NTT Terkini
Disnak NTT Sebut Masyarakat Belum Sadar Pemicu Rabies Disebabkan Anjing yang Dilepas
Yohanes mengimbau masyarakat agar melakukan pengandangan hewan. Sebab, hewan yang dilepasliarkan berpotensi menularkan rabies.
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Dinas Peternakan (Disnak) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menyebut masyarakat belum menyadari betul tentang pemicu rabies. Disnak NTT menegaskan, pelepasliaran anjing menjadi biang timbulnya rabies itu.
Kepala Dinas Peternakan NTT Yohanes Oktovianus mengaku, dirinya baru mendapat laporan terbaru tentang gigitan hewan penular rabies (HPR) di Ruteng, Kabupaten Manggarai.
"Saya sudah konfirmasi supaya dimonitor, supaya dicek lebih jauh, dan cepat ditangani sesuai protap yang ada," katanya, Minggu (28/9/2025).
Yohanes mengatakan, pihaknya akan melakukan pengecekan lebih jauh untuk melihat indikasi rabies pada hewan tersebut. Hewan itu akan ditangkap dan dilakukan observasi, sebelum di ambil sampel untuk pemeriksaan di laboratorium.
Baca juga: International Rabies Taskforce Perkenalkan Vaksin Oral Bagi Petugas Vaksinator di Belu dan Malaka
Sejak awal, kata dia, lewat instruksi Gubernur NTT, Pemerintah telah melakukan pengaturan agar pergerakan hewan tidak dilakukan selama dua bulan. Terhitung sejak September hingga November 2025. Meski begitu, ia menyebut instruksi itu belum dijalankan.
"Memang masih banyak masyarakat yang melepaskan iru anjing. Dinas Peternakan Provinsi setiap minggu melakukan evaluasi," katanya.
Evaluasi itu dimaksudkan untuk melihat kembali penerapan instruksi Gubernur itu. Termasuk, kampanye instruksi ke publik melalui berbagai saluran yang ada.
Yohanes mengatakan, pihaknya juga melakukan evaluasi pada vaksinasi rabies. Saat ini proses itu terus berlangsung. Ia mengeklaim laporan rutin tentang vaksinasi selalu dilakukan.
Dikatakan, vaksinasi dilakukan secara menyeluruh untuk semua daerah di NTT. Setelah instruksi ini, Pemerintah bakal melakukan evaluasi lagi.
"Kita berharap Ingub ini bisa dipatuhi, ditaati," kata dia.
Yohanes mengimbau masyarakat agar melakukan pengandangan hewan. Sebab, hewan yang dilepasliarkan berpotensi menularkan rabies.
Baca juga: Disnak NTT Rutin Sosialisasi dan Edukasi Tanggulangi Rabies
"Masyarakat harus sadar betul, sebenarnya bahwa penularan rabies iru karena anjing dilepas liar," katanya.
Jika diikat maka hewan itu tidak tertular. Bila hewan itu mati di kandang, maka potensi penularan ke anjing lainnya pun lebih kecil. Untuk itu, ia meminta agar tidak boleh anjing dilepas secara liar.
Pada masa selama instruksi Gubernur ini berlangsung, ia meminta masyarakat agar membawa hewannya untuk diberi vaksinasi secara gratis.
"Satu dua ekor lepas, maka berpotensi memutus rantai rabies tidak akan terjadi. Kesadaran masyarakat sangat penting," katanya.
Dalam kesempatan sebelumnya, Disnak NTT per 23 Agustus 2025 dalam data rilis pukul 22.00 WITA, menyebut realisasi rabies ke semua wilayah yang terpapar hingga 57.977 dosis.
Vaksinasi ini bagian dari program vaksinasi gratis periode September sampai Oktober 2025. Vaksinasi ini akan diberikan secara door to door sehingga warga harus menyiagakan anjing mereka di rumah.
Sejak Januari dan Februari telah dilakukan vaksinasi 60 ribu ekor anjing di Pulau Timor. Kali ini direncanakan vaksinasi pada September 2025 menyasar 200 ribu ekor anjing di enam Kabupaten/Kota yang berada di Pulau Timor.
Disnak NTT menyebut Pulau Timor menjadi salah satu fokus karena merupakan zona merah rabies. Sementara vaksinasi di pulau lainnya di NTT tahun ini akan dibantu oleh Jakarta Animal Aid Network (JAAN) Domestic dan dengan APBD kabupaten masing-masing daerah.
Pulau Timor akan menargetkan vaksinasi lebih dari 60 persen. Sementara di Pulau Flores bisa mencapai 80 persen. Itupun akan tergantung pada kekuatan APBD masing-masing daerah.
Saat ini, Timor Tengah Selatan menjadi daerah dengan realisasi vaksinasi rabies terbanyak.
Hingga dengan Agustus 2025 lalu diketahui ada 106 korban jiwa di NTT akibat tertular rabies sejak 2023. Pada 2023 sendiri ada 35 korban jiwa, 2024 ada 46 korban jiwa, dan pertengahan 2025 ini ada 25 korban jiwa.
Berikut data rilis Dinas Peternakan NTT, Rabu (24/9/2025), jumlah realisasi di beberapa kabupaten ini antara lain :
Timor Tengah Selatan : 20.807 dosis.
Kabupaten Kupang dengan 13.399 dosis.
Kota Kupang di posisi ketiga dengan 9.430 dosis.
Timor Tengah Utara: 5.412 dosis
Ngada: 3.154 dosis
Malaka: 2.023 dosis
Belu: 1.379 dosis
Flores Timur: 652 dosis
Manggarai Barat: 543 dosis
Nagekeo: 178 dosis. (fan)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.