NTT Terkini
RSUP Ben Mboi Kupang Berhasil Operasi Tiga Pasien Stroke
Direktur RSUP Ben Mboi, dr Annas Ahmad menyebut tiga pasien itu berasal dari Kabupaten Timor Tengah Selatan, Manggarai Timur dan Kota Kupang
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Edi Hayong
Ringkasan Berita:
- RSUP dr Ben Mboi di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) berhasil melakukan operasi tiga pasien stroke
- dr Annas Ahmad menyebut tiga pasien itu berasal dari Kabupaten Timor Tengah Selatan, Manggarai Timur dan Kota Kupang.
- Pelaksanaan operasi ini dibantu oleh dokter dari RS Ngoerah Bali dan RS Pusat Otak Nasional Mahar Mardjono Jakarta
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Ben Mboi di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) berhasil melakukan operasi tiga pasien stroke.
Tiga pasien itu kini tengah menjalani pemulihan di RSUP Ben Mboi. Pada kesempatan ini, mereka sempat berbicara dengan Menteri Kesehatan RI, Budi Sadikin secara virtual.
Direktur RSUP Ben Mboi, dr Annas Ahmad menyebut tiga pasien itu berasal dari Kabupaten Timor Tengah Selatan, Manggarai Timur dan Kota Kupang.
Ketiganya adalah Theodora Kase (56), Sabina Ndeok (67) dan Vito Alesandro Leo (23). Pelaksanaan operasi ini dibantu oleh dokter dari RS Ngoerah Bali dan RS Pusat Otak Nasional Mahar Mardjono Jakarta.
"Kemarin kita sudah lakukan operasi selama dua hari, ada pasien kita lakukan tindakan Clipping, Colling dan Bypass. Ini yang kita lakukan untuk sebuah penanganan akhir kasus stroke," ujarnya, Sabtu (15/11/2025).
Annas berkata, dua Rumah Sakit yang membantu itu menjadi bagian dari koordinasi, termasuk bila diperlukan alat lainnya. Meski begitu, dia mengeklaim peralatan dan dokter di RS Ben Mboi telah tercukupi.
Baca juga: RSUP Ben Mboi Kupang Torehkan Sejarah Baru Sukses Lakukan Bedah Jantung Terbuka pada Anak
Khusus untuk RS Ben Mboi per Januari hingga Oktober 2025 terdapat 250 pasien stroke. Sementara itu, di Provinsi NTT terdapat 20 sampai 30 ribu pasien per tahun dari total penduduk NTT. Itu berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2023.
Direktur RS Pusat Otak Nasional Mahar Mardjono Jakarta, dr Adin Nulkhasanah menambahkan, masing-masing pasien berbeda. Pihaknya akan tetap memberikan bantuan jika dibutuhkan.
"Stroke tidak hanya tindakan tapi mulai dari deteksi dini sampai pasca terserang stroke bagaimana rehabilitasi, kami selalu berkoordinasi," ujar dia.
Ia menyebut, terdapat enam dokter spesialis neurologi yang akan ditempatkan di NTT. Paling tidak ada 20 dokter yang akan bertugas di NTT. Sehingga RS Ben Mboi bila sudan melaksanakan layanan paripurna, maka RS ini akan menjadi pengampu untuk RS lainnya di NTT.
Dokter Adin menyebut, RS Pusat Otak Nasional Mahar Mardjono, skema pengampunan pada RS tidak hanya berfokus pada Ibukota Provinsi. Namun, program pelayanan harus mendekat ke masyarakat. Meski begitu, dibutuhkan peralatan dan sumber daya yang cukup.
Dokter Obrin Parulian dari Direktorat Jenderal Kesehatan Lanjutan Kemenkes RI mengatakan, stroke merupakan kasus yang harus segera ditangani. Program pengampunan antar RS upaya mendekatkan layanan ke masyarakat.
Baca juga: RSUP Ben Mboi Kupang Hadirkan Layanan Eksekutif Klinik Kecantikan dan Home Care
"Jadi bukan hanya RS PON dengan Ben Mboi. Tapi disini akan mengampu RS Kabupaten/Kota juga. Jadi tidak semua kesini. Sampai 2029 seluruh RS Kabupaten/Kota punya cat lab, punya dokter, punya sarana prasarananya. Nanti yang kesini yang berat-berat saja," ujarnya.
Obrin mengatakan, layanan Bypass atau bedah pintas saat ini sudah tersebar di 9 Provinsi yang memberikan pelayanan serupa. Sementara itu, layanan Clipping sudah mampu dilakukan pada 29 Provinsi di Indonesia.
"Colling itu target kita 2029, nanti 514 Kabupaten/Kota mampu lakukan. Sekarang kita di posisi 68. Stroke itu bukan stroke pendarahan ini, ada stroke sifatnya sumbatan, itu kita lakukan kalau Kabupaten/Kota sudah mampu," ujarnya.
Secara global, kata dia, setiap lima detik ada satu orang terkena stroke. Kondisi yang sama juga terjadi di Indonesia. Justru, terjadi peningkatan sekitar 20 persen sejak 2013 hingga 2023.
"Stroke ini kasus tiga terbesar. Pertama jantung, kedua kanker. Penyebab kematian paling banyak (stroke) sehingga kita harus cepat tangani. Sehingga fasilitasnya harus kita dekatkan," ujarnya.
Donny Argie, dokter bedah dalam kesempatan itu mengatakan, operasi ini berlangsung dari 4-12 jam dengan 5 hingga 7 dokter dari tiga RS. Ia bercerita, operasi paling sulit pada layanan Bypass.
Baca juga: Bedah Jantung Terbuka Perdana Sukses, RSUP Ben Mboi Kupang Komit Dekatkan Layanan
"Pembuluh darah di permukaan kita sambung ke pembuluh darah dalam otak. Untuk memastikan aliran darah untuk dalam otaknya," tuturnya.
Operasi ini, menurut dia, paling tidak membantu sekaligus menekan angka kematian akibat stroke. Pada pasien lainnya, Vito Alesandro Leo (23) terdapat pembuluh darah yang pecah akibat jatuh. Itu menyebabkan gangguan pada pembuluh darah di otak.
Mereka kemudian melakukan menggantikan aliran pembuluh darah pada daerah pipi. Sebab, pembuluh darah sebelum dalam kondisi tidak baik. Pembuluh darah yang tidak baik itu dijepit dan akan mengecil dengan sendirinya.
"Itu agak rumit, lama dan betul-betul ketelitian. Dan itu kerja sama tim. Resikonya relatif tidak ada, sambung pembuluh darah kita sudah pastikan, sambungannya bagus, tinggal dijaga," katanya.
Dia mengatakan, operasi ini sangat membutuhkan mikroskop. Sebab, ukuran pembuluh darah itu sangat kecil. Dengan begitu maka tindakan akan dilakukan lebih mudah.
"Banyak paradigma, operasi kepala itu bedah kepala itu. Orang takut. Operasi bedah saraf itu hanya segini saja. Pemulihan 7-14 hari. Setelah ini, justru malah boleh aktif lagi," ujarnya. (fan)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/Salah-satu-pasien-stroke-usai-di-operasi.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.