Liputan Khusus
LIPSUS: Sehari Butuh 180 Kg Ayam, Mabar Mulai Program MBG, 16 Sekolah Keracunan
Bupati Timor Tengah Selatan (TTS), Eduard Markus Lioe, S. IP, SH, MH mengungkapkan bahwa keracunan massal Jumat (3/10)
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Maria Vianey Gokok
POS-KUPANG.COM, SOE - Bupati Timor Tengah Selatan (TTS), Eduard Markus Lioe, S. IP, SH, MH mengungkapkan bahwa keracunan massal yang terjadi pada Jumat (3/10) lalu menyebar di 16 sekolah di Kota Soe dan 384 orang siswa.
"Pada Jumat (3/10/2025) telah di berikan makanan bergisi gratis kepada 16 sekolah, yang terdiri dari tiga PAUD, lima TK, empat SD, dua SMP, dua SMA/SMK,satu TPA, dan empat Posyandu, dengan jumlah porsi sebanyak 3.005 paket yang berasal dari satuan pelayanan pemenuhan gizi (dapur kota soe 1), " ungkap Bupati Eduard dalam konferensi pers di Kantor Bupati TTS pada Senin (6/10/2025).
Dikatakan, dalam kejadian tersebut, SMP Negeri I Soe tidak sempat mengkonsumsi karena ada kekurangan jumlah MBG. Ketika pihak SSPG masih mengambil kekurangan paket makanan, informasi terkait keracunan di SD GMIT Soe II sudah terjadi, sehingga siswa-siswi SMP tersebut tidak jadi mengkonsumsi MBG tersebut.

"SMP Negeri I tidak sempat memakannya, karena mendapatkan informasi telah terjadi keracunan makanan di SD GMIT SOE II. Gejala yang ditimbulkan setelah anak-anak mengkonsumsi MBG tersebut muntah-muntah yang dicurigai karena keracunan MBG, " ungkapnya.
Adapun berdasarkan daftar yang disampaikan total pasien keracunan MBG mencapai 384 orang, di mana pasien terbanyak dari SD GMIT Soe II.
Adapun rincihannya SD GMIT Soe II sebanyak 202 orang, SD Inpres Oenasi 70 orang, SD Inpres Soe 29 orang, SD Advent 13 orang, TK Oenasi 20 orang, SMP Advent 12 siswa, SMA Karya 9 orang, SDI Maleset 6 siswa. Posyandu Kota Baru 6 orang, SMK Kristen 6 orang.
Kemudian, Posyandu Bhayangkari 3 orang, TK Advent 2 orang, PAUD Cendana 2 orang, Posyandu Maleset 2 orang, Posyandu Nonohonis 1 orang, TK Ora Et Labora 1 orang.
"Kejadian ini saya tidak ada ditempat karena ada tugas yang sedang dilakukan. Namun koordinasi tetap berjalan. Ketika tiba di Soe saya langsung ke RSUD dan posko. Semua pasien sudah pulih dan dipulangkan, " jelasnya.
Kekurangan Lauk Ayam
SPPG Macang Tanggar membagikan 1.153 penerima manfaat yang tersebar di 13 sekolah yang berada di wilayah Kecamatan Komodo. Pembagian menu MBG ini merupakan pertama kali dilakukan di Manggarai Barat.
Kepala SPPG Macang Tanggar, Rofifah saat ditemui Pos Kupang, Senin (6/10) menjelaskan, pembagian MBG itu dilakukan untuk PAUD, TK 3 sekolah, MI dan SD enam sekolah, SMP tiga sekolah dan SMA satu sekolah.
Dikatakan, menu makan yang disiapkan semuanya sama, yang menjadi pembeda hanya di porsi dan gramasi. Porsi kecil untuk anak TK sampai kelas tiga SD. Kemudian dari kelas empat SD sampai SMA itu porsi besar.
Lebih lanjut ia menyampaikan, apabila dikonversi ke uang, porsi kecil seharga Rp 8.000 dan porsi besar Rp 10.000. Sementara bahan baku diambil dari wilayah sekitar Manggarai Barat, dari pasar dan masyarakat.
"Kekurangan hari pertama ada di lauk ayam, tetapi sudah terpenuhi. Buahnya sama semua, buah jeruk. Sayur tumis labu dan wortel. Tahu kecap untuk protein nabati," ujar Rofifah.
