Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Kamis 30 Oktober 2025, "Keberanian Dalam Menghadapi Ancaman"
Orang yang gigih memperjuangkan keadilan seringkali menerima teror dan ancaman.
Renungan Harian Katolik Suara Pagi
Bersama Pastor John Lewar SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor – NTT
Kamis, 30 Oktober 2025
Hari Biasa Pekan XXX 
Rm. 8:31b-39; Mzm. 109:21-22,26-27,30-31; Luk. 13:31-35
Warna Liturgi Hijau
Keberanian dalam menghadapi ancaman
Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus.
Orang yang gigih memperjuangkan keadilan seringkali menerima teror dan ancaman.
Pernah, Suciwati, istri Munir, menerima paket yang berisi bangkai ayam beserta darah yang berceceran.
Di dalam paket tersebut disertai juga dengan ancaman untuk tidak usah mengusut kasus kematian suaminya.
Tapi semua itu tidak menyurutkan semangatnya untuk mencari kebenaran dan menuntut keadilan.
Yesus juga mengalami teror semacam itu. Orang-orang Farisi menyampaikan 
ancaman dari Herodes terhadap Yesus.
Mereka meminta Yesus agar segera tinggalkan Yerusalem.
Herodes ingin tetap berkuasa, tidak mau diganggu dengan popularitas Yesus.
Kehadiran dan keberadaan Yesus merupakan sebuah ancaman bagi diri dan kekuasaannya.
Mereka tidak mau mendengarkan Sabda 
Tuhan dan melaksanakan perintah-perintahNya.
Meski begitu, Yesus tidak takut terhadap segala bahaya yang akan menimpah hidupNya.
Yesus menolak permintaan itu, Ia tetap setia melanjutkan tugas pelayananNya, yakni 
menyembuhkan orang sakit, mengusir setan dan semua yang lain.
Yesus sadar bahwa tugas perutusanNya itu mengandung resiko kenabian.
Ia bahkan meramalkan nasibNya sendiri bahwa Ia juga akan mengalami hal yang sama seperti nabi-nabi terdahulu, yakni mati di Yerusalem. Dan nubuat itu harus tergenapi.
Satu hal yang jelas ditunjukkan di sini adalah: Yesus tidak gentar ketika diancam.
Ia tetap menjalankan misiNya untuk memberitakan Injil dan berbuat baik.
Ia yakin bahwa jalan yang telah Ia pilih adalah jalan kebenaran.
Yesus dengan tegas menolak untuk pergi. Yesus tidak gentar sedikit pun.
Yesus adalah seorang yang punya prinsip. Ia tidak mau didikte oleh siapa pun.
Yesus tetap teguh dengan perutusanNya. Ia terus melanjutkan perutusanNya.
Kepada beberapa orang Farisi Yesus balik berkata, Pergilah, dan katakanlah kepada si 
serigala itu, ‘Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang pada hari ini dan 
esok dan pada hari ketiga Aku akan selesai.
Tetapi hari ini dan esok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi 
dibunuh di luar Yerusalem (Luk 13:32-33). 
Yesus menyebut Herodes Antipas sebagai “si serigala”. Serigala adalah lambang sebuah kelicikan yang keji.
Selain itu, serigala juga dilukiskan sebagai makhluk yang tak berarti, apalagi jika 
diperlawankan dengan singa yang selalu tampil gagah, penuh wibawa dan perkasa.
Serigala tidak ada apa-apanya. Artinya, Yesus tidak takut sedikit pun dengan ancaman Herodes Antipas.
Kehadiran Yesus, ajaran-ajaranNya yang penuh semangat pembaharuan dan pengikut yang banyak, semakin meresahkan sejumlah kalangan yang terancam hak-hak khususnya.
Yesus tahu bahwa Ia harus menderita dan harus mati di Yerusalem, Ia pun tidak ingin meninggalkan Yerusalem.
Yesus setia pada tugasNya, karena untuk itulah Ia datang.
Ancaman pembunuhan Herodes sekalipun tidak menghentikan langkahNya.
Ia sadar betul akan nasib-Nya yang segera digenapi: Kematian demi pengampunan dosa manusia (bdk. Mat 1:21; Ef 1:7).
Dengan demikian, akan tergenapilah sejarah keselamatan bagi umat manusia.
Ia sadar bahwa Kota Yerusalemlah tujuan perjalanan-Nya dan di sanalah tempat kematian-Nya.
Di sanalah tempat Ia menyelesaikan pekerjaanNya.
Di sanalah tempat Ia menyelesaikan seluruh kehendak Bapa-Nya yakn llewat jalan kematian, dibunuh.
Ia adalah seorang nabi yang berani. Ia tidak takut mati. Ia berani mati asal orang-orang berdosa beroleh hidup lewat darahNya.
Ada tiga pelajaran penting yang dipetik dari pewartaan Sabda Tuhan hari ini.
Pertama, keberanian dalam menghadapi tantangan.
Yesus menunjukkan keberanian dan keteguhan dalam menjalankan misiNya meski ada bahaya yang menghadang.
Kedua, Kasih Allah tidak tergoyahkan. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus termasuk maut, hidup, malaikat, pemerintah, kuasa atau sesuatu makluk lain (Roma 8: 35-39).
Ketiga, konsekwensi dari menolak Yesus. Yesus menyampaikan bahwa rumah orangorang yang menolakNya akan ditinggalkan dan menjadi sunyi.
Di tengah kehidupan zaman yang seperti ini, kita sebagai anak-anak Tuhan diingatkan untuk teguh, kuat, dan setia memegang prinsip-prinsip hidup kristiani.
Rasul Paulus mengajak kita untuk tidak takut atau kuatir karena Allah ada di pihak kita dan tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasihNya.
Berani dan teguh dalam iman walau dihadang banyak tantangan.
Doa:
Allah Bapa Yang Mahakuasa, Engkau senantiasa melindungi kami. Semoga kami sanggup menghadapi tantangan dalam kehidupan ini karena percaya akan penyertaanMu. Demi Kristus Tuhan kami...Amin.
Sahabatku yang terkasih, Selamat hari Kamis. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus....Amin. (Pastor John Lewar SVD)
| Renungan Harian Katolik Kamis 30 Oktober 2025, "Yerusalem, Antara Kuasa Ilahi dan Penguasa Lalim" |   | 
|---|
| Renungan Harian Katolik Rabu 29 Oktober 2025, "Jalan Tuhan, Jalan Sempit, Jalan Kerendahan Hati" |   | 
|---|
| Renungan Harian Katolik Rabu 29 Oktober 2025, “Tuhan, Sedikit Sajakah Orang yang DFiselamatkan?” |   | 
|---|
| Renungan Harian Katolik Rabu 29 Oktober 2025, Berjuanglah Melalui Pintu yang Sesak Itu" |   | 
|---|
| Renungan Harian Katolik Selasa 28 Oktober 2025, "Mewarisi dan Mewariskan Iman" |   | 
|---|


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.