Sumba Timur Terkini
Pekan Nasional Lingkungan Hidup WALHI Hidupkan UMKM dan Budaya Sumba
Pelaku UMKM yang bergabung dalam pameran itu mengaku senang dilibatkan dalam kegiatan nasional ini. Ini ruang promosi karya budaya Sumba.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Budiman
POS-KUPANG.COM, WAINGAPU - Pekan Nasional Lingkungan Hidup (PNLH) XIV WALHI di Sumba Timur yang melibatkan 529 organisasi pemerhati lingkungan di seluruh Indonesia berlangsung meriah. Acara ini pun ikut menghidupkan pelaku UMKM dan budaya Sumba.
PNLH yang diikuti ribuan pemerhati lingkungan itu dibuka pada Kamis (18/9). Selain pameran UMKM dan Karnaval Bumi Nusantara, digelar juga diskusi paralel bersama pegiat lingkungan.
Pelaku UMKM yang bergabung dalam pameran itu mengaku senang dilibatkan dalam kegiatan nasional ini. Mereka menilai, ini ruang promosi karya budaya Sumba.
Kuanda Ana Amah, pelaku UMKM ditemui Pos Kupang Selasa (23/9/2025) mengatakan, selama ikut pameran, selendang yang dibawanya terjual sebanyak tujuh lembar. Juga aksesoris berupa anting dan gelang laris manis.
“Senang. Sedikit demi sedikit kami ada uang untuk biaya hidup dan sekolah anak,” kata Kuanda Ana Amah.
Penenun dua anak ini menyampaikan, dirinya dan sejumlah penenun asal Desa Wisata Kampung Prailiu Praikamaru memiliki galeri tenun ikat. Galeri ini sebagai etalase karya budaya Sumba. Ia berharap, pemerintah terus menggelar event-event serupa yang bisa menarik wisatawan luar untuk datang berkunjung.
Hal senada disampaikan Rambu Ersi. Ia juga mengaku senang. “Senang sekali. Cara ini kan mempromosikan tenunan kita,” kata pemilik Galeri Tenun Umbu Rambu pada Sabtu (20/9/2025).
“Tiga hari ini lumayan. Sudah senang sekali. Biar tidak banyak yang beli, tetapi kita bisa mempromosikan. (Pengunjung) lihat saja kita senang,” ungkap penenun asal Umalulu ini. Rambu Ersi menjual sarung dan songket dari berbagai model dengan pewarna alami.
Rambu Rolin, yang menjual pernak-pernik khas Sumba bersyukur ada pameran UMKM. Ia bangga karena dagangannya laris diborong pembeli, terutama tamu dari luar NTT yang hadir di PNLH WALHI.
Saking banyaknya pembeli, ia juga harus membuat gantungan kunci di tempat atau stan kecilnya untuk melayani permintaan.
“Ini saja baru dibuat lagi di sini. Banyak yang beli kak,” kata pemilik Galeri Namu Angu dari Mangili ini.
“Bagus sekali acaranya. Apalagi ada karnaval,” kata Himbran Pua Nduka, penjual tenunan khas Sumba lain yang hadir dalam pameran tersebut.
“Kami berharap ada lagi (pameran UMKM). Kami bersyukur ada kegiatan ini,” imbuhnya.
Tidak hanya pameran UMKM, dalam PNLH juga digelar diskusi paralel bersama pegiat lingkungan dan Karnaval Bumi Nusantara.
Dalam diskusi berbagai tema dibahas. Di antaranya tentang ekonomi hutan tropis, ekonomi nusantara sebagai jalan baru, ekonomi restoratif dan tantangan komunitas dengan menghadirkan narasumber dari BAPPENAS, internal WALHI dan dari CELIOS.
Selain itu, dibuka juga konferensi tentang pendanaan perjuangan komunitas, perlindungan dan pengakuan hak rakyat, hukum, HAM dan demokrasi, serta perlindungan ekosistem sabana.
Diskusi lainnya membahas reforma agraria dan perlindungan ekologi, hutan, pemanfaatan lahan, pesisir dan pulau-pulau kecil, lanskap ekologi Indonesia dan transisi energi.
Di side event, panitia menghadirkan pameran produk WKR dan UMKM, mini workshop penyusunan bisnis, dan coaching clinic yang berlangsung di sekitaran Gedung MPL Waingapu.
Pada saat deklarasi Hari Keadilan Ekologis Sedunia (20/9), acara diramaikan dengan Karnaval Bumi Nusantara.
Karnaval ini dibuka dengan parade puluhan kuda Sandalwood yang menjadi ikon Sumba. Penunggang kuda mulai dari usia anak, dewasa dan orang tua.
Acara ini juga menampilkan lomba “kuadja manula”, permainan tradisional Sumba berupa atraksi melempar lembing oleh penunggang kuda ke arah sasaran kulit sapi yang berlubang.
Pertunjukan ini bersamaan dengan penampilan peserta karnaval yang diikuti ratusan siswa sekolah, sebelum berlanjut ke panggung rakyat di malam harinya di Lapangan Pahlawan Waingapu.
Di lapangan tersebut, karnaval ramai dengan anak-anak dan dewasa yang mengenakan pakaian sesuai tema ekologis.
SMPK Anda Luri misalnya, menampilkan tarian bernuansa budaya Sumba dan fashion show dengan pakaian kreasi dari plastik bekas, botol, koran, hingga karung.
Selain dari Waingapu, Sumba Timur, hadir juga paguyuban dari Sumba Tengah dan Sumba Barat Daya (SBD). Mereka menampilkan pakaian khasnya, nyanyian budaya dengan iringan gong dan gendang.
Paguyuban SBD secara khusus menghadirkan belasan kelompok berburu lengkap dengan pakaian yang terbuat dari kulit kayu.
Pakaian itu terlihat sederhana dan berukuran kecil. Tampak tanpa celana, sontak hal itu pun menarik perhatian penonton karena sudah jarang ditemui. (dim)
Baca berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE.NEWS
Hari Keadilan Ekologis Sebagai Titik Balik Koreksi Kebijakan yang Merusak |
![]() |
---|
Ketua DPD RI Ingatkan Dunia Hadapi Triple Planetary Crisis dan Indonesia dalam Darurat Ekologis |
![]() |
---|
Perempuan dan Kelompok Rentan Lantang Bersuara Buat Negara di Momen PNLH WALHI 2025 |
![]() |
---|
Hari Keadilan Ekologis Sedunia Resmi Dideklarasikan di Waingapu NTT |
![]() |
---|
Fair Future dan Kawan Baik Beri Alkes Rp230 Juta ke RSUD Waingapu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.