Saat ini SPPG Macang Tanggar memiliki dua armada berupa mobil pikap yang dilengkapi box pengaman. SPPG Macang Tanggar terletak di Desa Macang Tanggar, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat yang berjarak 15 menit dari kota Labuan Bajo.

Valdo Jehabut salah satu mitra MBG di Macang Tanggar menyebutkan bahwa kehadiran MBG ini menyerap tenaga kerja asli Manggarai Barat sebagai karyawan di SPPG Macang Tanggar
sebanyak 47 karyawan. Karyawan tersebut berasal dari kampung Mbrata, Nanga Na'e dan ada juga dari Translok.
Ia menuturkan ke 47 karyawan tersebut dibagi ke beberapa kelompok sesuai fungsi yang ditugaskan. Ada yang bagian pengelolaan sendiri, pemorsian sendiri, ada bagian cuci sendiri, ada juga bagian persiapan masaknya.
Saat ini Valdo mengungkapkan pasokan daging ayam diambil dari peternak di sekitar SPPG Macang Tanggar, yakni di daerah Nanga Na'e yang menjadi tempat suplai ayam terbesar di Manggarai Barat. “Kebutuhan ayam hari pertama sekitar 180-an kilo," ungkapnya.
Sedangkan untuk bahan baku wortel, ia menyampaikan masih ambil dari luar. Untuk buah jeruk, ia belum mengetahui, karena mendatangkan bahan baku, masuk di dalam ranah kepala dapur.
SPPG Macang Tanggar Bernaung di bawah Yayasan Bangkit Mulia Mabar dan melayani 13 sekolah di Kecamatan Komodo setiap hari.
Kepala SDI Nanga Na'e, Sene Zailnus mengaku sebanyak 21 siswa SDI Nanga Na'e, Desa Macang Tanggar, Kecamatan Komodo tidak mendapat pelayanan MBG dari total 161 penerima manfaat pada hari pertama. Untuk itu diminta kepada pihak SPPG dan mitra MBG bisa mengakomodir 21 siswanya sebagai penerima manfaat.
“21 Siswa tersebut merupakan siswa kelas jauh SDI Nanga Na'e yang berada di kampung Lobo Usu,” ujarnya.
Kata dia, hari pertama pelaksanaan MBG di SDI Nanga Na'e menyita waktu kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa dan guru. Sebab, proses pendistribusian menu makan ke kelas-kelas dilakukan para guru sehingga proses KBM pun harus diberhentikan sementara. "Kalau bebankan guru-guru untuk antar, saya rasa rumit juga," ujar Sene.
Ia menuturkan belum ada siswa-siswi yang komplain terkait menu makan yang disiapkan. hari pertama pelaksanaan MBG di SDI Nanga Na'e.
Pantauan Pos Kupang, para siswa-siswi SDI Nanga Na'e menyantap dengan lahap menu makan yang disiapkan. Menu makan yang disiapkan yakni ayam goreng, tahu kecap, sayur tumis dari labu dan wortel, nasi, dan buah jeruk.
Secara terpisah, kepala SPPG Macang Tanggar, Rofifah saat dikonfirmasi terkait 21 siswa kelas jauh SDI Nanga Na'e belum dapat dilayani karena melawan aturan pendistribusian soal jarak tempuh dan waktu tempuh.
"Kalau 20 an siswa di SD Nanga Na'e tidak dapat MBG karena jarak tempuhnya tidak memenuhi. Karena itu berhubungan dengan kualitas yang akan kita sampaikan nanti," tutur Rofifah.
Kata dia, kalau jarak tempuhnya terlalu jauh, dikhawatirkan saat sampai ditempat makanannya bukan dalam kondisi yang baik. Sesuai juknis dari Badan Gizi Nasional, jarak tempuhnya 6 kilo meter dan waktu tempuh 20 menit.
*Lengkapi Alat Sterilisasi
Presiden Prabowo Subianto memerintahkan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana untuk memastikan seluruh dapur makan bergizi gratis telah dilengkapi dengan alat-alat sterilisasi dan perangkat uji makanan (test kit), serta filter air bersih.
Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya saat dihubungi di Jakarta, Minggu malam, menjelaskan perintah itu diberikan oleh Presiden Prabowo kepada Kepala BGN dalam rapat terbatas yang digelar di kediaman pribadi Presiden Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta, Minggu malam.
"Presiden menegaskan kepada Kepala BGN bahwa setidaknya pada minggu depan ini, dapur-dapur harus sudah dilengkapi dengan alat tes kit yakni mengecek kebersihan makanan, alat pencuci dan pengering higienis dilengkapi air hangat, dan alat khusus untuk menghindari bakteri, dan penyediaan filter air bersih," kata Seskab Teddy.
Baca juga: LIPSUS: Satu SPPG di Kota Kupang Dinonaktifkan, Buntut Kasus Keracunan Siswa
Seskab Teddy melanjutkan evaluasi mengenai pelaksanaan program makan bergizi gratis menjadi salah satu isu yang dibahas dalam rapat terbatas pada malam ini.
Presiden juga membahas beberapa program prioritas pemerintah lainnya, antara lain Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih, Kampung Nelayan, ketahanan pangan dan ketahanan energi, stimulus ekonomi terutama untuk periode akhir tahun 2025, dan berbagai program pemerintah lainnya.
Anggota Komisi IX DPR RI Neng Eem Marhamah Zulfa mendukung instruksi Presiden Prabowo Subianto agar setiap dapur MBG memiliki alat uji kebersihan makanan. "Alat uji ini penting untuk memastikan bahwa makanan yang disajikan memenuhi standar kebersihan yang ditetapkan,” kata Neng Eem di Jakarta, Senin.
Lebih lanjut dia menyampaikan kebersihan merupakan faktor utama dalam menjaga keamanan makanan yang dikonsumsi masyarakat penerima manfaat Program MBG.
“Kebersihan merupakan gerbang awal agar makanan aman untuk dikonsumsi. Karena itu evaluasi menyeluruh perlu dilakukan untuk memastikan seluruh aspek penyediaan MBG tidak menyisakan celah terjadinya keracunan makanan atau gangguan kesehatan lainnya,” ujar dia.
Dia mengatakan langkah Presiden Prabowo itu menunjukkan perhatian khusus terhadap mutu dan keamanan makanan dalam Program MBG.
“Instruksi kepada Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) untuk memastikan standar kebersihan dapur menunjukkan keseriusan Presiden agar makanan yang disajikan bukan hanya enak, tapi juga aman dikonsumsi,” kata dia.
Neng Eem lalu meminta Kepala BGN Dadan Hindayana untuk menetapkan dan menyosialisasikan standar kebersihan kepada seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di lapangan. Standar tersebut harus dijalankan tanpa pengecualian.
Baca juga: LIPSUS: Menu MBG Diolah Dini HarI, Muhaimin Iskandar Tinjau SPPG
“Saya minta jangan anggap remeh pentingnya menjaga kebersihan dalam Program MBG. Standar kebersihan ini harus menjadi acuan utama dalam penyediaan makanan bergizi,” ujarnya.
Legislator asal Jawa Barat itu juga mendorong dilakukan evaluasi berkala minimal sebulan sekali guna memastikan penerapan standar kebersihan berjalan optimal. Ia menilai evaluasi rutin dapat menjadi upaya mitigasi terhadap potensi pelanggaran atau kejadian tidak diinginkan.
“Kami minta semua pihak mendukung Program MBG yang diamanahkan Presiden Prabowo. Peristiwa yang terjadi harus menjadi bahan evaluasi agar tidak terulang. Semua pihak harus berkomitmen menyediakan makanan bergizi yang aman, layak, dan sesuai standar,” ujarnya. (any/moa/ant)
P to P
Empat Posyandu
1.SD GMIT Soe II sebanyak 202 orang
2.SD Inpres Oenasi 70 orang
3.SD Inpres Soe 29 orang
4.SD Advent 13 orang
5.TK Oenasi 20 orang
6. SMP Advent 12 siswa
7.SMA Karya 9 orang
8.SDI Maleset 6 siswa
9.Posyandu Kota Baru 6 orang
10.SMK Kristen 6 orang
11. Posyandu Bhayangkari 3 orang
12.TK Advent 2 orang
13.PAUD Cendana 2 orang
14. Posyandu Maleset 2 orang
15.Posyandu Nonohonis 1 orang
16.TK Ora Et Labora 1 orang.
Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menyebut layanan pengaduan yang terintegrasi, seperti melalui hotline 119 atau +6287777591097, mampu mempercepat penanganan kasus keracunan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Budi menyebutkan data yang dia dapat dari hotline tersebut menunjukkan, pada 4 Oktober, terdapat kejadian keracunan di Kota Soe, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan di Jakarta.
"Dua-duanya nggak ada yang fatal. Itu anak-anaknya sudah dirawat," katanya di Jakarta, Senin (6/10).
Dahulu, katanya, laporan hanya melalui sosial media. Namun, sekarang sudah terintegrasi, dan Dinas Kesehatan sudah dilibatkan. "Mereka sudah mengisi laporan itu. Kalau ada di sosial media kita cocokkan segera. Sehingga, penanganannya jauh lebih baik," kata Budi.
Menurutnya, pengaduan yang terintegrasi juga dapat menjadi bahan untuk perbaikan Badan Gizi Nasional (BGN) ke depannya. Hal tersebut, karena BGN belum memiliki infrastruktur yang lengkap di daerah-daerah, sehingga kontribusi dari Dinas Kesehatan dapat membantu BGN.
"BGN nanti turun melakukan audit bersama-sama dengan Dinas Kesehatan. Untuk memperbaiki tata kelola dan prosedur implementasinya di satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) yang menyebabkan keracunannya," katanya.
Terkait SPPG, lanjutnya, per Senin, sudah ada 130 yang memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS). Adapun pemerintah kini mewajibkan SLHS, beserta dua sertifikat lainnya, yakni sertifikat Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) dan sertifikat halal guna mencegah kejadian keracunan dalam MBG agar tidak terulang kembali.
"Nah, percepatan sudah mulai terjadi. Kepala Dinas Kesehatan juga sudah mulai bergerak. Karena kita sudah meeting juga dengan Kemendagri, dengan Kepala Daerah. Mudah-mudahan bisa dipercepat komunikasi antara BGN, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Pendidikan," ujarnya. (ant)
*NEWS ANALISIS
Pengamat Pendidikan dan Kemasyarakatan, Serian Wijatno : Langkah Tepat
Perintah tegas dari Presiden Prabowo Subianto agar seluruh dapur Makan Bergizi Gratis ( MBG) dilengkapi standar higienis tinggi merupakan langkah yang tepat untuk menghentikan kasus keracunan MBG.
Kasus keracunan makanan di sekolah ini jika tidak dihentikan dapat berdampak signifikan pada semangat belajar mengajar.
Selain menerapkan standar higienis tinggi, meliputi alat-alat sterilisasi dan perangkat uji makanan (test kit), serta filter air bersih itu, pihak sekolah juga perlu melakukan pengawasan rutin terhadap kualitas makanan.
Sekolah wajib mengimplementasikan standar keamanan pangan yang ketat dan melakukan pengawasan rutin terhadap kualitas makanan sekolah dengan menggunakan bahan makanan segar dan bersertifikat.
Penting bagi sekolah dan orang tua untuk bekerja sama dalam menjaga semangat belajar siswa. Juga perlunya penyelenggaraan konseling untuk mengatasi trauma siswa terhadap kasus keracunan MBG.
Harus ada upaya mengatasi trauma dan meningkatkan kepercayaan bagi para siswa. Misalnya dengan mengadakan konseling untuk membantu siswa mengatasi trauma, meningkatkan komunikasi antara sekolah dan orang tua untuk memantau kondisi siswa. (ant)
Liputan Khusus
POS-KUPANG.COM
Liputan Khusus Pos Kupang
Timor Tengah Selatan Terkini
Manggarai Barat Terkini
LIPSUS: 16 Sekolah di TTS Keracunan MBG, 3.005 Paket Disajikan SPPG Kota Soe |
![]() |
---|
LIPSUS: Satu SPPG di Kota Kupang Dinonaktifkan, Buntut Kasus Keracunan Siswa |
![]() |
---|
LIPSUS: Kejaksaan Sita Satu Dos Berkas Dana Hibah, Geledah Kantor KPU Sumba Timur |
![]() |
---|
LIPSUS: SILPA Tembus Rp 2 Triliun, Kanwil DJPb Siap Kawal |
![]() |
---|
LIPSUS: Eks Kapolres Ngada Dituntut 20 Tahun, Fajar Tidak Menyesali Perbuatannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.