Ester Tinggalkan Bali Buka Panti Asuhan Demi Anak-anak NTT
Saya pulang ke Bali dan menunjukkan foto itu kepada suami saya.Lalu saya minta izin kepada suami agar saya bisa tinggal di SoE untuk membantu anak NTT
Penulis: omdsmy_novemy_leo | Editor: omdsmy_novemy_leo
Laporan Wartawan Pos-Kupang.com, Novemy Leo
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Saya pulang ke Bali dan menunjukkan foto itu kepada suami saya. Lalu saya minta izin kepada suami agar saya bisa tinggal di SoE untuk membantu anak‑anak itu. Suami saya mengizinkan.
SEJUMLAH anak usia 5-8 tahun sedang menoton televisi, sementara anak-anak yang berusia belasan tahun mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, menyapu halaman, mencuci pakaian dan membuat kripik pisang.
Mereka nampak menikmati kegiatannya itu, Minggu (5/2/2017). Itulah suasana di Panti Asuhan Puri Bunda, di Kelurahan Manulai II, Kota Kupang. Mereka diasuh oleh Ester Esih Murwani.
Perempuan asal Tabanan, Bali ini rela menghabiskan waktu keseharaiannya untuk mengurus puluhan anak tidak mampu di NTT dengan mendirikan Panti Asuhan bernama Puri Bunda, di Kelurahan Manulai II, Kota Kupang.
Dialah Ester Esih Murwani, Kepala Panti Asuhan Puri Bunda. Tahun 2016, Ester juga membangun Sekolah Dasar Kristen Puri Bunda di Camplong, Kabupaten Kupang.
Sekolah itu ia dirikan untuk menyekolahkan anak‑anak tidak mampu di wilayah Kabupaten Kupang. Sudah 30 anak kelas 1, 2 dan 3 yang sekolah di sana. Mereka diajar lima orang guru.
Begitu mulia hati perempuan kelahiran Blitar, Jawa Timur ini. Ditemui di panti asuhannya, Minggu (5/2/2017) siang, Ester menceritakan pengalamannya bersama anak‑anak pantinya itu.
Ester kecil sekolah di sekolah Katolik sejak SD hingga SMA. Ia sangat dekat dan mengagumi sosok biarawati atau suster di sana. Melihat keseharian suster yang baik terhadap sesama orang membuat Ester terobsesi menjadi suster.
"Sejak kecil saya sangat senang melihat suster menolong orang. Dan, saya berpikir kalau menolong orang itu pasti masuk surga. Maka saat tamat SMA saya ingin sekali menjadi suster, tapi tidak diperbolehkan karena kakek saya seorang pendeta," tutur Ester.
Meski cita-citanya untuk menjadi suster tidak terwujud, Ester tidak putus asa. Ester selalu terlibat dalam kegiatan sosial dan membantu orang‑orang di sekitarnya.
Ester lalu bertemu dengan I Gusti Putu Swastika dan menikahinya. Kemudian keduanya menjalankan bisnis industri rumah tangga.
Hidup berjalan sebagaimana biasa hingga tahun 2007, istri dari I Gusti Putu Swsatika ini mengalami sakit lever dan batu empedu. Badannya kuning dan perutnya buncit. Berbagai usaha sudah dilakukan, namun tak ada hasil. Semua orang sudah memastikan bahwa umur Ester tidak lama lagi. Namun, sebagai seorang Kristen, Ester selalu berdoa dan mengimani Tuhan Yesus.
"Saya rutin ke Gereja Bali Blessing untuk mendengar firman Tuhan. Lalu saya dengar kesaksian seorang aci asal Surabaya tentang kesembuhannya dari penyakti kanker stadium 4 hanya karena mujizat Tuhan. Saya pulang dan meminta kepada Tuhan untuk memberikan saya mujizat. Dan, akhirnya saya pulih tanpa operasi," tutur Ester.
Semua keluarga Ester kaget karena tidak menyangka Ester bisa sembuh tanpa operasi. Itulah mujizat yang Tuhan berikan kepada Ester.