Wawancara Eksklusif

Wawancara Ekslusif - Insentif Hanya Menarik Orang Datang Tidak Membuat Orang Bertahan 

Ada beberapa orang seperti saya punya kesempatan cerita dengan dokter-dokter tua kemudian mereka yang memberikan makna itu kepada saya.

Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/YANTI
UNDANA TALK - Ketua Tim Health Promoting University (HPU) di Universitas Nusa Cendana, Dr. dr. Nicholas Edwin Handoyo bersama host jurnalis Pos Kupang, Ella Uzurasi dalam Undana Talk, Rabu, 01/10/2025. 

Betul. Jadi tidak bisa kita hanya memikirkan bahwa kita kirim dokter ke daerah kemudian suruh dia temukan maknanya sendiri ya susah.

Ada beberapa orang seperti saya punya kesempatan cerita dengan dokter-dokter tua kemudian mereka yang memberikan makna itu kepada saya.

Tetapi orang-orang lain belum tentu mereka mendapatkan sharing dari dokter yang tua. Mungkin mereka ketemu justru role model yang tidak terlalu bagus, yang datang ke sini mau cari uang kemudian ketemu dengan orang itu akhirnya mendapatkan feedback uang yang penting akhirnya dokter ini pergi kemudian kita yang dapat ilmu dari dia ya kita juga tidak betah karena kita pikir mau cari uang. 

Jadi sebenarnya kita butuh model pendidikan dimana mahasiswa ini sudah dilatih untuk mencari makna dari pengalaman kehidupan mereka sehari-hari.

Kalau memungkinkan lebih baik lagi kalau kita bisa memgirimkan mereka untuk merasakan berada di daerah itu seperti apa.


Bagaimana anda mengelompokkan dokter berdasarkan tipe? 

Sebenarnya saya belajar dari banyak orang untuk menjadi diri saya yang sekarang. Saya pergi S2 itu saya wawancara dokter-dokter tua, saya ambil Medical Education, kemudian saya pergi ke dokter-dokter yang mengabdi lebih dari sepuluh tahun di NTT.

Pertanyaan saya sederhana sebenarnya. Kenapa sih kok ada yang mau berada di NTT untuk jangka waktu lama. Saya ingin tahu dan itu yang menjadi topik ketika S2. 

Mereka sharing pengalaman hidup mereka. Akhirnya saya merangkum itu menjadi 9 tipe dokter yang mau berada di NTT. 

Tipe yang pertama itu adalah tipe spiritualis. Tipe ini merasa bahwa mereka ada di NTT karena panggilan. Tuhan menempatkan mereka di sini karena mereka punya tugas tertentu yang harus diselesaikan. 

Kedua, tipe idealis, kalau jadi dokter tidak hanya melayani mereka yang ada di kota besar, yang bajunya bagus, tapi juga masyarakat di sini yang miskin, yang terpinggirkan, tidak ada yang melayani, itulah tipe dokter yang ideal. 

Kemudian tipe berikutnya, adventure, yang suka bertualang, naik gunung, naik kuda, naik perahu. Kan kalau di NTT ada banyak pulau, harus naik kapal, motornya dinaikkan ke kapal, jadi seru.

Tipe berikutnya rasionalis. Ada satu dokter tua yang saya interview waktu itu bilang begini. Saya dari Bali. Di sini saya satu-satunya dokter di satu kabupaten, jadi kalau saya praktek di sini, semua pasien perginya ke saya. Tapi kalau saya pulang ke Bali, sudah ada banyak dokter di sana. Kalau saya pergi ke sana belum tentu saya punya penghasilan seperti di sini. Jadi tipe rasionalis berpikir untung ruginya dia berada di daerah dibandingkan dengan tempat tinggalnya. 

Tipe yang berikutnya adalah workaholic. Ini tipe yang suka kerja jadi kalau ada di daerah, dokternya sedikit, otomatis pekerjaannya jadi banyak.

Jadi yang saya interview waktu itu dokter umum, pagi di rumah sakit, sore praktek kemudian kadang diminta untuk ngajar karena ada sekolah perawat di situ, kemudian kalau malam kadang masih ada panggilan untuk yang emergency, dia masih harus operasi juga, jadi kalau tidak bisa menikmati kesehariannya bekerja sebagai seorang dokter dengan banyaknya pekerjaan, otomatis tidak akan bertahan. 

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved