Memperkenalkan Alat Verifikasi Calon Gubernur, Ini Tawaran Terbuka kepada Masyarakat NTT

Hasil survei tersebut menampilkan elektabilitas calon gubernur NTT. Ia juga menjadi alat ukur sementara

Editor: Dion DB Putra

Apakah program yang dihasilkan berasal dari sebuah proses kajian yang melibatkan masyarakat? Mari kita belajar dari program yang dibiayai oleh dana desa. Saat ini ada kajian evaluatif bahwa pelaksanaan program yang dibayai oleh dana desa, mengalami kendala karena tidak ada fasilitator yang mendampingi masyarakat desa.

Kebutuhan akan hadirnya Tim Pendamping Masyarakat Desa (TPMD) menjadi sangat urgen. Tim tersebut harus berasal dari desa bersangkutan yang bersedia untuk melakukan kajian kebutuhan, mentransfernya dalam pembuatan program lengkap dengan indikator hasil, alat bukti dan kegiatan yang dibahas secara partisipatif mulai dari tingkat RT, RW, Dusun sampai ke Desa.

Tim ini menjadi pendamping masyarakat dalam menjalankan program dan kegiatan sekaligus membantu masyarakat dalam membuat laporan pertanggungjawaban.

Berdasarkan kajian tersebut, kebutuhan yang paling urgen saat ini adalah hadirnya fasilitator desa yang mampu mentransfer masalah sosial masyarakat menjadi program yang berdampak positif. Dana desa dan program strategisnya bukan menjadi program distributif uang atau dana tetapi program distribusi ketrampilan, distribusi kapasitas, distribusi pengetahuan.

Kalau dikaitkan dengan program yang ditawarkan oleh setiap paket calon gubernur dan wakil gubenur NTT, apakah program tersebut sudah melalui tahap-tahap yang melibatkan partisipasi masyarakat dari berbagai tingkatan?

Apakah tim sukses di berbagai level memiliki kapasitas yang memadai dan dapat menjadi fasilitator yang siap mendistribusikan kapasitasnya bagi masyarakat? Atau hanya sebagai tim yang menawarkan program tanpa mengenal esensi gerakan dari sebuah desain program?

Pertanyaan ini menjadi penting supaya tim yang hadir di setiap desa, kecamatan atau kabupaten tidak menebarkan 'embrio kebohongan' yang tanpa disadari bisa merusak citranya sendiri.

Kesiapan menjadi tim sukses, tim kampanye, aktivis partai atau fasilitator lapangan harus disertai dengan pemahaman ini agar tidak menjadi 'aktor' yang justru melanggengkan aneka keterpurukan yang dialami masyarakat NTT.

Bergaul Akrab
Program dan jaringan yang dimiliki calon pemimpin perlu didukung oleh kualitas personal pemimpin yang dapat 'bergaul akrab' dengan masyarakat. Ketika masyarakat ingin mengeluh, ia bisa langsung mendengarkan.

Ketika warga ingin mendekati dan bersalaman, mereka tidak dihambat oleh mekanisme pengawalan yang ketat. Ketika ingin menyampaikan sesuatu, warga tidak harus 'berbisik' ke tim sukses. Warga bisa bercerita, bergembira, menari dan makan bersama tanpa hambatan.

Kedekatan seperti ini, akan memudahkan pemimpin menangkap aspirasi langsung dari masyarakat. Tentu harus disertai dengan kapasitas 'mentransfer keluhan, persoalan, masalah dan kegembiraan warga ke dalam program yang menjawabi kebutuhan masyarakat.

Peningkatan kualitas tim kerja, baik yang ada dalam jajaran birokrasi pemerintahan maupun yang berada dalam jaringan partai, merupakan sebuah kebutuhan mendesak dalam lingkaran manajemen kepemimpinannya.

Kerangka pemahaman tersebut di atas, sengaja dipaparkan dengan suatu kesadaran bahwa partai politik yang saat ini sedang menawarkan program dan calonnya, bertanggungjawab pada program pencerdasan politik masyarakat.

NTT membutuhkan pemimpin dan tim suksesnya yang dapat membuat masyarakat lebih cerdas dan rasional dalam berpolitik sehingga bisa memverifikasi pesan-pesan bohong yang ditampilkan di panggung politik kita.

Kita pun boleh menyatakan bahwa tidak ada lagi pesan bohong, janji bohong yang ditebarkan di lahan politik kita bernama NTT dan Indonesia. *

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved