Dana Program Anggur Merah di TTS Masih Mengendap di Kelompok Penerima
Kepala Bappeda Kabupaten TTS, Ir. Gede Witadarma mengatakan, hingga saat ini masih banyak dana anggur merah yang mengendap di tangan kelompok penerima
Penulis: Dion Kota | Editor: Kanis Jehola

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dion Kota
POS-KUPANG.COM | SOE - Kepala Bappeda Kabupaten TTS, Ir. Gede Witadarma mengatakan, hingga saat ini masih banyak dana anggur merah yang mengendap di tangan kelompok penerima bantuan. Namun dirinya mengaku, tidak mengetahui pasti jumlah dana bergulir yang masih mengendap di tangan penerima bantuan.
Hal ini diungkapkan Witadarma kepada POS- KUPANG.COM, Jumat ( 22/6/2018) di ruang kerjanya.
Baca: Sekda TTS Sebut Penetapan Kuota CPNS Pada 2 Juli Mendatang
Ia mengatakan, sejak tahun 2015 digulirnya program anggur merah hingga tahun 2017 lalu, total ada 277 desa di Kabupaten TTS yang mendapatkan bantuan dana bergulir tersebut.
Dari tiga tahun pelaksanaan program anggur merah, Kabupaten TTS mendapatkan alokasi dana sebesar Rp. 62.750.000.000.
Ia mengaku, tidak mengetahui jumlah dana yang sudah dikembalikan kelompok penerima dan dana yang masih mengendap di kelompok penerima bantuan karena laporan terkait pengembalian dana bergulir dari kelompok penerima, tidak disampaikan ke Bapeda Kabupaten TTS.
Selama ini laporan dari tenaga pendamping program anggur merah langsung ke Bapeda Propinsi NTT tanpa ada tebusan ke Bapeda Kabupaten TTS.
"Kalau total anggaran berapa desa penerima kita (Bapeda) disampaikan. Tetapi kalau laporan berapa yang sudah dikembalikan dan berapa yang belum dikembalikan kelompok penerima, kita tidak pernah mendapatkan laporannya namun dari beberapa kali pertemuan dengan tenaga pendamping diketahui masih banyak dana anggur merah yang mengendap di kolompok penerima," ungkap Witadarma.
Endapan dana anggur merah juga diakui Kepala Desa Tubuhue, Melkias Nenotek. Ia mengatakan, Desa Tubuhue mendapat program anggur merah pada tahun 2015.
Dana senilai Rp 250 juta digulirkan ke lima kelompok ternak, masing-masing mendapatkan bantuan sebesar 50 juta. Sayangnya, hampir empat tahun berlalu, pengembalian dana anggur merah masih tersendat hingga saat ini.
Selain itu, pendamping program anggur merah juga sudah lama tak datang ke Desa Tubuhue untuk mengecek keberadaan dana bergulir tersebut.
"Memang masih banyak anggota kelompok penerima yang belum kembalikan dana bergulir tersebut. Kalau jumlahnya berapa saya juga belum tahu pasti. Kita harus cek rekening koperasi anggur merah desa Tubuhue baru bisa tahu," sebut Nenotek.
Mesak Sanam, ketua kelompok terbabi di desa Kesetnana yang juga menerima bantuan program anggur merah mengaku jika dana anggur merah masih mengendap di anggota kelompok ternak babinya.
Bahkan, karena sudah lama tenaga pendamping tak lagi datang mendampingi kelompok ternak babi, informasi terkait pemutihan dana tersebut mulai beredar di kelompok masyarakat.
Informasi tersebut membuat para anggota kelompok penerima enggan untuk mengembalikan dana bergulir tersebut.
"Ada sebagian yang sudah kasih kembali, tetapi sebagian besar belum kasih kembali. Masyarakat sekarang berpikir kalau dana tersebut sudah diputihkan sehingga tidak perlu dikembalikan lagi. Setelah tenaga pendamping pindah ke desa lain, tidak ada lagi yang menangih pengembalian dana anggur merah sehingga masyarakat berpikir dana tersebut sudah diputihkan," bebernya. (*)