Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Selasa 21 Oktober 2025, "Menjaga Pelita Iman Tetap Menyala"

Dalam kesederhanaan kehidupan mereka, para petani ini mengajarkan kepada kita tentang pentingnya kesiapsiagaan, yang juga diungkapkan oleh Yesus

Editor: Eflin Rote
dok-pribadi
Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh RP. John Lewar SVD 

Renungan Harian Katolik Suara Pagi
Bersama Pastor John Lewar, SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor – NTT
Selasa, 21 Oktober 2025
Hari Biasa Pekan XXIX
Rm. 5:12,15b,17-19,20b-21; Mzm. 40:7-8a,8b-9,10,17; Luk. 12:35-38
Warna Liturgi Hijau

"Menjaga Pelita Iman tetap Menyala"

Di pegunungan Peru, Amerika Selatan, ketika malam tiba dan dingin mulai meresap, para petani Quechua bersiap menjaga ladang mereka dengan penuh kewaspadaan. Mereka tahu bahwa malam bukanlah waktu untuk lalai, tetapi saat yang menuntut perhatian lebih.

Dengan api unggun yang menyala, mereka tetap terjaga, menyadari bahwa keberhasilan panen mereka bergantung pada kesiapan untuk menghadapi apa pun yang mungkin terjadi.

Dalam kesederhanaan kehidupan mereka, para petani ini mengajarkan kepada kita tentang pentingnya kesiapsiagaan, yang juga diungkapkan oleh Yesus dalam Injil hari ini. 

Yesus mengatakan: ―Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. (Luk 12:35). Pelita menggambarkan jiwa kita dan minyak adalah iman, pengharapan, dan kasih yang membuat jiwa kita dapat terus hidup.

Tuhan ingin agar kita terus berjaga-jaga dengan selalu hidup dalam hadirat Tuhan dan mengisi `minyak` dalam pelita kita agar tetap menyala. Pinggang yang terikat juga mengandung pesan untuk berjaga-jaga, khususnya melalui penguasaan diri.

Orang melepas ikat pinggangnya, jika ia hendak istirahat atau tidur, dan tidak lagi terjaga. Jubah yang tidak berikat pinggang akan kendor, ke sana kemari, dan tidak rapi. Itulah gambaran jiwa yang tanpa penguasaan diri.

Tidak selamanya perjalanan hidup kita aman-aman saja. Pasti ada saat-saat sulit di mana kita bisa jatuh. Maka, kita harus terus berjaga-jaga dan selalu hidup di hadirat Tuhan.

Yesus mengajak kita untuk berjaga-jaga seperti hamba yang menunggu tuannya pulang dari pesta pernikahan, dengan pinggang tetap berikat dan pelita tetap menyala.

Ini bukan hanya tentang kesiapsiagaan fisik, tetapi juga tentang menjaga hati dan pikiran kita selalu terbuka dan waspada terhadap kehadiran Tuhan di setiap momen.

Dalam keadaan ini, kita diundang untuk melihat bahwa kehidupan bukanlah serangkaian tugas yang terpisah-pisah, tetapi sebuah kesatuan di mana kita selalu dipanggil untuk berada dalam keadaan siaga rohani.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita terjebak dalam rutinitas dan kesibukan hingga melupakan panggilan untuk selalu berjaga.

Namun, sama seperti para petani Quechua yang menyadari pentingnya menjaga api unggun tetap menyala, kita pun diajak untuk menjaga api iman kita tetap berkobar.

Ini bukan hanya soal menunggu kedatangan Tuhan di akhir zaman, tetapi juga tentang menyadari bahwa Tuhan bisa hadir kapan saja, di setiap detik kehidupan kita. Dengan kesadaran ini, setiap tindakan dan pikiran kita bisa
menjadi tempat perjumpaan dengan Tuhan.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved