Beginilah Taktik Mendikbud Meredam Para Sastrawan
Mendikbud Muhadjir yang seharusnya memberikan sambutan sekaligus membuka Munsi pada Selasa, 18 Juli 2017, pukul
Dia berjanji apa yang menjadi harapan para sastrawan akan ditidaklanjuti, baik di tingkat pusat maupun di daerah, dalam hal ini Dinas PPO provnsi dan Dinas PPO kabupaten/kota di seluruh Indonesia. "Saya mencatat semua masukan dan usul saran para sastrawan ini dan berjanji untuk menindaklanjutinya," janji Muhadjir. Dia meminta agar sastrawan-sastrawan yang berada di daerah menjalin kerja sama dengan Dinas PPO setempat.
Munsi selama tiga hari dihadiri oleh 180 sastrawan yang berasal dari semua provinsi di Indonesia. Adapun kriteria peserta yang diundang adalah orang yang buku karya sastranya lolos dalam seleksi tim kurator yang dibentuk Panitia Munsi dari Badan Bahasa Kemendikbud RI, berupa buku kumpulan puisi, kumpulan cerpen, buku novel, buku drama, dan buku esai/kritik sastra.
Munsi kedua menghasilkan sepuluh rekomnedasi yang perlu ditindaklanjuti berbagai pihak yang terkait. Rekomendasi yang dirumuskan tim perumus dengan Ketua Ahmadun Yosi Herfanda dan Sekretaris Maman S. Mahayana, antara lain agar Badan Bahasa Kemendikbud menyelenggaraan Kongres Kesusasteraan sekali dalam lima tahun dan Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia (Munsi) sekali dalam tiga tahun. Rekomendasi lain adalah agar Badan Bahasa Kemendikbud memberikan penghargaan sastra secara berjenjang di tingkat nasional dan tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Para narasumber yang tampil dalam Munsi kedua ini adalah Ignas Kleden, Janet de Neefe, dan Radhar Panca Dahana yang mengupas tema "Sastra dan Kebinekaan," Abdul Hadi WM, Suminto A. Sayuti, Rusli Marzuki Saria membahas tema "Tradisi, Proyeksi, dan Dialektika Sastra," dan Riris K. Toha Sarumpaet, Seno Gumira Adjidarma, dan Ahmad Sahal membahas tema "Kultur Etnik dalam Sastra Indonesia."
Sedangkan diskusi-diskusi kelompok dipimipin Ahmadun Yosi Herfanda diskusi tentang Pemberdayaan Komunitas Sastra, Yoseph Yapi Taum tentang Sastra Siber dan Alih Media, Yudhistira Massardi tentang Internasionalisasi Sastra Indonesia, Maman S. Mahayana tentang Riset Sastra, Eka Budianta tentang Fasilitasi Sastra, dan Free Hearty tentang Pengajaran Sastra.
Pementasan sastra selama dua malam diisi oleh para sastrawan dari berbagai daerah di Indonesia, berupa monolog, pembacaan puisi dan cerita pendek, dan musikalisasi puisi. Acara ini menarik perhatian para peserta Munsi karena penampilan para sastrawan yang memukau dan unik. Mereka menampilkan karya terbaik dan terindahnya. Mereka menampilkan diri benar-benar sebagai sastrawan nasional Indonesia yang tidak kalah dengan sastrawan dari berbagai negara di dunia. *