluruh kalangan.

Dengan memaksimalkan masa kampanye melalui berbagai kegiatan maka peluang untuk dipilih masyarakat akan semakin besar. Dengan demikian, menduduki kursi sebagai pemimpin daerah sekaligus "pelayan" masyarakat dapat menjadi kenyataan.

Banyak cara dan metode yang dilakukan selama masa kampanye untuk meraih dukungan massa. Cara tradisional seperti mengunjungi tempat-tempat keramaian atau "blusukan" masih jadi salah satu cara ampuh meraih simpati masyarakat.

Cara kekinian dengan penggunaan media sosial juga tidak ketinggalan untuk gencar dilakukan oleh para pasangan calon kepala daerah dalam mendulang suara.

Hanya saja, seringkali dijumpai pasangan calon kepala daerah maupun tim sukses dan relawannya tidak beradu visi, misi dan gagasan dalam memberikan solusi untuk kemajuan daerah.

Justru yang terjadi adalah serangan-serangan verbal terhadap berbagai kelemahan rekam jejak dan kehidupan pribadi pasangan calon kepala daerah yang lain. Perilaku seperti ini sudah seharusnya dihindari karena hanya akan menimbulkan kegaduhan dan perpecahan sesama anak bangsa.

Idealnya setiap pasangan calon kepala daerah memiliki wawasan yang komprehensif terhadap berbagai persoalan yang dihadapi di daerahnya.

Dengan demikian setiap calon pasangan kepala daerah ini memiliki solusi atas segala persoalan tersebut yang dituangkan ke dalam visi misi dan program kebijakannya apabila kelak terpilih.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved