Erupsi Lewotobi

Kompas Ditantang Perangi Stunting yang Meningkat Akibat Erupsi Lewotobi

Kegiatan edukatif ini diawali dengan jalan sehat oleh Ibu hamil dan suami, kemudian anak-anak stunting bersama kedua orang tua,

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/PAUL KABELEN
BERI PAKET - Plt Camat Wulanggitang, Karolus Kelemur, memberikan paket dari Kompas untuk sasaran stunting di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Jumat, 19 September 2025. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA -Tingginya angka stunting akibat erupsi berkepanjangan Gunung Lewotobi Laki-laki tak memadamkan semangat Komunitas Masyarakat Peduli Anak Stunting (Kompas).

Kompas, wadah yang menghimpun stakeholder di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, NTT, kembali menunjukkan perhatiannya lewat Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) di Desa Pululera, Jumat (19/09/25).

Giat Kompas lewat Genting dimoderatori Koordinaror PKB/PLKB Wulanggitang, Ladia Pala Soge, selaku Sekretaris Kompas. Kompas juga memberikan paket bergizi yang diambil dari 'Kantong Kompas', item bernuansa donasi.

Kegiatan edukatif ini diawali dengan jalan sehat oleh Ibu hamil dan suami, kemudian anak-anak stunting bersama kedua orang tua, yang mengelilingi jalan setapak desa di bawah pemandangan Gunung Lewotobi Laki-laki.

Kompas yang pernah menurunkan stunting dan meraih juara tingkat kabupaten tahun 2023 kini ditantang dengan tingginya prevalensi stunting dalam tujuh bulan, Februari-Agustus 2025.

Ini tak terlepas dari bencana erupsi. Masyarakat tercecer di sejumlah tempat, membuat upaya gempur tengkes menjadi tak terfokus.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Puskesmas (Kapus) Boru, Andrea Maria Andrina Masni, dalam laporan kondisi stunting menunjukkan peningkatan cukup signifikan. Dari laporan itu, Desa Pululera menyumbang kasus terbanyak.

"Angka Stunting di Februari tercatat 159 anak (22,9 persen), Maret 161 (22,6 persen), April 167 (22,9 persen), Mei 167 (23,8 persen), Juni 180 (24,03 persen), Juli 176 (24,04 persen), dan Agustus 179 (24,3 persen)," paparnya.

Masni, sapaannya, menuturkan angka stunting yang masih jauh dari target 10 persen itu akan menjadi motivasi pemangku kepentingan untuk kerja-kerja kolaboratif ke depan.

Baca juga: Erupsi Beruntun Tanpa Jeda, Lewotobi Laki-laki Lontarkan Material 6.000 Meter

"Seberapa upaya yang sudah kita berikan kepada anak-anak, generasi yang kelak akan menggantikan kita, saya pikir mungkin bukan hari ini kita petik hasilnya, tetapi di kemudian hari kita akan nikmati hasilnya bersama-sama di tanah kelahiran kita tercinta," ungkap Masni, memotivasi peserta kegiatan.

Hal baik yang mulai nampak, jelas Masni, yaitu angka stunting di Desa Pululera yang berhasil ditekan sebanyak sembilan kasus. Enam anak dinyatakan bebas stunting, sementara tiganya menunjukkan hasil positif namun telah pindah tempat tinggal.

Menurutnya, penurunan sembilan kasus dari total 31 anak stunting dengan 85 sasaran itu setelah para lintas sektor melakukan evaluasi menyeluruh untuk menilik penyebab-penyebab.

"Dari evaluasi itu, kami coba intervensi dengan turun langsung ke lapangan, lalu memperbaiki sarana dan prasarana pengukuran, termasuk petugas yang mengukur, akhirnya di September ini dari 31 anak berkurang menjadi 22," ujarnya.

Plt. Camat Wulanggitang, Karolus Kelemur, selaku Koordinator Kompas, mengungkapkan Kompas konsisten menangani stunting dengan menggalang peran aktif berbagai pihak, seperti  11 kepala desa di wilayah itu, Puskesmas Boru, Koramil 1624/06, Polsek Wulanggitang, serta elemen masyarakat setempat.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved