Wawancara Eksklusif

Wawancara Ekslusif - Picauly Sebut Ekologi Pangan Berpengaruh Pada Peningkatan Kualitas SDM NTT 

Kalau wasting tinggi badannya bagus, normal, tetap aktivitas seperti biasa tapi kurus, tidak bisa aktivitas seperti gizi normal.

Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO-RICHIE
UNDANA TALK - Guru Besar Bidang Kepakaran Ekologi Pangan dan Gizi Masyarakat FKM Undana, Prof. Intje Picauly, bersama host jurnalis Pos Kupang, Ella Uzurasi dalam Undana Talk, Rabu (27/08/2025). 

Kalau wasting tinggi badannya bagus, normal, tetap aktivitas seperti biasa tapi kurus, tidak bisa aktivitas seperti gizi normal.

Kalau stunting, pendek tapi tidak proporsional sesuai dengan umurnya. Itu bentuk daripada kekurangan asupan gizi. 

Yang terjadi adalah kekurangan asupan gizi makro yaitu protein dan energy. Tetapi kalau untuk stunting diperburuk lagi dengan kekurangan asupan gizi mineral mikro yang kita kenal dengan sebutan kalsium. Jadi protein dan zat besi itu penyokong utama.

Kalsium ini mau berperan penting itu membutuhkan kerjasama dari protein dengan zat besi dan motornya dari energy.

Nah kita masyarakat NTT punya kekurangan itu. Ada masalahnya mungkin makannya kurang, atau makannya banyak tapi asupan gizi yang sumber kalsium, protein, zat besi, itu kurang. Ada yang memang tidak dapat sama sekali karena memang tidak punya.

Terus ada juga dia makan tapi barangkali sementara sakit yang lain, misalnya sementara cacingan sehingga waktu makan dia punya tubuh tidak mendapat itu karena diambil oleh organisme lain di dalam tubuh sehingga pertumbuhannya tidak dapat seperti seharusnya. 


Bagaimana pengaruh ekologi pangan terhadap sumber daya manusia? 


Kalau kita lihat ekologi ke SDM, sepertinya kita kembali ke akar masalahnya karena manusialah yang mengatur sehingga akan terbentuk SDMnya.

Jadi kualitas SDM itu tergantung pada bagaimana hikmat kita mengelola ekologi itu. Nah di dalam ekologi itu ada ekosistem. 

Di dalam ekosistem itu ada populasi, komunitas, ada yang homogen ada yang heterogen, mereka hidup bersama.

Nah manusia itu ada di atas sebagai pengaturnya. Oleh karena itu manusialah yang bertanggungjawab terhadap ekologi pangan itu supaya bisa hidup, tercukupi konsumsi pangannya.

Jadi kalau kita bicara tentang kualitas sumber daya manusia berarti apa yang dimakan. Pangan diolah jadi makanan, makanan yang dikonsumsi itu sesuai dengan kebutuhan, kebutuhan sesuai dengan kecukupan untuk hidup sehat maka dia akan melaksanakan aktivitasnya secara baik dan akan mendapatkan produktivitas yang tinggi.

Tapi jikalau dia makannya kurang atau makannya cukup tapi tidak beragam maka dia tidak akan mendapat sesuatu yang dibutuhkan. Tubuh kita butuh lima zat gizi ditambah dengan air. Lima ini tidak memilah-milah, harus tetap ada. Adanya di dalam jenis makanan yang beragam. 

Indonesia ada yang namanya Isi Piringku. 30 persen untuk sumber karbohidrat, 30 persen untuk sayur-sayuran, 20 persen untuk lauk lauk, ada telur, ikan, daging, kemudian kacang-kacangan dan hasil olahannya, juga susu. 20 persen untuk buah. Kalau kita tidak memanfaatkan ekologi ini dengan baik maka isi piring itu akan ada yang kosong.

Berarti kualitas SDM NTT di masa depan itu ditentukan oleh keputusan-keputusan yang diambil oleh manusia NTT saat ini? 

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved