KDRT di Lembata Sangat Mencemaskan, Tertinggi di NTT
Data yang dihimpun Pos Kupang, menyebutkan, kasus yang dilaporkan ke P2TP2A Lembata sebanyak 54 kasus.
Penulis: Frans Krowin | Editor: Agustinus Sape
Laporan Wartawan Pos-Kupang.com, Frans Krowin
POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA – Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan pelecehan seksual terhadap anak di Kabupaten Lembata kini sangat mencemaskan.
Dalam tahun 2017, hampir mencapai 200 kasus kekerasan, baik yang dilaporkan ke Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) maupun Rumah Pelayanan Terpadu, Perlindungan Perempuan dan Anak (RPTP2A) Kabupaten Lembata.
Data yang dihimpun Pos Kupang, menyebutkan, kasus yang dilaporkan ke P2TP2A Lembata sebanyak 54 kasus.
Sedangkan yang dilaporkan ke RPTP2A Kabupaten Lembata sebanyak 114 kasus, per kondisi 19 Desember 2017.
Baca: Kopdit Obor Mas Jadi Penyalur KUR, Yanto Optimis Dana Rp 10 Miliar Habis Terserap
Kepada Pos Kupang di ruang kerjanya, Ketua P2TP2A Lembata, Yoakhim Nuba Baran, mengatakan, P2TP2A merupakan lembaga baru di daerah itu. Pada Desember 2017 ini, lembaga itu baru berusia 8 bulan terhitung sejak Februari 2017.
Meski baru hadir, lanjut dia, lembaga itu langsung menangani 54 kasus yang diadukan masyarakat.
Sementara pada saat yang sama, masih begitu banyak kasus yang kemungkinan tidak dilaporkan kepada pemerintah maupun aparat penegak hukum.
“Kasus yang terdata ini merupakan yang dilaporkan masyarakat. Sedangkan yang tidak dilaporkan, masih banyak. Olehnya pemerintah provinsi menyebutkan Lembata sebagai kabupaten dengan kasus KDRT dan pelecehan seksual tertinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT),” ujarnya.
Ia menyebutkan, dari 54 kasus tersebut, 10 di antaranya telah diselesaikan secara hukum. Sudah ada kekuatan hukum tetap atas kasus-kasus tersebut. Sementara yang lainnya kini masih ditangani P2TP2A.
Menurut dia, dari semua kasus tersebut terbanyak terjadi di Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur.
Berikutnya lagi di Kecamatan Nubatukan. Sedangkan Kedang, Nagawutun, Lebatukan, Wulandoni dan Lebatukan, kasus yang dilaporkan tak banyak.
Baca: NTT Siap Terima Kunjungan Peserta Sidang Tahunan IMF dan Bank Dunia
Menyangkut banyaknya kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, Nuba Baran, mengatakan, baru-baru ini ia bersama tim dari P2TP2A telah turun ke sekolah-sekolah di Lewoleba, Kecamatan Nubatukan.
Selain sekolah-sekolah di jenjang SMP, kata dia, tim juga turun ke SMA maupun SMK. Sekolah-sekolah itu menjadi sasaran sosialisasi, lantaran cukup banyak anak yang menjadi korban tindakan asusila oknum tak bertanggung jawab. (*)