Di Maumere, Rumah Makan dan Warga Keturunan Minati Garam Lokal

Masuknya berbagai merek dan jenis garam pabrikan yang dijual di kios hingga swalayan di Kota Maumere, tak mengurangi produksi garam lokal.

Penulis: Eugenius Moa | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG/EGINIUS MO'A
Vebronia Meliksia (45), Rabu (7/3/2018) memasak garam di pondoknya Kampung Tambak Garam, Kelurahan Kota Uneng, pinggiran Kota Maumere, Pulau Flores. 

Laporan Wartawan Pos Kupang.Com, Eginius Mo'a

POS-KUPANG.COM, MAUMERE - Masuknya berbagai merek dan jenis garam pabrikan yang dijual di kios hingga swalayan di Kota Maumere, Pulau Flores, tak mengurangi produksi garam lokal dan permintaan konsumen.

Rumah makan warga Tionghoa dan sebagian warga Kabupaten Sikka meminati garam lokal. Karena citarasanya yang asli dan tidak mengandung yodium.

Baca: Menteri Rini Minta BNI dan Bank Mandiri Bantu 1.000 Wirausahawan Muda Flotim

"Pelanggan kami banyak di Maumere. Orang-orang keturunan selalu beli. Rumah Makan Surya Indah dan Warung Bakso Solo, selalu pesan dari saya punya garam," ujar Vebronia Meliksia (45), pemasak dan penjual garam di Maumere, Rabu (8/3/2018).

Baca: Menteri BUMN Minta Perluas Lahan Tambak Garam Bipolo

Garam lokal dijual di Pasar Alok dan Pasar Tingkat yang diproduksi belasan rumah tangga warga Tambak Garam di Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok, Kota Maumere.

Baca: Mantap! Gubernur NTT Optimis Bisa Penuhi Kebutuhan Garam Nasional

Vebronia menuturkan, sejak beredarnya garam yodium, tak mempengaruhi produksi garam lokal. Konsumen, kata Vebronia, mengaku punya rasa sendiri dengan garam lokal saat dicampurkan pada makanan.

"Setiap kali mereka beli, selalu tanya apakah kami campur dengan yodium. Saya kurang tahu, kenapa mereka tidak suka dengan garam yang dibuat pabrik dan suka garam lokal yang kami masak," ujar Vebronia. (*)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved