Manggarai Barat Terkini
Cerita Agustinus Wagung, Penjual Kain Tenun di Pelabuhan Marina Labuan Bajo Manggarai Barat
Matahari baru saja muncul di ufuk timur Labuan Bajo. Rabu, 8 Oktober 2025. Sinarnya memantul di permukaan Laut Flores, menciptakan kilau jingga.
POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Matahari baru saja muncul di ufuk timur Labuan Bajo. Rabu, 8 Oktober 2025. Sinarnya memantul di permukaan Laut Flores, menciptakan kilau jingga keemasan yang lembut di antara ombak tenang.
Suara riuh burung camar dan deru pelan mesin kapal menjadi latar belakang kehidupan yang perlahan menggeliat di Pelabuhan Marina.
Di antara deretan kapal pinisi dan perahu wisata yang berjajar, seorang lelaki berdiri di balik meja kayu sederhana. Tangan kasarnya sibuk menata gulungan kain tenun khas Flores yang berwarna-warni.
Namanya Agustinus Wagung, warga asli Manggarai Barat. Agustinus bukan hanya menjual barang, ia menjual makna. Ia bercerita tentang para ibu yang duduk berjam-jam di depan alat tenun tradisional, tentang motif gajah reba yang melambangkan kekuatan atau naga yang berarti perlindungan hingga padi menguning sebagai harapan atas panen dan kehidupan yang layak.
Menjelang siang, matahari mulai menyengat. Tapi Agustinus tetap bertahan di bawah payung kecilnya. Keringat membasahi pelipis, tapi wajahnya tetap tenang. Sesekali ia meneguk air dari botol plastik bekas. Di sela keramaian pelabuhan, ia sesekali menatap laut.
Bagi Agustinus, laut itu bukan sekadar pemandangan. Ia adalah saksi dari perjuangan hidupnya.
“Saya jualan begini supaya anak-anak bisa sekolah. Saya tidak bisa ke kota waktu muda, tapi saya mau mereka bisa,” tuturnya, lirih tapi tegas.
Setiap lembar kain yang terjual berarti satu langkah lebih dekat ke masa depan yang ia cita-citakan untuk keluarganya. Anak-anaknya kini bersekolah di kampung. Dan Agustinus berdiri di pelabuhan, menjadi jembatan antara masa lalu yang ditenun dan masa depan yang ia rajut perlahan.
Pelabuhan Marina Labuan Bajo hari itu cukup ramai. Wisatawan dari berbagai negara berdatangan sebagian berangkat ke Pulau Komodo, sebagian kembali dari petualangan.
Suara pemandu wisata bersahutan dalam berbagai bahasa. Tapi di antara keramaian itu, lapak kecil Agustinus tetap berdiri, sederhana, namun penuh cerita.
Sore hari, langit kembali berubah warna. Jingga keemasan yang tadi menyambut pagi, kini hadir kembali di ufuk barat. Para pedagang mulai membereskan dagangan.
Wisatawan kembali ke kapal. Agustinus pun mulai menggulung kembali kain-kainnya, satu per satu, seolah menutup halaman terakhir dari buku harian yang ia tulis setiap hari.
“Besok saya datang lagi,” ucapnya sambil tersenyum, ketika matahari mulai tenggelam di balik pulau-pulau kecil di lautan Flores. “Masih banyak cerita yang bisa saya jual bersama kain-kain ini.”
Ia duduk sejenak di tepi dermaga, memandang laut yang kini mulai tenang. Angin membawa aroma garam dan ikan segar. Dan di dalam dadanya, sebuah rasa syukur mengalir pelan. Hidup memang sederhana, tapi penuh makna. (moa)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.