NTT Terkini
Menkes Berang, Akal-akalan Dokter Ambil Rekomendasi tapi Tidak Mengabdi di NTT
Ia mengatakan, perubahan ini mungkin mengganggu pihak lain, tapi satu sisi justru RS di daerah mendapat sumber daya yang baru.
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Oby Lewanmeru
Budi mengatakan, fenomena sekarang ini jika ada dokter yang berasal dari luar daerah, kebanyakan hanya bertahan satu atau dua tahun. Selebihnya, mereka akan meninggalkan NTT dan mencari pendapatan lebih besar. Kemenkes, kata dia, ingin mencegah hal itu.
"Sekarang SIP sudah di pegang Kemenkes, kalau dokter yang kabur kita tutup SIP. Dia harus tanggung jawab, di daerah asal yang memberikan rekomendasi atau beasiswa. Dulu kalau ada SIP di kita masih bisa, sekarang kita kunci SIP kalau kabur-kabur," ujar Budi.
Persoalan dokter yang tidak lagi melakukan pelayanan karena beragam masalah. Untuk itu, pihaknya menginginkan untuk masalah ini tidak lagi terjadi. Termasuk, tidak boleh ada aksi seremonial semata dari tiap RS dalam setiap pelayanan.
Budi juga menyoroti seorang dokter dari RSUP dr. Ben Mboi yang kini tengah menjalani spesialis dokter. Ia bahkan meminta jajaran agar melapor mengenai masalah ini. Ia ingin masalah distribusi dokter agar cepat diselesaikan.
"Banyak dokter nakal, dia minta rekomendasi buat belajar dari NTT. Begitu dia selesai, dia lari ke Surabaya. Kalau mendapat rekomendasi dari NTT, kerja dong di NTT. Dia harus balik ke NTT," katanya.
Budi juga menegaskan agar Dinas Kesehatan Provinsi NTT memprioritaskan anak-anak atau dokter dari NTT. Ia mengancam akan mencabut SIP dokter yang mendapat rekomendasi dari NTT jika tidak bekerja di Provinsi NTT.
"Pastikan RS Ben Mboi dia bisa bedah vaskular, atau bedah lainnya. Pastikan itu bedah rata. Jadi jangan mepet. Kita bagi sistem merata, jangan karena rebutan uang, diatur dengan baik. Berikan layanan yang baik, kita berikan gaji yang cukup," ujarnya.
Dia mengatakan, dokter spesialis di Indonesia sangat kurang. Sehingga perlu dibuka seluas-luasnya agar mereka bisa belajar lebih mudah. Sistem lama perlu diurai. Sekalipun itu ada pihak yang terganggu.
"Distribusi yang tidak merata karena sistemnya kita terkonsentrasi di Jawa. Dokter hanya mencari gelar, dengan mencari rekomendasi dari daerah. Niatnya bukan untuk kepentingan daerah tersebut tapi untuk pribadi. Itu kira harus kita rapikan," ujarnya.
Dia mengatakan, budaya ini harus dirubah. Ia meminta tidak boleh ada yang sungkan termasuk media massa untuk menyampaikan kritikan atau masukkan ke Kemenkes. Dengan begitu maka, masyarakat di daerah bisa terlayani dengan baik, tanpa harus mengeluh kekurangan dokter spesialis.
Direktur RSUP dr. Ben Mboi dr Annas Ahmad mengaku, RSUP dr. Ben Mboi telah melaksanakan berbagai skema agar semua dokter bisa bekerja dengan baik. Salah satunya adalah, berbagai operasi yang tidak sekadar seremonial semata.
Hal yang sama juga menyangkut dokter spesialis. Sejauh ini ada beberapa dokter tengah mengambil spesialis dan akan kembali mengabdi di RS Ben Mboi.
Kepala Dinas Kesehatan drg Iien Adriany mengatakan pihaknya terus melakukan pemantauan secara serius bagi semua dokter yang mendapat rekomendasi dari NTT. Ia mengaku, telah ada skema yang disiapkan termasuk membawa dokter spesialis dari NTT bisa diangkat sebagai ASN maupun pembagian tindakan bersama BPJS Kesehatan. (fan)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/Pasien-operasi-stroke-teleconferenc-dengan-Menkes-Budi.jpg)