Nasib Pemasak Garam di Maumere, tak Punya Modal Pinjaman Koperasi Harian
Vebronia Meliksia mengharapkan pemerintah memikirkan bantuan modal usaha pemasak garam
Penulis: Eugenius Moa | Editor: Kanis Jehola
Laporan Wartawan Pos-Kupang.Com, Eginius Mo'a
POS-KUPANG.COM, MAUMERE - Tak punya keterampilan lain mendorong Vebronia Meliksia (45) dan belasan warga Tambak Garam, Kelurahan Kota Uneng, pinggiran Kota Maumere, Pulau Flores, melakoni pengolahan garam kasar yang dimasak jadi garam.
Baca: Di Maumere, Rumah Makan dan Warga Keturunan Minati Garam Lokal
Memulai usaha tak punya modal, pilihannya meminjam kepada pengurus koperasi harian. Meminjam Rp 1 juta diterima Rp 960.000, dipotong Rp 40.000 untuk biaya administrasi. Setiap hari pemasak dan penjual garam membayar Rp 40.000/hari selama 30 hari.
Baca: Mantap! Gubernur NTT Optimis Bisa Penuhi Kebutuhan Garam Nasional
Modal Rp 1 juta itu digunakan untuk membeli bahan baku garam kasar Rp 250.000/karung ukuran 50 Kg yang didatangkan dari Kaburea, Kabupaten Ende. Selain itu digunakan membeli kayu api Rp 200.000-Rp 250.000/pikap.
"Garam yang kami masak dijual Rp 5.000/mangkuk. Satu karung garam kasar bisa hasilkan lagi 50 Kg garam putih yang siap konsumsi," ujar Vebronia.
Ia mengatakan, satu karung garam bisa menghasilkan Rp 350.000-Rp 400.000 dijual selama tiga sampai empat hari di Pasar Alok, Kota Maumere.
"Untungnya hanya untuk beli 1 Kg beras buat makan tiap hari, belanja ikan dan sayur. Yang lainnya bayar koperasi harian. Kalau terlambat tiga sampai empat hari tidak bayar, petugasnya akan marah-marah waktu tagih," ujar Vebronia.
Ia mengharapkan pemerintah memikirkan bantuan modal usaha pemasak garam. "Kalau pemerintah kasih kami modal Rp 1 juta, kami bisa kerja bebas," katanya. (*)