Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 11 Oktober 2025, "Upaya Menggapai Kebahagiaan Menurut Kitab Suci"
Egoisme dan kepongahan seakan menjadi habitus baru yang menghimpit sabda untuk berbuah melimpah dalam hidup sebagai anak-anak Allah.
Renungan Harian Katolik
Sabtu 11 Oktober 2025
Oleh: Pater Fransiskus Funan Banusu SVD
UPAYA MENGGAPAI KEBAHAGIAAN MENURUT KITAB SUCI
(Yl 3:12-21; Mzm 97:1-2.5-6.11-12; Luk 11:27-28)
"Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Sabda Allah dan memeliharanya." (Luk 11:28). Bahagia itu tidak simple atau sederhana. Bahagia itu kompleks, butuh perjuangan yang serius untuk menggapainya. Bahagia itu sifat permanen.
Senang sifatnya temporal selaras konteksnya. Kesenangan itu sederhana, mencari konteksnya yang cocok lalu menikmatinya.
Setiap orang pasti merindukan kabahagiaan dalam hidupnya. Yesus memberi petunjuk bagaimana caranya bahagia sebagai anak-anak Allah.
Santo Yohanes Rasul menegaskan bahwa bahagia sebagai pengikut Tuhan identik dengan memiliki kasih Allah yang sempurna dalam hidup.
"Barang siapa melaksanakan sabda Kristus, dialah yang memiliki kasih Allah yang sempurna." (1Yoh 2:5). Maka bahagia menurut Kitab Suci ialah mendengarkan sabda Allah dan memeliharanya dalam hidup.
Sabda dan kehendak Allah mesti berbuah dalam cara hidup yang pantas, benar dan adil. Dengan demikian hidup kita menjadi bagian integral dari Sang Sabda itu sendiri ialah Yesus Kristus Tuhan kita. Yesus mengajak pendengar-Nya supaya menjadi pendengar dan pelaksana sabda Allah. Yesus membangun relasi dengan semua orang sebagai anak-anak Allah.
Mendengarkan Allah dengan tekun dan melakukan dengan teliti apa pun yang diperintahkan-Nya kepada kita sebagai anak-anak-Nya adalah mutlak perlu.
Hal ini penting untuk memperoleh kebahagiaan dan mendapat kasih Allah yang sempurna dalam hidup. Bagi orang beriman pengorbanan menjadi media untuk menembus aneka aral rintangan. Godaan untuk mengabaikan perintah Tuhan pada zaman ini menjadi tantangan terbesar karena mental ketidakpedulian kepada sesama.
Egoisme dan kepongahan seakan menjadi habitus baru yang menghimpit sabda untuk berbuah melimpah dalam hidup sebagai anak-anak Allah.
Cara hidup seperti ini berisiko hukuman. Yoel dalam nubuatnya mengingatkan kita untuk berbenah diri dan mulai tekun melaksanakan hukum kasih: stop buah susah orang lain agar menghindari pengadilan Allah dan hukuman yang tak terhindarkan itu. Akan tiba waktunya, Allah datang mengadili segala bangsa dari seluruh penjuru dunia.
Bagi orang yang percaya Tuhan tetap menjadi benteng yang kokoh. "Tuhan tempat perlindungan bagi umat-Nya, dan benteng bagi orang Israel." (Yl 3:16b).
Walau pada hari penghakiman matahari dan bulan akan menjadi gelap, namun terang kasih Tuhan tidak akan redup bagi mereka yang mendengar dan melaksanakan Sabda Tuhan. Pemazmur bermadah begini, "Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati.
Bersukacitalah karena Tuhan, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus." (Mzm 97:11-12).
Tuhan Yesus ajak kita menjadi bahagia dengan terus mendengar dan melaksanakan Sabda Allah dan perintah-perintah-Nya agar kita tidak tersesat dan jatuh dalam dosa egoisme, ketidakpedulian dan kesombongan yang menjadi akar hukuman abadi, jika tidak terlambat bertobat.
Selamat beraktivitas hari ini. Tuhan berkatimu semua. (RP. FF. Arso Kota, Sabtu/Pekan Biasa XXVII/C/I, 111025)
Renungan Harian Katolik Jumat 10 Oktober 2025, "Hidup Dalam Kuasa Allah" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Jumat 10 Oktober 2025, "Dilema Antara Kuasa Tuhan dan Kuasa Setan" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Jumat 10 Oktober 2025, "Rumah Tangga yang Terpecah Pasti Runtuh" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Kamis 9 Oktober 2025, “Minta, Cari dan Ketuk” |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Kamis 9 Oktober 2025, "Berdoalah Terus Menerus" |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.