Nagekeo Terkini
Pendamping dan Ketua OMK Hingga Koalisi KOPI Ungkap Keterlibatan Vian Ruma Soal Penolakan Geotermal
Kasus kematian Rudolfus Oktavianus Ruma atau yang lebih dikenal Vian Ruma, pria asal Kampung Wio, Desa Ngera, menyisahkan misteri.
"Kalau ada yang mengatakan dia aktivis, aktivis oke aktivis tapi secara terang-terangan turut ke lapangan menolak itu tidak ada, kalau dia urus gereja, urus sekolah, urus di kampung halaman, itu orangnya selalu siap itu," tegas RD Yanto.
Selain rekan-rekan dari OMK, Ketua Koalisi KOPI NTT, Magdalena Eda Tukan juga angkat bicara.
Ia membenarkan bahwa almarhum Rudolfus Oktavianus Ruma atau yang lebih dikenal Vian Ruma merupakan anggota Koalisi KOPI dari Kabupaten Nagekeo.
Ia juga menegaskan, secara organisasi, Koalisi KOPI belum melakukan aksi terkait isu geotermal.
"Jadi kami belum pernah turun untuk aksi atau menyatakan ke publik secara langsung bahwa secara organisasi kami melakukan penolakan geotermal, kami belum melakukan itu jadi kalau ada pernyataan yang beredar bahwa almarhum Vian aktif melakukan penolakan geotermal melalui Koalisi KOPI, saya pikir kalimat itu tidak terlalu tepat karena secara organisasi kami belum melakukan aksi itu," tegas Eda Tukan, Sabtu (6/9/2025).
Seturut pengetahuan Eda Tukan, selama bergabung di Koalisi KOPI, Vian Ruma dikenal sebagai sosok yang kritis, berani dan bersemangat di usianya yang masih sangat muda.
"Anaknya ceria lalu juga penuh perhatian, kami di Koalisi KOPI juga jarang bertemu secara fisik karena memang Koalisi KOPI inikan ada di beberapa kabupaten/kota di NTT jadi untuk intens bertemu secara fisik sebenarnya tidak sehingga sejauh itu saja saya mengenal almarhum Vian, kalau kami ketemu di pertemuan Koalisi KOPI, dia termasuk anak yang aktif, memberi ide-ide, semangat karena dia juga guru SMP, dia juga semangat untuk ikut dalam gerakan-gerakan literasi ketika dia disana (red: Nagekeo)," terang Eda Tukan.
Kasus kematian Vian Ruma, guru SMP Negeri 1 Nangaroro yang ditemukan gantung diri di sebuah pondok di Sikusama, Desa Tonggo, Kecamatan Nagekeo, Jumat (5/9/2025) yang diduga banyak kejanggalan masih menyisakan misteri dan tanda tanya besar bagi pihak keluarga dan rekan korban.
Meski sudah empat hari setelah ditemukan dan almarhum sudah dimakamkan, pihak Kepolisian Resor (Polres) Nagekeo masih bungkam dan enggan menjelaskan hasil olah TKP dan hasil visum terhadap korban.
Kapolsek Nagekeo, Iptu Juliardi Sinambela, sesaat setelah kejadian hanya mengatakan saat itu pihaknya sedang melakukan olah TKP dan mengatakan korban diduga sudah dalam keadaan tergantung lebih dari tiga hari.
Karena masih melakukan olah TKP dan mengevakuasi korban menuju Puskesmas Nangaroro pada Jumat (5/9/2025) sekira pukul 22.08 WITA, Ia meminta untuk mengirimkan sejumlah daftar pertanyaan untuk dijawab.
Namun, hingga saat ini pertanyaan-pertanyaan itu belum kunjung dijawab. Pada saat itu, mengirim kurang lebuh sembilan pertanyaan terkait dengan waktu penemuan mayat hingga langkah-langkah yang akan dilakukan Polsek Nangaororo.
Keesokan harinya, Sabtu (6/9/2025) sekira pukul 09.54 WITA, POS-KUPANG.COM kembali menanyakan hasil olah TKP melalui pesan WhatsApp. Namun, Iptu Juliardi baru menjawab pesan WhatsApp tersebut pada Minggu (7/9/2025) dini hari sekitar pukul 02.18 WITA.
"Selamat malam pak. Kemarin malam sampai jam 5 kami di puskesmas. Hari Sabtu, seharian dari pagi sampai jam 17.00 wita, untuk wilayah ditempat kami signal baik data seluler maupun telfon biasa tidak ada sama sekali. Di pukul 19.30 juga sempat hilang kembali. Sehingga komunikasi tidak berjalan lancar," tulis Ipda Juliardi.
Pada Senin (8/9/2025) pagi sekira pukul 10.12 WITA, POS-KUPANG.COM kembali mengirimkan pesan WhatsApp kepada Iptu Juliardi menanyakan hasil olah TKP atas kasus kematian Vian Ruma.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.