Sumba Timur Terkini

Pekan Nasional Lingkungan Hidup WALHI Hidupkan UMKM dan Budaya Sumba

Pelaku UMKM yang bergabung dalam pameran itu mengaku senang dilibatkan dalam kegiatan nasional ini. Ini ruang promosi karya budaya Sumba.

Editor: Sipri Seko
POS-KUPANG.COM/IRFAN BUDIMAN
KAIN TENUN - Penenun asal Desa Wisata Kampung Raja Prailiu Praikamaru, Kuanda Ana Amah berfoto sambil memegang kain tenun garuda putih tengah seharga Rp5 juta dan kain pahudur seharga Rp30 juta, Selasa (23/9/2025). 

Dalam diskusi berbagai tema dibahas. Di antaranya tentang ekonomi hutan tropis, ekonomi nusantara sebagai jalan baru, ekonomi restoratif dan tantangan komunitas dengan menghadirkan narasumber dari BAPPENAS, internal WALHI dan dari CELIOS.

Selain itu, dibuka juga konferensi tentang pendanaan perjuangan komunitas, perlindungan dan pengakuan hak rakyat, hukum, HAM dan demokrasi, serta perlindungan ekosistem sabana.

Diskusi lainnya membahas reforma agraria dan perlindungan ekologi, hutan, pemanfaatan lahan, pesisir dan pulau-pulau kecil, lanskap ekologi Indonesia dan transisi energi.

Di side event, panitia menghadirkan pameran produk WKR dan UMKM, mini workshop penyusunan bisnis, dan coaching clinic yang berlangsung di sekitaran Gedung MPL Waingapu.

Pada saat deklarasi Hari Keadilan Ekologis Sedunia (20/9), acara diramaikan dengan Karnaval Bumi Nusantara.

Karnaval ini dibuka dengan parade puluhan kuda Sandalwood yang menjadi ikon Sumba. Penunggang kuda mulai dari usia anak, dewasa dan orang tua.

Acara ini juga menampilkan lomba “kuadja manula”, permainan tradisional Sumba berupa atraksi melempar lembing oleh penunggang kuda ke arah sasaran kulit sapi yang berlubang.

Pertunjukan ini bersamaan dengan penampilan peserta karnaval yang diikuti ratusan siswa sekolah, sebelum berlanjut ke panggung rakyat di malam harinya di Lapangan Pahlawan Waingapu.

Di lapangan tersebut, karnaval ramai dengan anak-anak dan dewasa yang mengenakan pakaian sesuai tema ekologis. 

SMPK Anda Luri misalnya, menampilkan tarian bernuansa budaya Sumba dan fashion show dengan pakaian kreasi dari plastik bekas, botol, koran, hingga karung.

Selain dari Waingapu, Sumba Timur, hadir juga paguyuban dari Sumba Tengah dan Sumba Barat Daya (SBD). Mereka menampilkan pakaian khasnya, nyanyian budaya dengan iringan gong dan gendang.

Paguyuban SBD secara khusus menghadirkan belasan kelompok berburu lengkap dengan pakaian yang terbuat dari kulit kayu. 

Pakaian itu terlihat sederhana dan berukuran kecil. Tampak tanpa celana, sontak hal itu pun menarik perhatian penonton karena sudah jarang ditemui. (dim)

 

 

 

Baca berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE.NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved