Berita Kota Kupang
Tema Seminar Internasional Pertama Poltekkes Kemenkes Kupang Dinilai Sangat Menarik
Yang bisa kita dapatkan dari para pembicara dari negara lain yaitu pengalaman mereka. Pengalaman mereka termasuk dalam menggunakan teknologi
Penulis: Gecio Viana | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Viana
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Tema seminar internasional pertama Poltekkes Kemenkes Kupang yang mengangkat peranan tenaga kesehatan dalam bidang pendidikan, penelitian dan pelayanan di era revolusi industri 4.0 dinilai sangat menarik.
Baca: Anda Ingin Melakukan Perjalanan ke Sabu?
Baca: Pemkab Kupang Tunggu Kebijakan Nasional Soal Hasil CPNS
"Selamat kepada Poltekkes yang mengangkat tema yant sangat bagus dan menarik," ungkap perwakilan Universidade Da Paz, Republik Demokratik Timor Leste (RDTL), Prof. Dr. Nelson Eduardo Soares Martins, MD.MHM kepada POS-KUPANG.COM disela seminar internasional pertama Poltekkes Kemenkes Kupang di Hotel Neo Aston Jalan Piet A. Tallo Liliba, Kota Kupang, Jumat (16/11/2018).
Baca: Dinas Pariwisata Kabupaten Kupang Belum Tahu Pembatalan TdT
Baca: Pegawai P3K Besaran Gajinya Sama Dengan PNS, Pemkab Mabar Masih Tunggu PP
Menurut mantan Menteri Kesehatan (RDTL) tahun 2007-2017 ini, globalisasi dan revolusi industri 4.0 yang tengah berlangsung jika dimanfaatkan dengan baik maka akan sangat membantu dan mendukung pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Sehingga, melalui seminar internasional yang menghadirkan pembicara dari lima negara yakni Timor Leste, Australia, Filipina, Malaysia dan Thailand dapat menjadi wadah untuk mentransfer pengetahuan dan pengalaman.
Baca: 66 Peserta Lolos Passing Grade, Plt Kepala BKPP Manggarai Mengaku Tunggu Keputusan Pusat
Baca: Gedung Koperasi Serviam Di Ende Terbakar
"Yang bisa kita dapatkan dari para pembicara dari negara lain yaitu pengalaman mereka. Pengalaman mereka termasuk dalam menggunakan teknologi untuk membantu masyarakat," katanya
Baca: Diisukan Dekat dengan Reino Barack, Syahrini Bilang Begini
Baca: Zack Lee: Saya Tidak Pacari Vegan! Ada Apa Ini?
"Saya beri contoh di Timor Leste dimana lokasi geografinya sangat berat, kalau ibu-ibu hamil yang tempat tinggalnya sangat jauh kan komunikasinya susah, lalu kami sudah pakai program 'Liga Ina' jadi setiap informasi kita tinggal kirim secara otomatis ke Ibu tersebut untuk mengingatkan Ibu tersebut tentang kehamilannya sudah berapa lama dan tanda bahaya serta bagaimana mengontak tenaga kesehatan," jelasnya.
Selain itu, pada bidang penyakit tuberkulosis (TBC) pihaknya juga selama ini memanfaatkan teknologi yang mampu mendiagnosa penyakit tersebut.
"Teknologi seperti itu yang kita bagi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat," katanya.
Mengingat topografi, iklim, geografi dan dari karakteristik penduduk yang hampir sama antara RDTL, kata Nelson, kerja sama yang perlu dikembangkan antara RDTL dan Provinsi NTT adalah penelitian karena banyak terdapat penyakit-penyakit lintas batas terutama pada masyarakat yang berdomisili di wilayah perbatasan.
"Penyakit infeksi diseases, kebetulan bidang saya di bidang tuberkulosis dan memang penyakit infeksi ini sulit di kontrol terutama masyarakat yang tinggal di perbatasan," ujarnya.
Baca: Nikita Mirzani: Wah Dari Siapa Nih? Saat Dapat Kiriman Ini
Baca: Nikah dengan Pria Asal Korea Selatan, Wanita Minang Masih Sering Dibully . Begini Alasannya
Melalui riset tersebut diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan melakukan intervensi kesehatan untuk membantu masyarakat.
"Unpaz (Universidade Da Paz) punya motivasi yang sangat besar untuk bekerja sama dengan institusi-institusi di NTT karena banyak hal yang dapat kita lakukan bersama seperti penelitian dan pelayanan bersama karena tipe penyakit, geografis, budaya itu kadang-kadang sama," jelasnya.
Dia menambahkan, peranan institusi kesehatan adalah mencetak tenaga kesehatan yang berkompeten untuk menyelesaikan masalah kesehatan di daerah tersebut dan menggunakan teknologi yang ada.
Baca: Cinta Laura Sering Marah? Sosok Ini Beberkan Kisahnya yang Kerap Jadi Objek Kemarahan Sang Putri
"Kalau kita sudah pintar sekali tapi kita tidak bisa mengobati masyarakat yang misalnya menderita TBC di Kupang ini berarti training kita percuma," katanya.
Ia juga berharap, pihak Poltekkes Kemenkes Kupang juga dapat melakukan transfer pengetahuan dengan menjadi tenaga pendidik 'dosen terbang' di beberapa perguruan tinggi di RDTL sehingga dapat secara bersama meningkatkan kemampuan dan mutu pendidikan kesehatan.(*)