Gempa di Lembata
Gempa Bumi Masih Guncang Lembata, Bawa Pakaian Seadanya, Pengungsi Takut Pulang
Para pengungsi dari desa-desa se-Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur yang bertahan hidup di lokasi pengungsian, kini takut pulang.
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA – Para pengungsi dari desa-desa se-Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur yang bertahan hidup di lokasi pengungsian, kini takut pulang.
Pasalnya, gempa bumi masih terus mengguncang daerah itu.
“Bagaimana mau pulang, sampai sekarang gempa bumi masih sangat kuat. Gempa bumi yang terjadi kali ini tidak sama dengan gempa bumi yang biasa kami alami. Saat ini gempa terasa lebih kuat dengan guncangan yang lebih lama. Kami masih takut pulang,” ujar Marwia Kidi, pengungsi asal Kampung Lewotolok, Desa Amakaka, ketika ditemui Pos Kupang di Kantor Camat Ile Ape, Rabu (11/10/2017).
Marwia dan warga lainnya mengungsi ke kantor camat itu sejak Selasa (10/10/2017) pagi. Mereka memilih melarikan diri ke tempat itu setelah gempa bumi berkekuatan 4,9 skala richter (SR) mengguncang Lembata, sekitar pukul 06.15 Wita pagi.
Guncangan gempa Selasa pagi itu, tutur Kidi, terasa sangat kuat. Saat itulah masyarakat secara spontan langsung bergegas meninggalkan kediamannya untuk lari menyelamatkan diri.
Kidi menyebutkan, warga lari karena takut akan reruntutan baru dari gunung.
Apalagi Lewotolok merupakan kampung kecil yang dikelilingi bebatuan besar. Batu-batu besar itu mudah terguling jika ada guncangan gempa.
Atas dasar itulah, lanjut dia, ketika gempa besar mengguncang daerah itu, warga langsung melarikan diri.
Mereka mengunci pintu dan jendela rumah, kemudian menggunakan kendaraan untuk lari dari kampung halamannya.
“Saat lari, kami hanya bawa pakaian seadanya. Selebihnya kami tidak bawa. Biar saja tersimpan di rumah. Lebih baik selamatkan diri, karena barang-barang bisa dicari,” ujar Kidi dibenarkan sesama pengungsi lainnya.
Informasi yang dihimpun Pos Kupang, menyebutkan, pasca gempa bumi berkekuatan 4,9 SR mengguncang Lembata, batu berhamburan di sepanjang jalan mulai dari Atawatun, Desa Lamagute, Mawa, Desa Napasabok hingga di Desa Wai Matan.
Hal tersebut dibenarkan Kepala Bidang (Kabid) Bina Marga, Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang dan Perhubungan Kabupaten Lembata, Anton Kohun.
Anton mengatakan, saat ini ruas jalan yang tak bisa dilalui kendaraan roda empat berjarak kurang lebih 2,3 kilometer (km). Kondisi itu terjadi karena batu-batu besar berhamburan di sepanjang jalan. Batu-batu itu terguling dari tempat tinggi dan tertahan di tengah badan jalan.
Hal inilah, lanjut Anton, yang mengakibatkan transportasi melalui jalan itu terhalang.
Meski demikian ruas jalan itu bisa dilalui khususnya pengguna sepeda motor. Sedangkan kendaraan roda empat tak bisa lewat.