Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 20 November 2025, "Tetesan Air Mata Yesus"

Mendengar itu, sang teman sejenak jadi terdiam. Cerita di atas mau memperlihatkan bahwa hidup kita selalu tidak diwarnai keberhasilan.

Editor: Eflin Rote
Dok. POS-KUPANG.COM
RENUNGAN - RP. John Lewar SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik 

Renungan Harian Katolik Suara Pagi
Bersama Pastor John Lewar, SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor –NTT
Kamis, 20 November 2025
Hari biasa Pekan XXXIII
1Mak. 2:15-29; Mzm. 50:1-2,5-6,14-15; Luk. 19:41-44
Warna Liturgi: Hijau

Tetesan air mata Yesus

Pada suatu hari, Nasrudin mendapat kunjungan seorang teman lama. “Din, aku kira kamu adalah salah seorang yang paling tidak beruntung di desa ini, kata sang teman.” Baru tiga bulan yang lalu istrimu meninggal, sekarang sudah tertimpa kesulitan yang lain.

Satu-satunya anak gadismu malah menikahi seorang penganggur. Tetapi yang aku heran, kamu bisa dengan cepat mengusir kesedihanmu. Nasrudin hanya tersenyum kecil. “Aku sudah tua. Aku sudah biasa menderita. Aku sudah belajar menerima bahwa hidup ini memang tidak selalu berisi cerita tentang kesuksesan”.

Mendengar itu, sang teman sejenak jadi terdiam. Cerita di atas mau memperlihatkan bahwa hidup kita selalu tidak diwarnai keberhasilan.

Ada saat kita merasa gagal, merasa tidak berdaya, merasa tidak diterima atau tidak didengarkan oleh orang lain. Kita terharu dan menangis. Yesus pun pernah mengalami situasi semacam itu. Yesus menangis saat Lazarus
meninggal dan diratapi oleh orang - orang terkasihnya ( Yohanes 11: 33 - 35).

Yesus menangis di depan kubur Lazarus. Ia menangis bersama semua hati yang hancur di dunia ini. Ia menangis bersama setiap ibu yang mengasihi bayinya yang meninggal, bersama setiap suami/istri yang berdiri di depan peti mati pasangannya. Ia menangis bersama ibu dan bapa yang menangis pada malam yang sudah larut karena anak lelakinya yang durhaka dan anak gadisnya yang tidak patuh, belum pulang rumah.

Yesus menangisi kehancuran kota Yerusalem. Kota yang sepanjang sejarah menjadi kota suci, kota perjanjian, kota tempat kehadiran Tuhan, kini telah menjadi kota yang tercemar oleh dosa dan sikap - sikap para tokoh agama yang arogan.

Mereka seperti kubur, yang luarnya nampak indah dan megah, tetapi dalamnya busuk. Mereka suka tampil di depan umum, hanya supaya mendapat pujian banyak orang, tetapi hati mereka jauh dari Allah. Mereka beragama, tetapi justru tidak memantulkan suara Allah dan menghalangi perutusan para nabi.

Yesus melihat Yerusalem telah jauh dari Allah. Orang - orang Yerusalem gagal mengakui Allah dalam diri Yesus. Yerusalem telah buta terhadap rencana keselamatan Allah.

Sebagai pengikut Kristus pada zaman ini, kita ditantang untuk mau mengurangi air mata Tuhan Yesus atau mau menambah air mata Tuhan. Dosa-dosa yang kita lakukan tentu akan menambah air mata Tuhan.

Tindakan aborsi, peperangan, korupsi, melecehkan orang lain, cuek dengan keadaan sesama di sekitar kita, tidak mau berdamai atau mengampuni orang lain, dan aneka tindakan yang senada seperti itu tentu akan makin menambah derasnya air mata Tuhan.

Berbeda jika kita berusaha hidup baik, peduli pada sesama, berdamai dengan orang yang menyakiti atau disakiti, berkata-kata dan berperilaku yang sopan dan empatik, tentu akan membuat Tuhan gembira.
Kita perlu menangkap perasaan dan keprihatinan Yesus.

Ia sangat mengharapkankan semua kota, semua bangsa, semua orang bisa membangun hidup yang baik atas dasar keadilan, kebenaran dan kebaikan. Untuk semua itu Yesus datang dan berkarya secara total di tengah dunia. Ia menghendaki agar semua orang bisa ada di hadapan Allah secara pantas.

Maka sebagai umat beriman, sangatlah baik kita turut mewujudkan apa yang diharapkan Yesus itu di tempat kita masing-masing. Semoga segala karya baik, dapat menghibur Yesus dan menjadi pujian bagi Allah.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved