Breaking News

Putusnya Matarantai Kepemimpinan NTT

dan pemerintah daerah pada masa lampau, saat ini tinggal kenangan dan nyaris dilupakan karena

Editor: Dion DB Putra
zoom-inlihat foto Putusnya Matarantai Kepemimpinan NTT
IST
Jacob Nuwa Wea

Pasca Sejumlah Tokoh Pemimpin Fenomenal Asal NTT Tiada

Oleh Petrus Selestinus
Koordinator TPDI & Advokat Peradi

POS KUPANG.COM - Kepemimpinan fenomenal yang pernah dimiliki oleh Provinsi NTT di tingkat nasional dan lokal seperti (Prof. Dr. Herman Yohanes, El Tari, Frans Seda, Ben Mang Reng Say, Adrianus Mooy, Lorens Say, Ben Mboi, VB. da Costa, Letjen TNI Henuhili, Jacob Nuwa Wea, Chris Sinner Key Timu, Blasius Bapa, dll), tidak dapat dilepaskan dari peran gereja

dan pemerintah daerah pada masa lampau, saat ini tinggal kenangan dan nyaris dilupakan karena tidak direkonstruksi dan didokumentasikan secara otentik, historis dan ilmiah dalam sebuah naskah sejarah oleh Pemda Provinsi NTT. Padahal menjadi keharusan bagi kita semua untuk merekonstruksi sejarah tentang rekam jejak kepemimpinan fenomenal
tokoh-tokoh nasional dan lokal asal NTT, baik yang sudah meninggal maupun yang saat ini masih hidup, agar nilai-nilai positif dari kepemimpinan tokoh-tokoh NTT yang sangat fenomenal dapat diwariskan dan menjadi panutan bagi generasi muda NTT.

Jika tidak dilakukan rekonstruksi, maka generasi muda kita akan kehilangan panutan atau suri tauladan para tokoh nasional dan lokal asal NTT yang dahulu sangat terkenal, karena hebat-hebat dan melegenda pada masanya, namun saat ini terancam menjadi punah karena tidak ada yang peduli untuk merekonstruksi rekam jejak mereka untuk dijadikan sebagai bagian dari mata pelajaran sejarah di semua sekolah di NTT.

Di kalangan generasi muda saat ini, berkembang fenomena politik yang menarik dimana para orang muda secara sadar sedang mencari jalan sendiri untuk menemukan sosok pemimpin yang diidolakan untuk dijadikan gubernur, bupati atau walikota, menggunakan jalur konstitusional yaitu calon independen untuk mengusung calon pemimpin yang menjadi idola orang muda.

Para orang muda rupanya sudah muak dengan model kepemimpinan yang dilahirkan oleh partai politik yang rata-rata berperilaku korup, arogan, eksklusif dan feodal. Kondisi ini telah memaksa para orang muda mengambil inisiatif dengan caranya sendiri untuk melahirkan seorang pemimpin yang diidolakan menurut kriteria orang muda yaitu: jujur, berani, pintar, bersih dari KKN, merakyat dan mampu mendahulukan kepentingan rakyat (kapitan perahu) agar dapat membawa masyarakatnya mencapai tingkat kehidupan yang layak dan bermartabat.

Keinginan orang muda yang menghendaki lahirnya pemimpin fenomenal itu dipersonifikasikan pada sosok Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Walikota Surabaya Tri Rismaharini dan Walikota Bandung. Di Jakarta pada saat ini fenomena tentang kepemimpinan fenomenal menurut pikiran orang muda yang tergabung dalam "Teman Ahok" adalah kepemimpinan yang berani, tegas, jujur, tidak KKN, ahli
di bidangnya dan terutama mampu mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan keluarganya, dengan menggunakan jalur konstitusi yaitu pintu perseorangan/independen untuk menjadikan Ahok sebagai calon Gubernur dan terpilih kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta pada periode berikutnya.

Soal krisis kepemimpinan dan minimnya pemimpin fenomenal di NTT yang berkarakter dan memikiki rekam jejak terbaik pasca tokoh-tokoh pemimpin fenomenal seperti El Tari, Prof. Dr. Herman Yohanes, Frans Seda, Ben Mang Reng Say, Letjen TNI Henuhili, Lorens Say, Ben Mboi, Jacob Nuwa
Wea, Chris Siner Key Timu, VB. da Costa, Blasius Bapa, Adrianus Mooy, dll sebagaimana pernah dikonstatir oleh Menteri Dalam Negeri RI Gamawan Fauzi dalam pidatonya ketika melantik Gubernur NTT Frans Lebu Raya di Kupang tahun 2013 yang lalu, bahwa: "provinsi ini dahulu
terkenal karena banyak melahirkan tokoh-tokoh pemimpin tingkat nasional yang hebat-hebat, meskipun Gamawan Fauzi tidak menyebutkan bahwa sekarang ini sudah tidak ada lagi generasi penerus yang dihasilkan, akan tetapi secara faktual memang NTT pasca para tokoh pemimpin nasional dan lokal asal NTT yang hebat-hebat tadi, belum lagi muncul tokoh-tokoh muda yang menjadi cikal-bakal untuk menjadi tokoh
nasional yang fenomenal sekelas para pendahulu tokoh nasional asal NTT di atas.

Jika demikian, maka pertanyannya adalah ini salah siapa, siapa yang harus bertanggung jawab dan salahnya dimana, karena realitasnya bahwa Provinsi NTT sedang berada dalam mata rantai yang putus dan nyaris hilang kepemimpinan yang fenomenal (missing link) sebagai akibat dari kegagalan kaderisasi kepemimpinan yang oleh masyarakat diharapkan
lahir dari pemerintah daerah, gereja dan partai politik di NTT.

Apakah partai politik, pemerintah daerah dan gereja telah mengabaikan fungsi dan tangung jawabnya untuk melahirkan pemimpin yang fenomenal dan mampu memikul tanggung jawab sosial dan politik untuk mensejahterakan masyarakat NTT yang dari tahun ke tahun pembangunan masih dinyatakan
sebagai provinsi tertinggal jauh dalam segala hal dengan masyarakat di Provinsi lainnya.

Di sisi lain kita dihadapkan dengan fenomena sosial dimana generasi muda sekarang mencari jalan sendiri untuk melahirkan sosok pemimpin fenomenal dengan kriteria: melindungi, memihak kepada kepentingan umum, dan mendahulukan rakyatnya atau dalam bahasa yang lebih merakyat adalah model kepemimpinan "kapitan perahu" (kepempinan yang mampu mengambil keputusan cepat dan tepat, kepemiminan yang selalu mau bersama-sama warganya dalam suka dan duka atau kepemimpinan yang mau mati kemudian setelah menyelamatkan warganya di saat badai datang menghantam perahunya).

Di Jakarta, semangat orang muda mengidolakan kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan secara swadaya mengusungnya kembali maju dalam pilgub DKI Jakarta, menggunakan jalur perseorangan dengan mesin penggeraknya adalah "Teman Ahok", diharapkan bisa memberikan efek domino kepada seluruh daerah, termasuk NTT.

Karena itu pemerintah daerah, partai politik, gereja dan masyarakat harus menjadikan momentum pilkada, pilgub dan pileg di NTT, di masa yang akan datang menjadi ajang untuk melahirkan pemimpin NTT yang fenomenal, berkarakter, moral yang baik dan bermental "kapitan perahu", atau kepemimpinan yang benar-benar lahir dari bawah, dan dengan seluruh pengalamannya yang sudah dipunyai di atas perahu tentang teknik berlayar, membaca arah angin, melakukan navigasi dengan kemampuan melihat posisi bintang di langit, dan bisa bekerja sama dengan awak perahu dan akhirnya berhasil memimpin mereka.

Kompetensi seorang kapitan perahu akan selalu transparan karena itu ia tidak boleh menutup-nutupi ketidakmampuannya untuk sekedar mencitrakan diri sebagai seorang pemimpin yang mampu, karena yang akan menguji kepemimpinannya adalah alam bahkan alam jugalah yang akan mengakhiri kepemimpinannya dalam waktu singkat apabila ia memang tidak mampu memimpin perahunya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved