Inilah Doktor Termuda Output SMA Akselerasi NTT

Prestasi ini pun sempat diekspos televisi swasta nasional Trans TV, 26 September 2017, dalam program Good Morning, siaran

Editor: Dion DB Putra
Net
Ilustrasi 

Tiga orang guru SMA Giovanni harus mengikuti pelatihan di Jakarta yaitu Martinus Ora (guru Fisika), Thresia Celly Tas'au (guru Matematika), dan Yoram E. Koy (guru Kimia).

Salah satu aspek yang tidak kalah penting dalam proses persiapan ini ialah dukungan Yayasan Swastisari yang menaungi sekolah ini dan memang bagai gayung bersambut. Sangat setuju dan turut mendukung.

Teknis persiapan operasional di sekolah dimulai Agustus 2002. Menata dan mengadakan sejumlah sarana belajar untuk kelas aksel seperti ruang belajar khusus (ruang kelas) yang masih bersifat darurat dilakukan.

Fasilitas lain seperti ruang laboratorium Biologi, Kimia, Fisika, lab. Bahasa Inggris, lapangan olah raga, kantin sekolah, ruang perpustakaan tersedia. Personil guru yang bakal mengajar di kelas aksel direkrut dari internal sekolah berdasarkan standar dan kualifikasi tertentu.

Juga wali kelas, guru BK, serta staf yang menangani kurikulum dan admin program aksel disediakan. Persiapan calon siswa aksel (caswak) dilakukan antara lain melakukan pendaftaran bakal caswak dari seluruh kelas regular di Giovanni.

Melakukan seleksi administrasi, wawancara dengan orang tua caswak, tes psikologi, tes akademik (ujian) untuk mata pelajaran Matematika, Fisika, Biologi, dan Bahasa Inggris dengan standar nilai rata-rata atas (minimal 80.00), lulus seleksi administrasi.

Salah satu syarat penentu akhir diterima atau tidak di kelas ini ialah persetujuan orang tua. Prosedur ini berlaku untuk semua peserta program aksel.

September 2002, kelas akselerasi SMAK Giovanni (jurusan IPA) yang merupakan program SMA Akselerasi pertama di NTT dibuka dengan resmi oleh Drs. John Manulangga M. Ed, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P & K) NTT saat itu bertempat di aula SMA Katolik Giovanni.

Beliau sangat gembira dan berbangga karena SMAK Giovanni mampu menjawab tawaran program akselerasi SMA ini sementara di provinsi lain di Indonesia sudah jauh lebih dahulu.

Selama saya terlibat sebagai guru kelas Aksel untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, WSB (Wawasan Bahasa=Speech class, public speaking ) dan Jurnalistik, terasa sekali atmosfer proses belajar-mengajar benar-benar efektif.

Kemandirian dalam belajar (self-learning) siswa sangat menonjol dan kompetitif. Mereka tidak merasa super dan ekslusif.

Presentasi-presentasi dalam bahasa Inggris dengan topik sesuai bidang mata pelajaran yang sangat digandrungi dan pilihan siswa sendiri rutin dijalankan. Terjadi diskusi, argumentative elaboration di ruang kelas. Sebuah bentuk pembelajaran yang menurut Dr. Hendrik Berybe disebut `pembelajaran dialogis'.

Pola ini, hemat saya, sebagai persiapan untuk memasuki bangku kuliah di perguruan tinggi. Aktivitas-aktivitas ilmiah seperti ini pasti akan dialami dan tak mungkin dielak.

Ada beberapa aspek pedagogi yang ingin dicapai dalam pola ini. Siswa didorong menguasai materi. Mampu mengkomunikasikan materi tersebut dengan menggunakan bahasa Inggris yang lancar (fluent) dan sebutan yang tepat.

Berani memberikan tanggapan kelas dengan argumentasi ilmiah. Setiap individu dituntut well prepared. Tanpa disadari potensi akademik dapat dibaca melalui tampilan (performance) mereka di depan kelas secara individu.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved